Increase Your Knowledge :)


Sabtu, 08 Agustus 2015

Inovasi Cerdas Sang Mantan Bintang Rokok

Inovasi Cerdas Sang Mantan Bintang Rokok

Dengan menggunakan setelan baju dan celana berwarna serba hitam, lelaki paruh baya itu melangkah dengan berwibawa ke dalam ruangan. Dengan megambil latar sebuah lukisan penari kuno, ia berpose di depan kamera. Dengan bangga ia menunjukkan piagam dan piala penghargaannya dihadapan para jurnalis.
 Ya, ia memang patut diberi penghargaan oleh Komnas Pengendalian Tembakau atas usahanya melindungi warga kota dari epidemi rokok. Sebagai seorang walikota, ia paham betul tentang bahaya rokok dan ancaman penyakit yang mengintai warganya. Untuk itu, berbagai kebijakan emas telah ia keluarkan demi melindungi warganya. Namun, siapa yang menyangka bahwa ternyata dulu ia justru sempat menjadi bintang iklan produk rokok?
 Ialah Ridwan Kamil, ST. MUD. Atau yang akrab disapa Kang Emil. Ia adalah seorang arsitek, dosen teknik arsitektur ITB, aktivis pengendalian tembakau, sekaligus menjadi walikota Bandung. Pria kelahiran 4 Oktober 1971 ini mulai menjabat sebagai walikota sejak 16 September 2013 bersama wakilnya yang bernama Oded Muhammad Danial.
Belum genap satu tahun menjabat sebagai walikota Bandung, ia telah melakukan berbagai gebrakan kebijakan untuk menata kembali kota Bandung. Salah satu yang patut diacungi jempol, adalah keberanian Kang Emil menelurkan kebijakan soal penanggulangan rokok.
Setelah Rabu nyunda, Kamis english, dan Jumat bersepeda, Kang Emil telah mencanangkan program pengendalian tembakau yang disebut “kampanye satu hari tanpa rokok”. Adapun pilihan harinya jatuh pada hari Selasa. Dimana pada hari itu, ia mengimbau seluruh warga Bandung untuk tidak mengepulkan asap rokok mereka, satu hari dalam seminggu di sudut manapun di kota Bandung.
Saat ini, kebijakan Selasa Tanpa Rokok memang masih soft atau belum dilengkapi dengan sanksi yang konkret. Kebijakan tersebut memang masih sekadar untuk mengetes niat dan keseriusan masyarakat. Namun walau begitu, Kang Emil berpendapat bahwa bahkan sebelum sanksi dibuat, respons masyarakat Bandung sudah cukup bagus.
Tidak hanya satu hari tanpa rokok,  ia juga mengeluarkan kebijakan melarang pemasangan iklan rokok di jalanan kota Bandung. “Sesuai aturan, per Desember 2013, seharusnya sudah tidak boleh ada lagi iklan-iklan rokok. Kalau masih ada pengiklanan rokok tentu akan kita tindak dan cabut.” Ujarnya kepada wartawan Kompas pada 23 April lalu.
Meskipun begitu, ia mengaku masih banyak terdapat biro iklan nakal yang nekat menjual space iklan kepada pengusaha rokok. Bahkan, beberapa diantara mereka banyak yang melapor ke polisi lantaran tidak terima iklannya diobrak-abrik Satpol PP Bandung. “Saya tidak akan gentar menghadapi laporan-laporan dari biro iklan yang kesal. Jika perlu, Pemkot Bandung akan melaporkan balik pengusaha-pengusaha biro iklan reklame yang tidak mematuhi peraturan. Saya disini menyemangati anggota Satpol PP yang sering dilaporkan ke polisi oleh biro-biro iklan yang sebenarnya menggertak saja,” ungkapnya kepada wartawan Kompas.
Inovasi kreatif kang Emil tidak hanya berhenti sampai disitu. Kang Emil juga mencanangkan Car Free Day yang ia desain untuk mengurangi polusi kota. Untuk itu, ia juga menginstruksikan jajaran Satpol PP Bandung untuk menegur warga yang ketahuan merokok di Car Free Day. “Car Free Day diadakan untuk mengurangi polusi kendaraan. Jika masih ada yang merokok, sama saja membuat polusi. Jadi jangan kesal kalau nanti ada denda atau hal-hal yang sifatnya paksaan karena itu diperlukan.” Pungkasnya kepada wartawan Detik, 16 Februari lalu.
Lantas. Melalui media apa ia mensosialisasikan kampanye pengendalian tembakau tersebut kepada masyarakat? inilah sisi unik dari Kang Emil. Rupanya ia menggunakan media sosial yang tengah digandrungi anak muda masa kini, twitter, untuk memuluskan kebijakannya. Melalui akun twitternya @ridwankamil , Kang Emil berinteraksi dengan warga kota Bandung. “Jangan lupa besok kita latihan #SelasaTanpaRokok. Mari.” Kicaunya di twitter pada 19 Mei lalu.
Melihat begitu gigihnya sang walikota Bandung ini mengkampanyekan pengendalian tembakau, tak akan ada yang menyangka bahwa dulunya ia adalah seorang bintang iklan rokok. Rumor tersebut mulai beredar ketika salah satu pengguna twitter, @sheque , menulis "Ridwan Kamil dulu bintang iklan rokok sekarang nglarang iklan rokok. Jadi inget mbak Inneke Koesherawati dulu main film panas sekarang berhijab," di akunnya pada tanggal 23 April lalu.
Rumor tersebut ternyata benar adanya. Jika kita mengetik “Iklan Rokok Ridwan Kamil” pada kolom search situs youtube, akan muncul video iklan rokok yang telah diunggah sejak 23 Desember 2010. Video berdurasi 30 detik itu menampilkan sosok Ridwan Kamil, dengan backsound berbunyi “Ridwan Kamil, pemenang Award Winning Architect. Karyanya memberi inspirasi pada ruang, lahir dari semangat yang tak lekas puas, keras perjuangannya atas idealisme, demi keselarasan kota dan manusia. Menciptakan suatu fungsi yang saling mengisi. Tanpa banyak kata, menginspirasi melalui imajinasi, Talk Less Do More.”
Sejak saat itu, Kang Emil jadi sering disindir dan dibully terkait masa lalunya tersebut. Banyak tweet bernada miring yang ditujukan kepadanya. Sementara itu, Ditemui oleh wartawan Detik di Griya Jenggala tanggal 20 Mei lalu, Kang Emil justru menanggapi berita tersebut dengan canda. “Enggak apa-apa. Mendingan jadi mantan preman daripada jadi mantan ustad.” Guraunya sambil tertawa.
Kang Emil menambahkan, sempat terlibat dengan industri rokok memang salah satu penyesalan terbesar dalam hidupnya. Apalagi dahulu ia sempat menjadi perokok walau hanya sebatas sociosmoker (hanya merokok jika berada di lingkungan para perokok). Namun kini, ia telah menjabat sebagai seorang kepala daerah yang selayaknya menjadi panutan warga. Oleh karena itulah ia berhenti merokok dan justru menjadi aktivis penanggulangan tembakau.
            Berkaca dari kisah hidup dan perjuangan Kang Emil dalam memberantas rokok, maka memang pantas rasanya ia meraih penghargaan atas inovasinya menciptakan kebijakan penanggulangan tembakau. Pada tanggal 19 Mei 2014, Komnas Pengendalian Tembakau secara resmi telah menyerahkan penghargaan kepada Kang Emil. Penghargaan tersebut diserahkan bertempat di Griya Jenggala, Jalan Jenggala 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
            Ketua Komnas Pengendalian Tembakau, Dr. Prijo Sidipratomo, mengaku sangat mengapresiasi kebijakan dari Kang Emil tersebut. menurutnya, tak banyak pemimpin di negeri ini yang berani menegakkan peraturan perihal rokok. “Beliau berani mengambil keputusan yang tidak populer. Tidak banyak orang di negeri ini yang berani jadi risk taker soal rokok.” Ungkapnya pada wartawan Detik pada 19 Mei lalu.
            Untuk itu, sudah seharusnya makin banyak pemimpin daerah di Indonesia yang mengikuti jejak Kang Emil tersebut. Jika saja Indonesia serius dalam menanggulangi bahaya rokok, tentu akan berdampak positif bagi bangsa ini. Selain warganya yang semakin sehat, terhindar dari berbagai penyakit mematikan akibat rokok, lingkungan juga akan semakin asri dan bebas dari polusi. Kang Emil dan kita semua berharap, semoga nantinya masyarakat Bandung maupun Indonesia, dapat berhenti merokok untuk menciptakan kehidupan yang lebih sehat. Ayo, sama-sama jadi aktivis pengendalian tembakau!
***
Daftar Pustaka
Anonim, 2014. Ridwan Kamil Lindungi Masyarakat dari Bahaya Rokok. Diakses dari http://www.publikanews.com/2014/05/ridwan-kamil-inovasi-pemimpin-muda.html pada tanggal 22 Mei 2014.
Aditya, 2014. Rupanya Kang Emil Dulu Pernah Jadi Bintang Iklan Rokok. Diakses dari http://health.liputan6.com/read/2041969/rupanya-kang-emil-dulu-pernah-jadi-bintang-iklan-rokok pada tanggal 22 Mei 2014.
Anonim, 2014. Masih Ada yang Merokok di CFD, Ridwan Kamil: Itu Sebagian Wajah Indonesia. Diakses dari http://www.kompak.co/news-update/masih-ada-yang-merokok-di-cfd-ridwan-kamil-itu-sebagian-wajah-indonesia/ pada tanggal 22 Mei 2014.
Anonim, 2014. Ridwan Kamil: Tak Boleh Ada Lagi Iklan Rokok di Bandung. Diakses dari http://www.kompak.co/news-update/ridwan-kamil-tak-boleh-ada-lagi-iklan-rokok-di-bandung/ pada tanggal 22 Mei 2014

Anonim, 2014. Ridwan Kamil. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ridwan_Kamil pada tanggal 22 Mei 2014.

(Essay ini diikutkan sebagai peserta dalam perlombaan menulis cerita feature dalam rangka memperingati hari anti rokok tahun 2014) 

Psikologi Agama Sebagai Solusi Pengurangan Prevalensi Bunuh Diri Remaja

Psikologi Agama Sebagai Solusi Pengurangan Prevalensi Bunuh Diri Remaja
Setiap orang pasti pernah mengalami masa muda atau remaja, yaitu suatu fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa peralihan ini pola pikir remaja masih labil, serta rentan mengalami depresi. Menurut Dr. Tjihin Wiguna, salah satu dokter dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pikiran untuk bunuh diri biasa muncul pada anak usia 12 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak mulai memasuki remaja dengan pola pikir yang telah berkembang untuk memahami rasa depresi dan putus asa.
Menurut Amir Amarullah, salah satu wartawan VIVANews Indonesia, pada tahun 2009 telah terjadi 13 kasus bunuh diri pada anak usia 5-25 tahun. Sementara itu, berdasarkan laporan paruh waktu tahun 2012 yang dihimpun oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, terungkap fakta bahwa dari bulan Januari sampai dengan Juli 2012, telah terjadi 20 kasus remaja bunuh diri. Berkaca dari tingginya angka bunuh diri di kalangan remaja, sebenarnya apa hakikat dari bunuh diri tersebut?
Bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium” yang terdiri dari dua kata yaitu “suidan “cidium”. “Suiberarti sendiri dan “cidium” berarti pembunuhan. Bunuh diri dapat diartikan sebagai upaya mengakhiri hidup sendiri, dengan maksud menghentikan keikutsertaan akan suka dan duka dalam kehidupan di dunia (Dr. Rusmin, 2014).
Metode yang kerap digunakan remaja dalam mengakhiri hidupnya tergolong variatif, diantaranya mengonsumsi obat tertentu secara berlebihan, gantung diri, menggunakan senjata api, menenggelamkan diri, melompat dari ketinggian, serta memotong urat nadi (Marris, 2000).
Menurut Arist Merdeka Sirait, selaku ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak 2012, penyebab utama remaja bunuh diri adalah depresi yang disebabkan oleh putus cinta (40%), frustasi ekonomi (35%), keluarga tidak harmonis (20%), serta masalah sekolah (5%). Prof. Dr. Dadang Hawari (2010), salah seorang psikiater jebolan Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa depresi merupakan penyebab utama bunuh diri serta menduduki peringkat ke-6 dari penyebab utama kematian di Amerika Serikat.
Dalam bukunya, Suicide, Durkheim (1897-1951) mengklasifikasikan bunuh diri ke dalam empat tipe, yaitu egoistic suicide (integrasi individu terhadap lingkungan sosialnya terlalu rendah, individu merasa diri mereka tidak memiliki arti), altrustic suicide (integrasi individu terhadap lingkungan sosialnya terlalu tinggi, individu merasa harus mengorbankan jiwanya demi kelompok sosial yang diikutinya), anomic suicide (integrasi individu terhadap lingkungan sosialnya terlalu rendah, individu merasa kecewa terhadap tatanan sosial di lingkungan sekitarnya), serta fatalistic suicide (individu merasa terbatasi ruang geraknya, sehingga ia memilih untuk mengakhiri hidup).
Hakikat Psikologi Agama dan Kaitannya dengan Perilaku Bunuh Diri
Psikologi agama terdiri atas dua kata, yaitu psikologi dan agama. Psikologi berarti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan agama berarti segala masalah dan keyakinan yang menyangkut kehidupan batin manusia. Psikologi agama dapat diartikan sebagai cabang ilmu psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya (m.wikipedia.org/wiki/psikologi_agama). Menurut Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, ruang lingkup psikologi agama meliputi kegiatan ibadah seseorang, gerakan kemasyarakatan dari sekelompok penganut agama, budaya agama, serta kesadaran berama dalam masyarakat.
Agama melindungi manusia dari keinginan untuk menganiaya dirinya sendiri, dimana pembentuk agama adalah keberadaan sejumlah kepercayaan dan praktik tertentu yang dilakukan bersama oleh sekelompok orang beriman. Semakin banyak dan semakin kuat kepercayaan semacam ini, maka akan semakin kuat pula integrasi sosial dalam kelompok individu tersebut (Durkheim, 1897/1951).
Prof. Dadang Hawari, dalam bukunya, Psikopatologi Bunuh Diri (2010) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa kalangan penduduk yang taat beragama memiliki angka bunuh diri yang lebih rendah dibanding mereka yang cenderung apatis terhadap ajaran agama. Hal ini dikarenakan bunuh diri terjadi akibat hilangnya kepercayaan seseorang bahwa Tuhan mampu mengubah nasibnya.
Pada tahun 1984, World Health Organisation telah menginstruksikan bahwa dimensi spiritual keagamaan sama pentingnya dengan dimensi fisik, psikologis, serta psikologi sosial. Komitmen agama sebagai suatu kekuatan spiritual tidak dapat diabaikan karena agama berperan sebagai pelindung lebih daripada sang penyebab masalah. Komitmen agama bermanfaat bagi upaya pencegahan dengan bertindak sebagai kekuatan pelindung dan penyangga seseorang dari faktor risiko penyebab depresi yang memungkinkan tindakan bunuh diri (Larson, 1992).
Agama dapat mencegah manusia dari keinginan untuk bunuh diri. Menurut Durkheim (1987/1951), semakin ketat suatu ajaran agama dijunjung oleh penganutnya, maka akan semakin kuat integrasi sosial yang terbentuk dalam kelompok tersebut. Semakin dalam upaya orang tua menanamkan ajaran agama pada anak-anaknya, maka semakin tinggi pula penghargaan yang anak berikan terhadap dirinya.
Peran psikologi agama dalam pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat telah memasuki tahap urgent (Prof. Zakiyah Dadrajat, 2004). Dilihat dari sudut kesehatan mental, kajian psikologi agama memiliki tiga bentuk manfaat yaitu pencegahan (transfer ajaran agama semisal sikap tawakal, kepasrahan, dan hukum akhirat akan menimbulkan rasa tidak enak atau rasa takut dalam diri remaja untuk melakukan hal-hal diluar batas kewajaran), pengobatan (terapi doa dan pengobatan tradisional untuk menyembuhkan depresi pada remaja maupun mengembalikan kesadaran pada remaja yang sudah melakukan percobaan bunuh diri), serta pemeliharaan (melalui ceramah keagamaan serta pembelajaran agama di sekolah akan mempertahankan kualitas moral serta kepercayaan diri remaja).
Ditilik dari ruang lingkup psikologi agama, aspek-aspek berupa kegiatan ibadah, kesadaran beragama, serta gerakan keagamaan dapat diterapkan dalam kehidupan remaja. Implementasi ajaran psikologi agama dalam kehidupan masa kini adalah bahwa penanaman ajaran agama yang kuat dan terstruktur kepada remaja penting untuk menekan keinginan bunuh diri pada remaja tersebut.
Kegiatan ibadah, yaitu berdoa dan ritual, mampu memberikan rasa optimis, semangat hidup, serta meminimalisir perasaan putus asa ketika seseorang mengalami masalah maupun keadaan yang kurang menyenangkan dalam hidupnya (Prof. Dr. Zakiah Daradjat, 2010). Doa mampu menolong remaja yang sedang mengalami depresi, dengan jalan memberikan ketenangan, keyakinan akan datangnya kondisi hidup yang lebih baik serta autosugesti yang akan mendorong remaja tersebut untuk mencapai apa yang ia doakan (dalam hal ini bebas dari jeratan masalah yang membuatnya depresi).
Kesadaran beragama merupakan faktor penting dalam membangkitkan semangat hidup remaja yang mengalami depresi. Keberadaan ajaran-ajaran agama seperti ayat-ayat kitab suci yang melarang kegiatan bunuh diri, filosofi agama semisal kepercayaan akan adanya Brahma, Atman, Karmaphala, Punarbhawa, dan Moksa dalam Panca Sradha, serta kepercayaan akan adanya hukuman akhirat bagi mereka yang mengakhiri hidup secara sengaja (kepercayaan akan adanya neraka) mampu mencegah remaja melakukan hal-hal yang tidak wajar seperti self injury (kegiatan melukai diri sendiri) dan bunuh diri.
Gerakan keagamaan yang berlangsung dalam masyarakat juga menawarkan solusi dalam mengurangi prevalensi bunuh diri. Mengikuti gerakan keagamaan akan menyibukkan remaja dengan kegiatan positif, sehingga remaja mampu menangkap pengalaman-pengalaman baru dari sudut pandang yang belum pernah ia tinjau sebelumnya, serta mempersempit waktu remaja untuk melakukan hal-hal yang tidak wajar seperti self injury dan bunuh diri. Dalam lingkungan masyarakat Bali, gerakan keagamaan ini berupa Sekaa Teruna Teruni (STT), pasraman, serta kelompok pesantian.
Kesimpulan yang didapat, remaja pada umumnya memiliki pola pikir yang masih labil, sehingga rentan mengalami putus asa dan depresi. Rasa depresi ini apabila tidak ditangani dengan baik akan memunculkan keinginan bunuh diri pada remaja. Adapun psikologi agama, salah satu cabang ilmu kejiwaan yang mempelajari tentang hubungan keyakinan batin terhadap tingkah laku manusia hadir memberikan solusi akan masalah tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa ketaatan beragama mampu menekan angka bunuh diri. Hal ini dikarenakan kajian psikologi agama bermanfaat dalam bidang pencegahan dan pengobatan depresi, serta pemeliharaan mental pelaku percobaan bunuh diri. Selain itu, implementasi psikologi agama seperti kegiatan ibadah, penanaman teori agama, dan organisasi keagamaan mampu menolong remaja dari kekalutan pikiran yang mendorongnya untuk bunuh diri.
Kedepannya, diharapkan ketiga sumber belajar remaja yaitu keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan formal), serta masyarakat (pendidikan non formal) dapat bahu-membahu menyempurnakan ajaran agama dalam diri remaja, sehingga akan terbentuk remaja dengan mental yang sehat serta bebas dari rasa depresi maupun kekhawatiran. Kajian-kajian psikologi agama hendaknya diterapkan dalam mengurangi prevalensi bunuh diri remaja, baik dalam bentuk pencegahan, pengobatan, maupun pemeliharaan.

Daftar Pustaka
Amarullah, A. (2009). Kasus Bunuh Diri di Indonesia. Diakses Mei 13, 2015 dari http://m.news.viva.co.id/news/read/110420-kasus_bunuh_diri_di_indonesia
Anonim. (2012). Singkat Mengenai Bunuh Diri Dalam Perspektif Faktor Risiko Resiliensi dan Keterlibatan Agama. Diakses Mei 13, 2015 dari https://justclickado.wordpress.com/2012/03/20/singkat-mengenai-bunuh-diri-dalam-perspektif-faktor-risiko-resiliensi-dan-keterlibatan-agama/
Azwarni, Y. (2013, Oktober). Psikologi Agama tentang Ruang Lingkup dan Kegunaan Psikologi Agama. In the meeting of Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang. Indonesia : Sumatera Barat.
Hayuningtyas, D. (2013). Upaya Bunuh Diri Sebagai Bentuk Depresi pada Remaja Putri Korban Trafficking. Jurnal Dinar, 4-5.
Kurnia, L. (2013). Pengertian, Sejarah Perkembangan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Psikologi Agama untuk Pendidikan. Diakses Mei 14, 2015 dari https://salusta.wordpress.com/2013/10/25/pengertian-sejarah-perkembangan-manfaat-ruang-lingkup-dan-manfaat-psikologi-agama-untuk-pendidikan/
Nugraeni, R. (2015). Kenapa Remaja Rentan Bunuh Diri. Diakses Mei 13, 2015 dari http://tumbuh-kembang.co.id/kenapa-remaja-rentan-bunuh-diri/
Oltmanns, T. (2013). Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Pendidikan Sosiologi UNY. (2013). Teori Sosiologi Klasik, Emile Durkheim 2. Diakses Mei 13, 2015 dari http://gurumudasosiologi.blogspot.com/2013/12/-teori-sosiologi-klasik-emile_2.html?m=1
Purwanto, S. (2007). Psikoterapi Doa. Diakses Mei 13, 2015 dari http://setiyo.blogspot.com/2007/02/terapi-doa.html?m=1
Rozaki, A. (2012). Bunuh Diri di Kalangan Anak dan Remaja Indonesia. Diakses Mei 14, 2015 dari http://kyotoreview.org/bahasa-indonesia/bunuh-diri-di-kalangan-anak-dan-remaja-indonesia/
Tumanggor, R. (2014). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Wikipedia. (n.d.). Psikologi Agama. Diakses Mei 13, 2015 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Psikologi_agama

(Essay ini diikutkan sebagai salah satu peserta dalam Psychological Writing Competition Universitas Udayana / PWC UNUD tahun 2015)

Bali, Putra Sulung Industri Kreatif Indonesia

Bali, Putra Sulung Industri Kreatif Indonesia

Tahun demi tahun berlalu, tidak terasa pada bulan Agustus 2015 mendatang Indonesia akan merayakan ulang tahunnya yang ke-70. Berbagai tantangan telah dilewati, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan keamanan. Namun perjuangan bangsa Indonesia belum selesai. Menghadapi tahun 2015 dan juga era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada suatu tantangan baru yang tidak kalah sulitnya. Tantangan tersebut akrab disebut AFTA (ASEAN Free Trade Area).
Menurut definisi dari Departemen Keuangan Republik Indonesia, AFTA merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN (Association of South East Asian Nations) untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.
AFTA dibentuk pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-IV di Singapura tahun 1992. Realisasi AFTA berupa penurunan tarif bea masuk sebesar 0-5%, penghapusan pembatasan kuantitatif,  serta penghapusan segala hambatan non tarif ekspor impor. Adapun perkembangan terakhir dari AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapus seluruh bea masuk impor barang bagi negara-negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Kamboja, Laos, Brunei Darussalam, Myanmar dan Vietnam) pada tahun 2015.
Dewasa ini, isu mengenai AFTA belum banyak diangkat oleh media, baik media cetak maupun elektronik. Hal ini mengakibatkan masyarakat Indonesia kurang menyadari tantangan yang dihadirkan oleh AFTA. Pada era AFTA, barang-barang hasil produksi negara-negara ASEAN dapat diperdagangkan secara bebas, akibat dihapuskannya bea impor masuk. Hal ini menuntut produsen Indonesia untuk meningkatkan kualitas produk agar mampu bersaing di pasar ASEAN.
Menurut Amalia Adininggar, selaku Wakil Direktur Perdagangan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Singapura, Vietnam, dan Malaysia, Indonesia masih kalah dalam bidang produksi alat elektronik, mesin, dan bahan kimia. Namun, terdapat beberapa komoditi Indonesia yang justru mengalami kenaikan pada pangsa pasar ASEAN yaitu minyak nabati, produk makanan, alas kaki, logam, transportasi, plastik, karet, dan kayu.
Industri Kreatif, Strategi Indonesia Menghadapi AFTA
Dalam menghadapi AFTA, seluruh sektor ekonomi Indonesia diharapkan bahu-membahu dalam memajukan perekonomian. Cara yang ditempuh dapat dengan menciptakan inovasi maupun ide kreatif dalam memanfaatkan peluang usaha, serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
Tidak hanya perusahaan-perusahaan besar bermodal tinggi yang perlu dikembangkan, melainkan perusahaan yang masih berada pada tingkat menengah maupun kecil juga membutuhkan perhatian ekstra. Sektor ekonomi menengah dan kecil tersebut adalah industri kreatif. Dalam bukunya, The Creative Economy, John Howkins (2001) mengungkapkan setelah berlalunya berbagai era meliputi era pertanian, era industri, dan era informasi, akan datang era baru yang disebut dengan era kreatif. Era ini ditandai dengan berkembangnya industri yang menggunakan ide serta keterampilan individu sebagai modal utama, bukan uang ataupun mesin produksi.
Berdasarkan definisi dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, industri kreatif adalah industri yang berdiri dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Adapun industri kreatif dapat meliputi berbagai bidang yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, video/film, fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan/percetakan, komputer/perangkat lunak, televisi/radio, riset dan pengembangan, serta kuliner.
Industri kreatif dinilai dapat membantu Indonesia dalam menghadapi gempuran AFTA akibat keberadaannya yang mampu memberikan kontribusi nilai ekonomi yang signifikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, meningkatkan pengelolaan sumber daya, menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan nilai ekspor, serta mengangkat citra, ciri khas dan identitas bangsa (Laporan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012). Menurut data Studi Pemetaan Industri Kreatif tahun 2007, industri kreatif telah berjasa menyumbang 6,3% pada Produk Domestik Bruto (PDB) serta mampu menyerap 5,4 juta tenaga kerja.
Keunikan Indonesia : Kearifan Lokal
Berbicara soal ciri khas serta identitas bangsa, Indonesia memiliki modal yang tidak dipunyai negara lain yaitu kearifan lokal (local wisdom). Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup, dan kearifan hidup. Pada umumnya, kearifan lokal diwariskan secara turun menurun dari generasi ke generasi (Suyono Suyatno, 2011).
Kearifan lokal dapat diasosiasikan ke dalam penciptaan industri kreatif. Hal ini dikarenakan kearifan lokal merupakan bumbu vital bagi pemberdayaan perekonomian masyarakat akibat adanya modal sosial berupa hubungan yang erat dalam jaringan masyarakat (Francis Fukuyama, 1999).
Industri yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam pengembangan usahanya tidak perlu takut kekurangan pembeli, karena industri jenis ini telah memiliki konsumen tetap yaitu masyarakat pemilik budaya itu sendiri. Bahkan, pemilik industri berbasis kearifan lokal tersebut berkesempatan mendapat keuntungan lebih dengan jalan menjual produk mereka ke luar Indonesia, sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia ke negara lain. Produk-produk tersebut diyakini mampu bersaing di pasar global, karena memiliki keunikan tersendiri, serta lain daripada yang lain.
Bali, Basis Industri Kreatif Indonesia
Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu-ribu pulau, dimana masing-masing pulau tersebut memiliki keunikannya tersendiri. Beberapa daerah dari pulau tersebut lantas berkembang menjadi sentra industri yang potensial, sebut saja kota Yogyakarta, Bandung, Jepara, dan pulau Bali.
Bali akrab disebut sebagai putra sulung industri kreatif Indonesia. Hal ini dikarenakan produk-produk Bali mengadaptasi budaya lokal serta memiliki nilai jual yang tinggi. Hatta Rajasa, selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menilai Bali sebagai basis industri terkuat di tanah air, sehingga akses permodalan bagi industri kreatif Bali perlu diperbanyak.
 Apapun yang dijual di Bali terbukti laris manis diserbu konsumen, baik konsumen lokal, wisatawan domestik, maupun wisatawan asing. Menurut data yang dihimpun oleh Tjok Gede Agung selaku pengamat pariwisata Bali, kunjungan turis asing ke Bali mencapai rata-rata 300.000 orang per bulan. Besarnya animo wisatawan terhadap pulau Bali sudah tentu menjadi pasar yang potensial bagi pengusaha Bali, utamanya yang bergerak di bidang industri kreatif, untuk menjual hasil kreatifitas mereka sekaligus mengenalkan budaya Bali kepada masyarakat asing.
Ragam Karya Industri Kreatif di Bali
Pernah tidaknya berlibur ke Bali seakan menjadi prestise tersendiri bagi para wisatawan. Hal tersebut dibuktikan dengan keengganan para wisatawan untuk kembali ke daerah asalnya sebelum membeli buah tangan karya masyarakat Bali, atau yang akrab disebut oleh-oleh khas Bali. Dewasa ini, oleh-oleh khas Bali telah berkembang ke dalam berbagai jenis. Diantaranya yang paling menonjol adalah dalam sektor pangan, sandang, cinderamata, serta seni pertunjukan.
Dalam bidang pangan, Bali mempunyai ikon kuliner yang khas yaitu ayam betutu, lawar, babi guling, dan sambel matah. Kuliner khas Bali ini menggunakan bumbu-bumbu khas Bali sehingga menawarkan cita rasa unik yang digemari para wisatawan. Adapun kuliner merupakan salah satu bagian dari sektor industri kreatif, sehingga sektor ini dapat menjadi pilihan yang menjanjikan bagi para wirausahawan.
Dalam bidang sandang, Bali memiliki produk unggulan yang telah mendunia yaitu baju barong dan baju Joger. Menyempatkan diri mengunjungi pantai di Bali, kita akan menemukan banyak wisatawan yang mengenakan produk baju barong dan Joger. Adapun produk ini digemari karena nyaman dipakai, memiliki sentuhan nuansa Bali, unik, memiliki ciri khas tersendiri, serta harganya tergolong terjangkau. Selain itu, Bali juga memiliki kain tradisional yaitu songket dan endek yang kini tengah bersaing di pasaran.
Tidak mau kalah, sektor kerajinan dan cinderamata pun ikut bersaing memperebutkan hati konsumen. Bali termasuk dalam kategori daerah yang memiliki banyak pasar seni, diantaranya pasar seni Sukawati, Kuta, Badung, Kumbasari, Guwang, dan Ubud. Adapun pasar seni ini menjual berbagai cinderamata khas Bali, meliputi koleksi baju dan celana, gelang, kalung, dompet, tas, maket, patung, dan lukisan.
Sektor industri kreatif berikutnya yaitu seni pertunjukan. Tidak dapat dipungkiri, Bali dikenal sebagai salah satu pulau yang masih menjunjung tinggi adat dan budayanya. Berbagai pertunjukan seperti Tari Kecak, Tari Topeng, Tari Barong, Joged Bumbung, Arja, Lawak, serta pertunjukan wayang tidak pernah dilewatkan wisatawan apabila berkunjung Bali.
Melihat tingginya ragam serta potensi industri kreatif yang terdapat di pulau Bali, tidak berlebihan rasanya apabila Bali dijuluki sebagai putra sulung industri kreatif Indonesia. Ditambah dengan bumbu-bumbu kearifan lokal dan nilai budaya yang diintegrasikan ke dalam setiap produk yang ditawarkan, menjadikan hasil-hasil industri Bali memiliki daya saing yang tinggi di pasar global.
Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, ekspor hasil industri Bali menyumbang 39,73% dari total ekspor Bali pada bulan Januari 2012, dengan penyumbang utama berupa produk tekstil. Selain itu, produk kerajinan seperti kerajinan kayu, furniture, perak, kulit, serta bambu telah menyumbang devisa sebesar 11,8 juta USD bagi pendapatan pemerintah Bali.
Penutup
Kesimpulan yang didapat, AFTA (era perdagangan bebas ASEAN) merupakan suatu tantangan bagi bangsa Indonesia untuk lebih memaksimalkan potensi yang dimiliki serta lebih meningkatkan kualitas produk buatan Indonesia. Salah satu cara menghadapi AFTA adalah dengan mengembangkan industri kreatif, yaitu industri yang bekerja dengan cara mengekploitasi daya kreasi dan daya cipta pendirinya. Adapun industri kreatif tersebut akan semakin mampu bertahan dalam persaingan ganas di pasar ASEAN dengan jalan memanfaatkan kearifan lokal sebagai ciri khas serta identitas bangsa Indonesia.
Bali, selaku salah satu pulau dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia menawarkan potensi yang sangat menggiurkan dalam bidang industri kreatif. Melalui sektor-sektor pangan, sandang, cinderamata, serta seni pertunjukan, industri kreatif di Bali mampu menyedot perhatian ribuan wisatawan serta mendatangkan pendapatan yang tidak sedikit jumlahnya bagi pemerintah Bali. Melihat kenyataan tersebut, maka tidak berlebihan rasanya jika Bali dijuluki sebagai putra sulung industri kreatif Indonesia.
Kedepannya pemerintah diharapkan dapat menaruh perhatian lebih terhadap keberadaan industri kreatif di Bali maupun di Indonesia pada umumnya. Hal ini dikarenakan industri kreatif dinilai mampu membantu Indonesia dalam menghadapi AFTA. Selain itu, mengedukasi masyarakat Indonesia agar lebih mencintai produk buatan negeri sendiri juga merupakan suatu langkah yang penting. Jika bukan kita yang bangga menggunakan dan mengembangkan produk negeri sendiri, lantas siapa lagi?

Daftar Pustaka[1]
Amelia, R. (2014). Jadi, Apa Itu Industri Kreatif. Diakses Mei 16, 2015 dari http://careernews.id/issues/view/2577-Jadi-Apa-Itu-Industri-Kreatif
Dhave, D. (2012). Bali, Putra Sulung Industri Kreatif Indonesia. Diakses Mei 16, 2015 dari http://m.kompasiana.com/post/read/497497/1/bali-anak-sulung-industri-kreatif-indonesia.html
Direktorat Umum Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2012). Hasil Industri dan Kerajinan Penopang Utama Ekspor Bali pada Januari 2012. Diakses Mei 16, 2015 dari http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/accepted_rsses/view/4f96267a-92d0-4c46-9439-2f950a1e1e48
Majalah Bali Dwipa. (2013). Industri Kreatif, Inovatif, Kreatif, Bernilai. Diakses Mei 16, 2015 dari http://majalahbalidwipa.com/industri-kreatif-inovatif-kreatif-bernilai/
Pertiwi, M. (2012). Enam Pasar Seni yang Populer di Bali. Diakses Mei 16, 2015 dari http://travel.kompas.com/read/2012/04/01/13503436/6.pasar.seni.yang.populer.di.bali
Pusat Kebijakan Pendapatan Negara. (2015). ASEAN Free Trade Area (AFTA). Diakses Mei 16, 2015 dari http:// www.tarif.depkeu.go.id/Others?hi=AFTA
Rini, P., & Czafrani, S. (2010). Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal oleh Pemuda dalam Rangka Menjawab Tantangan Ekonomi Global. Jurnal UI untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora. 18-21.
Sutika, I. (2015). Kunjungan Wisatawan Asing ke Bali Meningkat. Diakses Mei 16, 2015 dari http://m.antaranews.com/berita/481248/kunjungan-wisatawan-asing-ke-bali-meningkat
Suyatno, S. (2011). Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan Identitas Keindonesiaan. Diakses Mei 16, 2015 dari http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1366
Widyasanti, A. (2010). Perdagangan Bebas Regional dan Daya Saing Ekspor, Kasus Indonesia. (Laporan). Indonesia: Jakarta.
Wikipedia. (n.d.). Industri Kreatif. Diakses Mei 16, 2015 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Industri_kreatif
Yosua, E. (2014). Inilah Tsunami yang Dapat Memporak-porandakan Perekonomian Indonesia 2015. Diakses Mei 16, 2015 dari http://www.go-indonesia.info/inilah-tsunami-yang-dapat-memporak-porandakan-perekonomian-indonesia-2015/

(Essay ini berhasil meraih juara 2 dalam perlombaan essay Kampung Komunikasi Universitas Islam Indonesia / UII tahun 2015)

Sekaa Teruna – Teruni, Pacu Kegairahan Beragama Yowana Bali

Sekaa Teruna – Teruni, Pacu Kegairahan Beragama Yowana Bali

            Setiap orang pastinya pernah mengalami masa muda atau remaja, yaitu suatu fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Saat masa peralihan ini pola pikir remaja masih sangat labil, akibat tingkat emosional yang menggebu-gebu serta kemampuan yang masih rendah dalam meredam emosi tersebut. Apalagi seiring dengan berkembangnya zaman, arus globalisasi seakan terus mewabah tak bisa dikendalikan. Globalisasi sendiri saat ini telah mendera seluruh belahan dunia, tak terkecuali Indonesia khususnya Pulau Bali. Kini, globalisasi telah menjelma menjadi ancaman tersendiri bagi budaya Bali serta sikap dan perilaku generasi muda (yowana) Bali.
            Tak dapat dipungkiri, sikap dan aturan adat yang dipegang para yowana Bali kini mulai meluntur tergerus waktu. Kegairahan yowana Bali, baik dalam bidang beragama maupun melestarikan budaya Bali mulai merosot. Hal tersebut tercermin dari ketidakmampuan yowana Bali masa kini dalam kegiatan-kegiatan yang berbau keagamaan, misalnya mejejahitan, membuat canang, bahkan metanding banten. Yowana Bali masa kini, cenderung lebih pintar mengoperasikan gadget ketimbang membuat sampian gantung, menyusun gebogan, atau sekadar mengulat tipat.
            Tidak menutup mata, banyak yowana Bali yang kini memiliki pola hidup hedonis, yaitu mencari kesenangan demi pemuasan hasrat lahiriah yang palsu (Sandika, 2014: 11). Budaya ini tentunya bertentangan dengan budaya Hindu Bali, yang cenderung berlandaskan kesederhanaan serta rasa syukur dibandingkan dengan pemuasan hasrat duniawi. Selain itu, muncul juga yowana Bali yang cenderung bersifat apatis terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka kurang tertarik mempelajari budaya Bali, kurang tertarik datang ke acara piodalan di lingkungan tempat tinggalnya, bahkan mejejahitan secara asal-asalan pun termasuk bentuk apatisme yowana Bali terhadap kebudayaannya sendiri.
Memasuki Kehidupan Bermasyarakat Sebagai Yowana Bali
            Sebagai sosok manusia yang tengah beranjak dewasa, para yowana Bali pastinya tidak akan lepas dari kegiatan bermasyarakat. Adapun sampai saat ini, terdapat salah satu organisasi tradisional Bali yang masih bertahan hingga kini. Organisasi tersebut adalah Sekaa Teruna – Teruni (STT). Sekaa Teruna Teruni adalah suatu organisasi tradisional yang bertugas membantu (ngayah) desa adat dalam menyelenggarakan kegiatan agama dan budaya di desa setempat. Adapun anggota Sekaa Teruna – Teruni adalah para remaja anggota banjar setempat yang telah berumur 16 tahun ke atas (kebudayaanindonesia.net).
            Sebagai yowana Bali, menjadi anggota dari  Sekaa Teruna – Teruni merupakan suatu kewajiban. Dikarenakan Sekaa Teruna – Teruni merupakan suatu identitas banjar, tulang punggung banjar, serta jati diri para yowana yang tergabung dalam lingkungan banjar tersebut. Segala prestasi dan nama baik banjar dianggap bergantung terhadap eksistensi Sekaa Teruna – Teruni itu sendiri. Adapun selain aktif dalam kegiatan keagamaan yang diselenggarakan lingkungan banjar, Sekaa Teruna – Teruni juga berperan sebagai sarana sosial yang menjadi wadah bagi para anggotanya untuk bertukar pikiran, berinteraksi, serta mewujudkan ide-idenya demi kemajuan bersama.
Peran Sekaa Teruna – Teruni dalam Meningkatkan Kegairahan Beragama Yowana Bali
            Dewasa ini, peran Sekaa Teruna – Teruni terbukti efektif dalam menjaga kegairahan beragama para yowana Bali. Melalui suatu perkumpulan yang berlandaskan budaya dan agama, para yowana seakan berpacu untuk menunjukkan keahliannya masing-masing dalam aktivitas keagamaan. Sekaa Teruna – Teruni, sebagai organisasi yang ikut turun “ngayah” dalam desa adat, secara otomatis akan mengajak para anggotanya untuk mengenal lebih dekat serta turun langsung dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan desa setempat.
            Sebagai contoh, adalah Sekaa Teruna – Teruni Kebon Sari Banjar Tangguntiti yang merupakan salah satu Sekaa Teruna – Teruni yang ada dalam lingkungan desa adat Tonja. Sekaa Teruna – Teruni yang kini beranggota 75 orang tersebut terlihat sangat kompak dalam serangkaian kegiatan keagamaan, misalnya pada acara Ngenteg Linggih Sanggah Pamerajan Dadia yang diadakan pada Rabu, 20 Agustus 2014 lalu. Anggota Sekaa Teruna – Teruni Kebon Sari tampak sangat kompak dalam mengurus segala keperluan acara, mulai dari metanding banten, memasang sampian ke merajan, sampai dengan menyambut tamu.
            Kegairahan beragama para yowana juga jelas terpancar dalam rangka mempersiapkan hari raya Nyepi tahun baru Saka 1937. Para Yowana sibuk membangun ogoh-ogoh yang akan dipentaskan pada upacara pengerupukan yang jatuh pada tanggal 20 Maret 2015. Selain itu, para Yowana juga mempersiapkan parade pertunjukan tari seperti apa yang akan mereka tampilkan. Semangat mereka terpancar jelas dari kesediaan mereka berlatih keras menghapal koreografi, bahkan sampai larut malam bertempat di balai Banjar Tangguntiti.
Sekaa Teruna – Teruni dan Kaitannya dengan Tri Hita Karana
            Tri Hita Karana berasal dari kata Tri yang berarti tiga, Hita yang berarti kebahagiaan dan Karana yang berarti penyebab. Sehingga Tri Hita Karana dapat diartikan sebagai tiga penyebab terjadinya kebahagiaan yang terbagi atas tiga bagian, yaitu Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Tri Hita Karana sendiri dianalogikan sebagai pembangunan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhannya / Sang Hyang Jagatkarana (Parahyangan), antara manusia dengan sesama manusia (Pawongan), serta antara manusia dengan alam lingkungannya / Bhuana (Palemahan) (www.babadbali.com).
            Sekaa Teruna – Teruni, sebagai salah satu organisasi yang bernafaskan agama Hindu pastinya ikut menyelaraskan diri dalam penerapan Tri Hita Karana. Tri Hita Karana diusahakan agar tidak menjadi sekadar konsep, melainkan wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pemaknaan Tri Hita Karana sebagai filosofi hidup, kegairahan beragama dan berbudaya para Yowana Bali diharapkan akan semakin bertambah.
            Sebagai contoh implementasi konsep pertama Tri Hita Karana (Parahyangan) dalam tubuh Sekaa Teruna – Teruni, Sekaa Teruna – Teruni Kebon Sari acapkali turun serta dalam kegiatan-kegiatan Dewa Yadnya, misalnya mempersiapkan piodalan pura, mekarya sanggah, serta melaksanakan kegiatan Titra Yatra bersama secara rutin. Yang kedua, implementasi konsep Pawongan ditunjukkan dengan terjalinnya komunikasi yang harmonis sesama anggota Sekaa, menyelesaikan segala permasalan yang muncul dengan jalan musyawarah, serta turut membantu krama banjar yang sedang menyelenggarakan upacara Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, maupun Manusa Yadnya. Yang ketiga, implementasi konsep Palemahan ditunjukkan dengan kekompakan para Yowana menjaga keamanan lingkungan, gotong royong membersihkan lingkungan setiap sebulan sekali, serta turut serta dalam upacara Bhuta Yadnya yang dilaksanakan dalam lingkungan Banjar Tangguntiti.
Penutup
            Kesimpulan yang didapat, para Yowana Bali sebagai generasi penerus Bali selayaknya terus melestarikan budaya Bali dan jangan sampai kehilangan jati diri dalam menghadapi arus globalisasi. Segala budaya-budaya barat yang buruk, seperti hedonisme, konsumerisme, dan apatisme hendaknya dihilangkan dari jiwa para yowana Bali. Sebaliknya, rasa cinta terhadap budaya Bali, keingintahuan akan wawasan keagamaan, serta kegairahan beragama haruslah lebih ditanamkan terhadap setiap individu yowana Bali.
            Salah satu budaya Bali yang berbentuk organisasi tradisional adalah Sekaa Teruna – Teruni yang berdiri dan hidup dalam lingkungan banjar. Organisasi ini terbukti membawa banyak dampak positif bagi yowana Bali, terlebih karena kegiatan-kegiatannya yang selalu berlandaskan ajaran agama Hindu serta budaya Bali. Sekaa Teruna – Teruni, terbukti mampu meningkatkan semangat dan kegairahan beragama yowana Bali. Untuk itu, keberlangsungannya kini menjadi tanggung jawab para yowana Bali dalam menjaga keberadaan serta eksistensinya demi mewujudkan generasi yowana Bali yang beragama, berbudaya, kreatif, serta berbudipekerti.

Daftar Pustaka
Sandika, Ketut. 2014. Membentuk Siswa Berkarakter Mulia. Surabaya: Penerbit Paramita Surabaya.
Widnyani, Nyoman. 2012. Ogoh – Ogoh Fungsi dan Perannya di Masyarakat dalam Mewujudkan Generasi Emas Umat Hindu. Surabaya: Penerbit Paramita Surabaya.
Anonim. 2014. Sekaa Teruna Teruni. Diakses dari http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/838/sekaa-teruna-teruni pada tanggal 11 Maret 2015.
Anonim. 2014. Tri Hita Karana. Diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_Karana pada tanggal 11 Maret 2015.

Anonim. 2014. Tri Hita Karana dalam Agama Hindu. Diakses dari http://www.babadbali.com/canangsari/trihitakarana.htm pada tanggal 11 Maret 2015. 

(Essay ini berhasil meraih juara 2 dalam perlombaan essay Forum Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Udayana / FPMHD UNUD tahun 2015)

Obesitas Akibat Kelebihan Gizi, Diet Cerdas Jadi Solusi

OBESITAS AKIBAT KELEBIHAN GIZI, DIET CERDAS JADI SOLUSI

Berat badan berlebih atau obesitas dewasa ini menjelma menjadi momok yang amat menakutkan bagi para remaja, utamanya remaja putri. Hal ini notabene disebabkan oleh orientasi remaja yang cenderung mengedepankan kualitas penampilan mereka dalam berbagai bidang. Demi mendapatkan proporsi tubuh yang ideal, para remaja terkadang rela melakukan apa saja, meski harus mengabaikan aspek kesehatan diri mereka sendiri. Berbagai macam diet mereka lakukan, demi menurunkan berat badan menuju angka yang ideal. Lantas apa sebenarnya hakikat dan solusi dari obesitas tersebut?
Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (Hasdianah, 2014: 63). Pada prinsipnya, obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang masuk melalui makanan dengan jumlah kalori yang dibakar lewat aktivitas. Adapun kalori merupakan unit dasar energi yang terkandung dalam zat makanan tertentu. Zat makanan tersebut berasal dari golongan makronutrien yang terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein (Dawn Marks, 2000: 251).
 Apabila kita mengkonsumsi kalori dengan jumlah yang kurang daripada kebutuhan kalori harian, maka tubuh secara otomatis akan menggunakan kalori simpanan tubuh untuk menutupi kekurangan yang diperlukan. Efeknya, berat badan kita akan berkurang. Hal tersebut berlaku sebaliknya. Apabila kita mengkonsumsi kalori dengan jumlah melebihi kebutuhan kalori harian, maka kelebihan kalori ini akan disimpan di dalam tubuh, utamanya pada jaringan adiposa. Efeknya, berat badan kita akan meningkat.
Obesitas sendiri dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, antara lain:
1.      Obesitas ringan: BB mencapai 120% - 140% dari BB ideal
2.      Obesitas sedang: BB mencapai 140% - 200% dari BB ideal
3.      Obesitas berat: BB mencapai lebih dari 200% dari BB ideal
Seseorang dikatakan menderita obesitas apabila telah terjadi akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuhnya. Kelebihan lemak tersebut sebesar 30% di atas normal pada wanita dan sebesar 25% di atas normal pada pria. Adapun selain menganggu penampilan, obesitas juga semakin berbahaya akibat keberadaannya yang dapat memicu penyakit lain semisal diabetes, hipertensi, dan dislipedemia (Hasdianah, 2014: 75).
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia kini sedang didera oleh ancaman obesitas. Menurut survei Jurnal Medis Lancet mengenai daftar negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia tahun 2014, Indonesia tercatat menduduki peringkat nomor 10. Sementara itu berdasarkan data WHO tahun 2008, prevalensi obesitas usia dewasa di Indonesia mencapat 9,4% dengan rincian 2,5% penderita pria dan 6,9% penderita wanita.
Penyebab Obesitas
Di era globalisasi ini, pola hidup masyarakat Indonesia cenderung mengikuti gaya kebarat-baratan. Tanpa mereka sadari, pola hidup seperti inilah yang menjadi pemicu utama terjadinya obesitas. Kebiasaan makan makanan cepat saji, gorengan, serta makanan yang mengandung lemak tinggi merupakan suatu faktor yang dapat memicu terjadinya obesitas. Selain itu, sedentary lifestyle (gaya hidup tanpa banyak bergerak) kerap menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Padahal, aktivitas yang cukup sangat diperlukan untuk pembakaran kalori berlebih dalam tubuh.
            Selain faktor gaya hidup, tidak dapat dipungkiri bahwa faktor genetis merupakan salah satu pemicu obesitas yang perlu dipertimbangkan. Jika terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat terkena obesitas, maka keturunan dari keluarga tersebut memiliki resiko 25%-30% lebih tinggi untuk menderita obesitas pula.
Pencegahan Obesitas
            Tidak ada yang dapat bertanggung jawab terhadap kondisi tubuh kita selain diri kita sendiri. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mencegah penimbunan berat badan berlebih terhadap tubuh kita. Adapun Dr. Aman selaku ketua bidang ilmiah IDIAI sekaligus ahli masalah obesitas telah mengungkapkan “Rumus 5210” sebagai teknik awal pencegahan obesitas. Penerapan rumus tersebut yang pertama adalah lima kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari untuk mencukupi kebutuhan vitamin, mineral, dan juga serat.
Yang kedua, dua jam duduk (di luar waktu sekolah) sudah terlalu lama. Ada baiknya kita mengurangi waktu menonton televisi, bermain game, atau aktivitas duduk lainnya karena akan menganggu metabolisme dan memperlambat pembakaran kalori.
Yang ketiga, satu jam aktivitas fisik setiap hari. Adapun aktivitas yang dipilih dapat berupa jalan santai, bersepeda, dan sebagainya. Dan yang terakhir yaitu nol gram gula. Artinya kita diharapkan seminimal mungkin mengkonsumsi makanan yang mengandung gula. Ada baiknya kita mengganti minuman dan minuman manis tersebut dengan memperbanyak konsumsi air putih.
Peran Generasi Muda
            Sebagai generasi yang peduli akan taraf kesehatan Indonesia, sudah seharusnya kita sebagai pemuda Indonesia mulai memperhatikan permasalahan obesitas di Indonesia. Adapun untuk menekan angka obesitas yang semakin meningkat, kita dapat melakukan berbagai cara yang terbagi atas strategi preventif dan strategi represif.
Jika diamati, jalan yang pertama dan terutama adalah melalui jalur pendidikan. Jalur pendidikan merupakan strategi preventif yang paling efektif. Melalui penanaman pendidikan karakter serta perilaku hidup sehat sejak dini, para pemuda diharapkan terbiasa menerapkan gaya hidup sehat. Seperti halnya melalui pembelajaran biologi, agama, serta budi pekerti, para siswa diberi penyuluhan mengenai bahaya penyakit obesitas. Bagaimana obesitas dapat menganggu penampilan seseorang, sampai dengan bagaimana obesitas dapat memicu penyakit komplikasi lainnya.
Strategi selanjutnya yaitu melalui tindakan represif yang dilakukan apabila obesitas telah terlanjur terjadi. Tindakan represif dilakukan dalam wujud diet sehat, yaitu berupa pengaturan pola makan dengan makanan bergizi seimbang serta rendah kalori. Sebagai generasi muda, kita dapat membantu para penderita obesitas menyusun pola makan yang sehat sehingga secara perlahan dapat menurunkan berat badan mereka.
Pengobatan Obesitas : Terjebak Diet yang Salah
            Bagi mereka yang telah memiliki postur tubuh ideal, menjaga berat badan pastinya menjadi pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan. Namun berbeda halnya dengan mereka yang telah terlanjur menderita obesitas atau kegemukan. Para remaja, utamanya remaja putri acapkali merasa kurang percaya diri dengan bentuk tubuh mereka. Para remaja ini kemudian melakukan berbagai macam variasi diet demi menurunkan berat badan mereka.
            Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari, para remaja putri acapkali mengikuti trend diet yang berkembang mengikuti zaman. Ironisnya, pola diet tersebut dalam penerapannya cenderung memaksakan diri serta mengabaikan aspek kesehatan. Salah satu pola diet yang salah tersebut adalah pola diet yang menerapkan jendela makan. Artinya, pengikut diet ini hanya boleh makan dalam kurun waktu beberapa jam dalam sehari, sedangkan sisanya harus melakukan puasa makan (hanya diperbolehkan minum air putih).
            Menurut Dr. Samuel Oentoro, Sp.GK, selaku seorang ahli gizi mengatakan bahwa pemberlakuan jendela makan serta puasa selama 16, 20, 22, dan 24 jam bukanlah solusi yang tepat bagi diet. Hal tersebut dikarenakan dapat terjadi perubahan hormon yang tidak baik bagi pertumbuhan (id.she.yahoo). Apabila pola ini terus menerus dijalankan, dapat menimbulkan lambatnya pertumbuhan serta terjadinya penuaan dini yang lebih cepat pada kulit.
            Selain itu, puasa selama lebih dari 14 jam juga memberikan efek yang buruk bagi tubuh. Efek tersebut antara lain kekurangan zat gizi yang biasa didapat dari makanan, habisnya cadangan glikogen dalam hati, aktivasi hormon stres dalam tubuh, peningkatan pemecahan protein yang berdampak pada berkurangnya massa otot, penumpukan keton dalam tubuh, serta peningkatan resiko penimbunan lemak dalam hati (meetdoctor.com).
            Lebih parah lagi, terdapat pola diet jendela makan yang melarang pengikutnya untuk melakukan sarapan pagi. Padahal seperti yang telah kita ketahui, sarapan merupakan suatu pemenuhan energi serta nutrisi awal untuk memulai aktivitas di pagi hari. Tidak sarapan akan mengakibatkan tubuh tidak berenergi, penurunan fungsi otak, serta memicu rasa lapar secara terus-menerus sepanjang hari.
            Tidak hanya dampak secara fisik, pola diet dengan jendela makan juga memberikan dampak dalam bidang psikis. Remaja sering kali merasa cemas dan gelisah dalam menunggu waktu makan, serta acapkali makan secara terburu-buru ketika waktu makan mereka hampir habis. Kondisi ini sangat memprihatinkan, melihat asupan makan pengikut diet ini cenderung hanya berpatokan pada jam saja tanpa memperhatikan kualitas serta kuantitas apa yang mereka makan.
            Kesalahan cara diet yang lainnya yaitu diet dengan menggunakan obat pelangsing. Dewasa ini, berbagai macam produk obat pelangsing beredar secara bebas di pasaran. Obat pelangsing tersebut tersedia dalam berbagai wujud, baik dalam bentuk pil, kaplet, sampai susu. Konsumen acapkali menjadi “korban iklan” atas keberadaan obat pelangsing tersebut tanpa terlebih dahulu memikirkan apa efek samping yang bisa terjadi dalam jangka panjang.
            Penurunan berat badan yang diakibatkan obat pelangsing cenderung tidak bertahan lama (dietsehatcantik.com). Apabila kita secara tiba-tiba berhenti mengkonsumsi suatu jenis obat pelangsing tertentu, berat badan kita pun akan kembali seperti semula. Untuk itu, kita dipaksa untuk mengkonsumsi obat pelangsing secara terus menerus. Keputusan menggunakan obat pelangsing selayaknya diimbangi dengan ketersediaan dana yang cukup, karena hampir semua obat pelangsing dibanderol dengan harga yang tidak murah.
            Selain itu, kandungan obat pelangsing ternyata tidak terlalu efektif dalam membantu menurunkan berat badan. Sebagian besar pengaruh obat pelangsing hanya sekadar mengurangi nafsu makan, namun tidak menurunkan asupan kalori (tribunnews.com).
Solusi Obesitas : Seperti Apa Diet yang Cerdas Itu?
            Tidak ada hasil maksimal yang bisa kita dapatkan melalui cara yang instan. Untuk mendapatkan berat badan yang ideal, maka diet yang sehat dan cerdas perlu dilakukan. Diet tersebut berupa pengaturan pola makan yang rendah kalori, namun mengandung serat serta nilai gizi yang tinggi. Pola makan tersebut hendaknya dibarengi pula dengan aktivitas fisik serta olahraga yang teratur.
            Mengapa makanan tinggi serat begitu dianjurkan? Karena serat merupakan suatu zat gizi yang pencernaannya membutuhkan waktu lebih lama dari karbohidrat. Makanan berserat mampu membuat Anda merasa kenyang lebih lama. Selain itu, makanan berserat tinggi seperti buah dan sayur juga memiliki kandungan kalori yang relatif lebih rendah daripada makanan jenis lainnya.
            Tidak hanya mengenyangkan lebih lama, serat juga memiliki fungsi untuk memperlancar defekasi. Serat bermanfaat untuk merangsang gerak peristaltik usus agar normal kembali. Adapun jenis makanan berserat yang dianjurkan antara lain beras tumbuk, beras ketan hitam, kacang-kacangan, sayuran, serta buah yang dimakan dengan kulitnya (Hasdianah, 2014: 96).
            Selanjutnya ada yang dimaksud dengan diet rendah kalori. Diet dalam artian ini tidak hanya sebatas mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori rendah, melainkan juga mengusahakan agar kalori yang masuk setiap hari dikurangi sebanyak 500-1000 kalori dibawah kebutuhan normal (Hasdianah, 2014: 96).
            Menurut Dr. Kathleen Zelman, selaku seorang ahli gizi menganjurkan bahwa dalam diet, pengurangan kalori yang dilakukan maksimal sebanyak 500 kalori dibawah kebutuhan harian dalam sehari (kompas.com/health). Hal ini dikarenakan 0,5 kilogram lemak setara dengan 3.500 kalori. Sehingga dengan cara mengurangi 500 kalori setiap hari, dalam sebulan Anda dapat menurunkan lemak sebanyak dua kilogram.
            Sebagai contoh, seorang wanita rata-rata membutuhkan 2.200 kalori dalam sehari. Maka dalam program diet rendah kalori, wanita tersebut dianjurkan hanya mengkonsumsi sebanyak 1.700 kalori saja perhari. Adapun pengurangan kalori lebih besar dari angka tersebut tidak dianjurkan karena dikhawatirkan akan mengurangi massa otot serta menganggu kinerja organ dalam (kompas.com/health).
            Untuk itu, keterampilan dalam mengatur menu makan yang seimbang merupakan hal yang wajib untuk diketahui. Metode yang dapat menjadi pilihan salah satunya adalah membagi piring makan menjadi empat bagian. Masing-masing dari bagian tersebut diisi dengan makanan pokok, sayuran, buah-buahan, serta daging rendah lemak. Adapun menu tersebut akan semakin sempurna apabila dilengkapi dengan segelas susu rendah lemak.
            Selain itu, pengaturan menu makan juga dapat ditilik dari kandungan zat gizi makanan. Dalam sehari, kita dianjurkan untuk mengkonsumsi lima jenis sayuran dan buah, enam porsi karbohidrat dalam bentuk roti, padi, atau tumbuhan polong, lemak tidak lebih dari 30% kalori total makanan, protein sekitar 0,8 gram/kilogram berat badan, garam tidak lebih dari tiga gram perhari, serta kolesterol tidak lebih dari 300 miligram/hari (Dawn Marks, 2000).
Penutup
            Tidak dapat dipungkiri, bahwa obesitas kini telah menjelma menjadi permasalahan serius bagi masyarakat Indonesia. Hal ini kemudian menjadi tanggung jawab kita bersama, bagaimana mencegah agar fenomena obesitas ini tidak semakin meluas. Utamanya kepada para generasi muda yang menjadi masa depan bangsa, kualitas kesehatan di masa depan seolah-olah menjadi beban tanggungan yang harus diberi perhatian sejak dini.
            Dalam menanggulangi masalah obesitas, tidak ada peran yang dapat dilakukan secara lebih baik dibanding dengan menanggulangi diri sendiri terlebih dahulu. Untuk itu melaksanakan gaya hidup sehat, mengatur pola makan, serta menghindari cara-cara diet yang salah perlu dilakukan sejak dini, melalui lingkup terkecil yaitu keluarga.
Apabila program yang kita lakukan mulai dari diri kita sendiri tersebut telah berhasil terwujud, bukan hal yang mustahil bagi kita untuk menularkan gaya hidup sehat ini terhadap orang-orang yang berada di sekitar kita. Pada akhirnya, secara berangsur-angsur taraf kesehatan masyarakat Indonesia akan semakin meningkat, serta angka penderita obesitas pun lambat laun semakin menurun. Mari secara bersama-sama kita wujudkan Indonesia yang sehat serta sejahtera, Indonesia bebas obesitas

Daftar Pustaka

Setyaningsih, Eko. 2011. Biology Bringing Science to Your Life. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Marks, Dawn. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Vaughans, Bennita. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Hasdianah. 2014. Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Adriani, Merryana. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana.

Anonim. 2014. Beberapa Kekurangan Obat Pelangsing Tubuh. Diakses dari http://www.dietsehatcantik.com/2015/02/beberapa-kekurangan-obat-pelangsing-tubuh.html?m=1 pada tanggal 21 Februari 2015.

Felicia, Nadia. 2010. Berapa Kalori yang Dibutuhkan dalam Sehari. Diakses dari http://m.kompas.com/female/read/2010/09/11/10002336/Berapa.Kalori.yang.Dibutuhkan pada tanggal 21 Februari 2015.

Kartika, Unoviana. 2014. Berapa Batas Aman Kurangi Kalori. Diakses dari http://m.kompas.com/health/read/2014/01/19/1727050/Berapa.Batas.Aman.Kurangi pada tanggal 21 Februari 2015.

Anonim. 2014. Bagaimana Cara Kerja 500 Kalori Best Diet Plans. Diakses dari http://www.healthy-diet-shakes.com/best-diet-plans.html pada tanggal 21 Februari 2015.

Wardhani, Anita. 2012. Pengaruh Buruk Obat Pelangsing Bagi Kesehatan Anda. Diakses dari http://m.tribunnews.com/tribunners/2012/04/17/pengaruh-buruk-obat-pelangsing-bagi-kesehatan-anda pada tanggal 22 Februari 2015

Anonim, 2014. Kontroversi Diet OCD. Diakses dari http://meetdoctor.com/article/diet-ocd-aman-atau-tidak#/page/2 pada tanggal 22 Februari 2015


Anonim, 2014. Tingkat Obesitas Indonesia Nomor 10 Dunia. Diakses dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2014/05/140529_iptek_indonesia_obesitas pada tanggal 22 Februari 2015

(Essay ini berhasil lolos sebagai 8 besar finalis Creative Writing Competition A.K.A IKM Udayana 2015)