Increase Your Knowledge :)


Rabu, 02 Mei 2018

Alasan Punahnya Budaya Nyontek dan Kerjasama di Bangku Kuliah

Banyak yang bilang bahwa kuliah merupakan masa dimana individualisme timbul sangat tinggi. Masing-masing orang mulai mementingkan dirinya sendiri dan kurang perduli terhadap teman-temannya yang lain. Kira-kira bener gak sih?

Suka gak suka, nyatanya pernyataan diatas memang terasa benar adanya. Terdapat beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara masa SMA dengan kuliah. Salah satunya adalah hilangnya budaya “nyontek” dan “kerjasama” dikalangan siswa, yang kini sudah berganti menjadi mahasiswa.

Saat SMA dulu, datang pagi ke sekolah untuk menyalin PR teman rasanya merupakan pemandangan biasa. Siswa juga biasa saling tukar menukar PR lewat foto yang kemudian tersebar dengan cepat ke grup kelas, bahkan grup angkatan.

Tidak hanya masalah PR, berbagai ujian dan ulangan pun diwarnai dengan nyontek dan kerjasama antar teman. Saling tukar-menukar kertas, bisik-bisik, saling kirim jawaban lewat HP, mencontek dari buku yang disembunyikan di kolong meja, dan berbagai teknik nyontek “canggih” lainnya.

Image result for pusing saat ujian

Ketika memasuki bangku kuliah, pemandangan seperti itu akan sangat jarang kalian temui. Kenapa ya kira-kira? Buat kamu yang penasaran, berikut alasan punahnya budaya nyontek dan kerjasama di bangku kuliah :

  1. Pengawasan dan sanksi ujian yang sangat ketat
Waktu ujian saat SMA, siswa yang ketahuan menyontek mungkin hanya diberikan sanksi ringan seperti penyitaan buku, penyitaan HP, ditempatkan pada tempat duduk paling depan, atau paling sadis diambil kertas ulangannya. Namun ketika menghadapi ujian di bangku kuliah, sanksi bagi mahasiswa yang ketahuan nyontek beratnya bisa berkali-kali lipat.

Mulai dari dianggap tidak mengikuti ujian, harus mengulang mata kuliah, bahkan ada universitas yang langsung mendrop-out siswanya yang ketahuan menyontek saat ujian. Nah ini nih alasan yang membuat mahasiswa jadi takut banget buat nyontek.

  1. Tidak ada kolong bangku pada tempat duduk mahasiswa
Kegiatan perkuliahan, termasuk ujian, umumnya sudah menggunakan single chair yang hanya bisa diisi satu orang. Kursi tersebut hanya menyediakan “meja” yang ukurannya sempit, sehingga apapun yang kamu letakkan disana akan terlihat dengan mudah.

Berbeda dengan bangku SMA yang lebar, panjang, serta memiliki kolong meja. Kamu bisa meletakkan atau menempelkan contekan pada bagian samping, bawah, atau kolong meja dengan leluasa tanpa ketahuan pengawas.

  1. Tugasnya tidak lagi bersifat “satu jawaban benar”, sehingga jawabanmu dan temanmu mungkin saja tidak akan sama
Tugas rumah yang diberikan di dunia perkuliahan umumnya bersifat menguraikan dan analitis. Pertanyaan dengan awalan “apakah” atau “sebutkan” akan jarang sekali muncul, digantikan oleh pertanyaan yang berawal “mengapa” dan “bagaimana pendapat Anda”. Untuk menjawab soal-soal seperti ini, tentu aneh jika jawabanmu sama dengan salah satu atau bahkan seluruh teman kelasmu. Karena antara mahasiswa yang satu dengan lainnya pasti memiliki cara pikir yang berbeda-beda.

Hal ini berbeda dengan PR yang diberikan saat SMA, misalnya PR matematika. Sebaliknya, untuk PR dengan “jawaban pasti” seperti itu justru akan aneh jika kamu memiliki jawaban lain yang tidak sama dengan jawaban teman-temanmu.

Image result for menyalin PR teman di kelas

  1. Tidak ada sistem ranking kelas/angkatan
Sangat jarang ada universitas yang mengumumkan ranking dari hasil belajar (atau IPK) dari mahasiswanya. Hal ini membuat IPK menjadi konsumsi pribadi dan bahkan bersifat rahasia, yang tidak akan diketahui oleh mahasiswa lainnya. Sebagai akibatnya, mahasiswa akan menganggap segala usaha belajar, ataupun tugas rumah, juga merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak perlu disamakan dengan mahasiswa lainnya.

Sedangkan ketika SMA, siswa-siswinya cenderung mengejar nilai tinggi hanya untuk menaikkan ranking mereka saja. Sehingga siswa-siswi ini menjadi takut apabila memiliki jawaban tugas/ulangan yang berbeda dengan teman mereka, karena takut nilai mereka akan menjadi yang jelek sendiri dibandingkan nilai teman-temannya.

  1. Kesibukan dan fokus yang berbeda-beda
Hampir seluruh kesibukan dari seluruh siswa SMA pasti sama, yaitu belajar, mengerjakan tugas, dan kemudian mengikuti bimbingan belajar tambahan. Fokus mereka juga sama, yaitu menguasai semua mata pelajaran sebanyak-banyaknya demi lulus ujian sekolah atau SBMPTN. Oleh karena itu, siswa-siswi SMA menaruh perhatian dan usaha yang sama pada semua mata pelajaran yang ada, dengan motto kerja sama dan “harus lulus bareng-bareng”.

Namun di bangku kuliah, mata kuliah yang ditawarkan sangat beragam dan dapat disesuaikan dengan minat mahasiswa yang bersangkutan. Beberapa mahasiswa mungkin saja tidak berminat pada suatu mata kuliah tertentu, sehingga mereka tidak akan ambil pusing dengan tugas mata kuliah tersebut. Sementara itu, mereka mungkin mengerjakan tugas mata kuliah lain (yang menjadi minatnya) dengan sangat baik.

Mahasiswa juga memiliki kesibukan yang sangat beragam, mulai dari kegiatan organisasi, kepanitiaan, lomba, sampai kerja part time. Oleh karena itu, jadwal kuliah menjadi sangat beragam sehingga pemandangan “mengerjakan PR bersama-sama saat pagi hari sebelum kelas” tidak akan pernah kamu lihat lagi.

Image result for anak kuliahan indonesia

Nah itu dia beberapa alasan punahnya budaya nyontek dan kerjasama di bangku kuliah. Apakah kamu juga mengalaminya? Ya, sebagai mahasiswa kita memang (katanya) dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif, jadi masa sih masih nyontek karya orang lain :D

Meskipun begitu, masa-masa nyontek dan kerjasama saat SMA memang kadang-kadang bikin kangen ya hehehe xD

Sekian tulisanku untuk kali ini. Kalau mau sharing-sharing, silahkan kontak aku lewat sosial media yang ada di kanan layar. Terimakasih! J