Increase Your Knowledge :)


Sabtu, 06 Desember 2014

Vampir Kecil Sang Pembawa Kematian - catatan kecil untuk nyamuk demam berdarah

Vampir Kecil Sang Pembawa Kematian
Beberapa hari terakhir ini hujan terlihat terus menerus mengguyur beberapa daerah di Bali. Bagaimana tidak, saat ini telah memasuki awal bulan Januari, dimana hujan sedang gencar – gencarnya turun membasahi bumi.
Apa itu hujan? Hujan sebenarnya adalah peristiwa jatuhnya butir – butir air dari awan ke bumi. Hal ini berkaitan erat dengan siklus air, dimana air yang bermuara di laut, samudera, maupun sumber – sumber air lainnya akan diuapkan oleh sinar matahari. Uap air tersebut kemudian naik ke atas dan berkumpul membentuk awan. Akibat adanya perbedaan tekanan udara, angin akan mendorong dan membawa awan – awan tersebut ke berbagai tempat, baik ke dataran tinggi, dataran rendah, bahkan ke laut atau samudera lainnya. Semakin banyak uap air yang terkumpul dalam suatu awan, maka semakin beratlah awan tersebut. Apabila dilihat dari bumi, awan itu akan memiliki warna yang lebih kelabu dari awan – awan lainnya. Awan inilah yang biasa kita sebut dengan awan mendung. Jika suatu saat awan tersebut sudah tidak mampu lagi menahan muatan air, maka jatuhlah tetes – tetes air dari awan tersebut, inilah yang kita sebut dengan hujan.
Hujan sebenarnya memiliki manfaat yang positif bagi manusia. Contohnya untuk mengairi sawah tadah hujan, mengisi waduk atau bendungan, dan memberi efek sejuk bagi suasana di muka bumi. Namun apabila hujan tersebut berlangsung deras dan terus menerus, dapat membawa efek negatif antara lain banjir, tanah longsor, dan timbul genangan air dimana – mana.
Begitupun di Bali. Hujan turun dengan derasnya selama beberapa hari ini, namun kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tidak juga berubah. Dimana – mana masih banyak terlihat masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Mereka membuang sampah sembarangan. Walaupun pemerintah telah menyediakan tempat penampungan sampah, masih saja ada masyarakat yang membuang sampah di tempat umum, di pinggir jalan, di trotoar, di selokan, bahkan di sungai.
Begitu banyak jenis sampah hasil kegiatan rumah tangga di masyarakat. Baik sampah organik maupun anorganik, sama – sama memiliki dampak negatif apabila tidak ditangani secara serius. Sampah – sampah tersebut meliputi sisa – sisa makanan, pembungkus makanan, kertas, botol kaca, dan sampah dari janur yang merupakan sisa – sisa pembuatan sesajen (banten). Oleh masyarakat sampah – sampah ini ditumpuk di tempat yang sebenarnya bukan merupakan tempat penampungan sampah. Sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap, pemandangan yang tidak enak dilihat, dan semakin banyaknya lalat maupun nyamuk pembawa penyakit yang beterbangan.
Selain itu ada juga sampah berupa kaleng, bak penampungan, pot bunga dan sejenisnya yang terlihat bertebaran dimana – mana. Sampah – sampah sejenis ini apabila berada di daerah yang sering menerima hujan, akan menampung air hujan sehingga jadilah ia tempat penampungan air. Masyarakat tidak menyadari, genangan air inilah yang nantinya menjadi cikal bakal masalah kesehatan baru yang lebih besar.
Apakah masalah tersebut? Masalah tersebut adalah meningkatnya populasi nyamuk. Hal itu dapat terjadi karena fakta di lapangan membuktikan bahwa di genangan air itulah ditemukan jentik – jentik nyamuk. Dengan kata lain, genangan air itu telah menjadi sarang nyamuk.
Nyamuk adalah hewan penghisap darah yang mengalami metamorfosis sempurna. Perkembangan nyamuk dimulai dari telur, yang kemudian berkembang menjadi jentik nyamuk yang bentuknya seperti ulat kecil. Jentik ini lalu berkembang menjadi pupa. Setelah melewati tahap - tahap tersebut, nyamuk dewasa akan keluar dari pupa dan siap menjadi vampir kecil sang penghisap darah.
Di antara ratusan jenis nyamuk, terdapat satu spesies yang berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Nyamuk itu adalah Aedes Aegypti, sang nyamuk demam berdarah. Nyamuk yang menghisap darah manusia hanya nyamuk betina, sedangkan nyamuk jantan lebih tertarik pada cairan tumbuhan atau sari bunga. Nyamuk jenis ini memiliki kebiasaan meletakkan telur di air yang jernih dan aktif menghisap darah dari pagi sampai sore, sedangkan pada malam hari mereka beristirahat. Nyamuk jenis ini membawa virus DBD di dalam kelenjar ludah mereka, sehingga saat nyamuk ini menghisap darah orang sehat, orang tersebut otomatis akan terkena demam berdarah.
Demam berdarah bukanlah penyakit yang bisa dianggap sepele. Penyakit ini menimbulkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga jumlah trombosit menurun dan terjadi pendarahan di beberapa bagian tubuh penderita. Apabila kondisi ini terus dibiarkan, penyakit demam berdarah ini dapat mengakibatkan kematian. Gejala – gejala penyakit demam berdarah antara lain demam tinggi, sakit perut, mual, badan pegal, nyeri pada persendian, dan muncul bintik – bintik merah di kulit.
Saat terkena demam berdarah, orang tersebut akan mengalami tiga fase. Fase pertama adalah fase demam selama tiga hari pertama. Tiga hari selanjutnya merupakan fase kritis. Pada fase ini, demam sudah tidak terjadi, tetapi di fase inilah harus waspada agar tidak terkecoh dengan menganggap sudah sembuh lalu tidak diberi pengobatan.Tiga hari selanjutnya adalah fase penyembuhan.
Tidak ada obat khusus yang dapat menyembuhkan penyakit demam berdarah. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan - tindakan yang setidaknya dapat membantu. Pertama, berikan penderita obat penurun panas atau parasetamol. Kedua, kompres dahi penderita agar panas tidak terlalu tinggi. Ketiga, perbanyak minum air putih. Penderita demam berdarah biasanya akan kekurangan cairan, maka air putih akan sangat baik untuk mereka. Keempat, berikan penderita makanan yang bergizi agar tubuh menjadi kuat dan dapat melawan virus DBD. Kelima, berikan penderita air daun jambu dan angkak karena dapat membantu menaikkan trombosit.
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahaya nyamuk demam berdarah bagi kelangsungan hidup manusia. Di Bali, telah terjadi beberapa kasus kematian akibat demam berdarah. Berikut adalah data korban meninggal akibat demam berdarah menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2008 – 2012
Tahun 2008, tercatat sebanyak 47 orang meninggal akibat demam berdarah. Para korban berasal dari beberapa Kabupaten, antara lain dari Kabupaten Bangli, Badung, dan Karangasem. Latar belakang korban meninggal bervarias. Ada yang karena kurang pengetahuan tentang demam berdarah, sehingga korban tidak diberi perawatan sampai meninggal dunia. Ada juga yang terlambat di beri pertolongan karena demam berdarah di anggap sepele. Untuk menangani hal tersebut, pemerintah setempat telah melakukan fogging di berbagai tempat yang disinyalir menjadi sarang nyamuk.
Tahun 2009, angka kematian akibat demam berdarah meningkat menjadi 51 orang. Para korban tercatat berasal dari Kabupaten Bangli, Badung, Karangasem, dan Gianyar. Melihat semakin luasnya daerah penyebaran demam berdarah, Pemerintah Provinsi Bali pun mulai melakukan fogging secara menyeluruh dan mensosialisasikan bahaya demam berdarah kepada masyarakat.
Namun usaha yang dilakukan di tahun 2009 ternyata tak membuahkan hasil, justru angka kematian akibat demam berdarah di tahun 2010 kembali naik. Tercatat 60 korban yang berasal dari Kabupaten Bangli, Badung, Karangasem, Gianyar, dan Klungkung. Melihat kondisi ini, pemerintah pun melakukan usaha keras dalam memerangi demam berdarah. Antara lain dengan melaksanakan fogging secara berkala, pemeriksaan jentik nyamuk ke rumah – rumah penduduk, sosialisasi dan seminar tentang demam berdarah, mendistribusikan bubuk abate, dan menggalakkan program 3M (Menguras, Mengubur, Menutup) yaitu menguras bak mandi, mengubur barang – barang yang tidak dipakai, dan menutup tempat – tempat penampungan air.
Usaha keras pemerintah tersebut ternyata berhasil gemilang. Tahun 2011 angka kematian akibat demam berdarah turun drastis, tercatat hanya 15 orang yang berasal dari Kabupaten Bangli dan Badung.
Begitu pula pada tahun 2012, angka kematian akibat demam berdarah kembali turun, tercatat hanya 8 korban dari Kabupaten Bangli. Masyarakat tampaknya mulai mengerti arti penting kesehatan dan kebersihan lingkungan, sehingga tanpa komando pemerintah mereka mulai berinisiatif melakukan kerja bakti lingkungan dan memberantas sarang nyamuk, sehingga angka kematian akibat demam berdarah dapat ditekan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tarik kesimpulan betapa berbahayanya penyakit demam berdarah, sehingga kita harus selalu waspada terhadap gigitan nyamuk terutama saat musim penghujan. Penyakit demam berdarah tidak boleh dianggap sepele, apabila sudah muncul gejala – gejalanya harus segera dibawa ke rumah sakit untuk diberi pertolongan. Mewabahnya penyakit ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama dalam memberantas sarang si vampir kecil alias nyamuk. Kita harus rajin melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan.
Kita semua tentu tidak ingin pengalaman pahit berupa tingginya angka kematian akibat demam berdarah yang terjadi beberapa tahun lalu kembali terulang, maka dari itu perlulah kita melakukan tindakan – tindakan preventif antara lain mencegah diri terkena gigitan nyamuk, mengubur sampah yang dapat menampung air, menguras bak mandi dan kolam secara teratur, meletakkan ikan – ikan di tempat penampungan air karna ikan dapat memakan jentik nyamuk, menutup dan menaburkan bubuk abate pada tempat – tempat penampungan air, melakukan fogging secara berkala, dan yang terpenting adalah selalu menjaga kesehatan tubuh karna apabila kita memiliki daya tahan tubuh yang kuat, kita tidak akan mudah terkena penyakit apapun termasuk demam berdarah. Menjaga daya tahan tubuh dapat dilakukan dengan berolahraga teratur, makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup.
Selain melakukan hal – hal di atas, ada baiknya kita membersihkan tempat – tempat nyamuk Aedes Aegypti biasa berkembang biak. Tempat pertama yaitu di tempat penampungan air untuk keperluan sehari – hari, misalnya drum, tempayan, bak mandi, bak WC dan ember. Tempat kedua yaitu tempat-tempat yang biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, misalnya tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas, botol, pecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut. Tempat ketiga yaitu di tempat penampungan air alami, misalnya lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang dan potongan bambu.

Maka dari itu, mulai dari sekarang marilah kita selalu menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan diri. Saling mengingatkan antar sesama anggota keluarga, dan melindungi orang – orang yang kita cintai dari serangan demam berdarah. Kalau tidak kita mulai dari sekarang, kapan lagi ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar