Increase Your Knowledge :)


Sabtu, 06 Desember 2014

Yadnya dan Kaitannya dengan epos Mahabrata

Pendahuluan
Ringkasan Yadnya
          Apa itu Yadnya? Yadnya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu kata “Yaj” yang berarti memuja, mempersembahkan, atau korban. Menurut kitab Bhagawadgita yadnya berarti suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran untuk melaksanakan persembahan kepada Tuhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian yadnya adalah segala bentuk pemujaan/persembahan dan pengorbanan yang dilaksanakan secara tulus ikhlas dengan tujuan-tujuan mulia dan luhur terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Adapun Yadnya memiliki 4 unsur yaitu Karya (perbuatan), Sreya (ketulus ikhlasan), Bhudi (kesadaran), dan Bhakti (persembahan).
          Keberadaan yadnya dilatarbelakangi oleh adanya Tri Rna (tiga hutang). Adapun masing-masing dari Tri Rna ini kemudian memunculkan yadnyanya masing-masing. Dewa Rna (hutang terhadap Tuhan) memunculkan Dewa yadnya dan Bhuta yadnya. Rsi Rna (hutang terhadap orang suci) memunculkan Rsi yadnya. Dan Pitra Yadnya (hutang terhadap leluhur/saudara/manusia) memunculkan Pitra Yadnya dan Manusa yadnya.
          Tata cara atau rangkaian pelaksaaan suatu yadnya ini disebut dengan upacara. Sedangkan segala alat yang digunakan dalam upacara disebut dengan upakara. Adapun upakara yang tertata dalam bentuk tertentu dan difungsikan sebagai sarana memuja keagungan Tuhan disebut sesajen/banten.
          Yadnya dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan berbagai sudut pandang. Dilihat dari waktu pelaksanaannya, yadnya dibagi 3 yaitu Naimitika yadnya (dilakukan sewaktu-waktu), Nitya yadnya (dilakukan setiap hari), dan yadnya insidental (waktunya tidak tentu). Dilihat dari kuantitasnya, yadnya dibagi 3 yaitu Nitya (kecil), Madya (Sedang), dan Utama (besar). Dilihat dari kualitasnya, yadnya dibagi 3 yaitu Tamasika yadnya, Rajasika yadnya, dan Satwika yadnya.
          Lantas apakah hubungan antara Yadnya dan kisah Mahabrata? Mahabrata merupakan salah satu bagian dari Weda Smerti kelompok Upaweda, yaitu pada golongan Itihasa. Mahabrata ditulis oleh Bhagawan Byasa / Kresna Dwipayana dan terdiri dari 18 parwa. Kisah Mahabrata ini sangat banyak mengandung ajaran-ajaran luhur termasuk tentang yadnya didalamnya. Di Indonesia, muncul banyak karya sastra yang bersumber dari ke delapan belas parwa tersebut. antara lain berbagai kitab dan kekawin. Bahkan, dari kisah Mahabrata ini mampu memunculkan 2 kitab suci yaitu Sarasamuscaya dan Bhagawadgita.
          Mahabrata mengandung ajaran-ajaran Weda yang sifatnya universal. Universal dalam artian berlaku umum dan dapat dialami oleh siapa saja yang ada di dunia. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita mengambil nilai-nilai baik dalam kisah Mahabrata ini sebagai pedoman hidup kita sehari-hari. Nilai-nilai tersebut meiliputi nilai Tattwa, Etika, Upacara, Karma, Punarbhawa, Moksa, Catur Warna, Catur Purusa Artha, Dharma, Kesetiaan, Pendidikan, dan Yadnya

 Ringkasan Mahabrata
     Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kisah Mahabrata terdiri dari 18 parwa. Berikut adalah ulasan isi dari parwa-para tersebut :
Adi Parwa : lahirnya para leluhur Pandawa dan Korawa, lahirnya para Pandawa, Korawa dan Karna, dibaginya kerajaan Hastina Pura, Pandawa berhasil membangun kerajaan Indraprastha, Pandawa berhasil menyelenggarakan upacara Aswamedha & Rajasuya yang membuat Duryodana iri.
Sabhaparwa : Pandawa dan Kurawa bertyemu di balai Jayanta untuk bermain dadu. Pandawa mengalami kekalahan dan berjanji untuk mengasingkan diri ke hutan
Wanaparwa : berisi kisah pengasingan Pandawa selama 12 tahun di hutan
Wirataparwa : kisah Pandawa yang melewati masa 1 tahun penyamaran diri di kerajaan Wirata. Selain itu diceritakan pula pernikahan antara Abimanyu dan Uttari.
Udyogaparwa : masing-masing pihak mulai mempersiapkan perang dengan mencari kerajaan sekutu sebanyak-banyaknya. Kunti mengunjungi Karna sehingga Karna berjanji tidak akan membunuh Pandawa kecuali Arjuna. Krisna menawarkan pilihan kepada Arjuna dan Duryodana, ingin memilih dirinya atau pasukan Narayana.
Bhismaparwa : menceritakan tahap awal pertempuran di Kurusetra, terselip percakapan suci antara Kresna dan Arjuna yang pada saat ini dikenal sebagai kitab Bhagawad Gita. Pada hari ke sepuluh Bhisma gugur karena usaha Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.
Dronaparwa : Drona diangkat sebagai panglima perang Kurawa. Diceritakan Drona gugur di medan perang akibat dipenggal oleh Drestadyumna saat ia beryoga. Parwa ini juga menceritakan gugurnya Abimanyu dan Gatot Kaca
Karnaparwa : Karna diangkat sebagai panglima perang Kurawa. Diceritakan pula kisah gugurnya Dursasana akibat usaha Bima. Salya menjadi kusir kereta Karna. Karna pun gugur saat berusaha mengangkat roda keretanya yang terbenam lumpur.
Salyaparwa : Salya diangkat sebagai panglima perang Kurawa. Salya dan Sangkuni pun gugur di medan perang. Kemudian dilanjutkan dengan gadayudha oleh Bima dan Duryodana. Kurawa pun hanya menyisakan Aswatama dan Krtawarman.
Sauptikaparwa : Aswatama menyusup ke perkemahan Pandawa dan membunuh panca Kumara, Drestayumna, dan Srikandi. Ia melarikan diri ke pertapaan bhagawan Byasa yang disusul oleh para Pandawa. Kresna mengutuk Aswatama karena telah menggunakan senjata terlarang untuk membunuh keturunan Pandawa.
Striparwa : menceritakan isak tangis para wanita yang ditinggal keluarga mereka yang gugur di medan perang. Yudistira mengadakan upcara pembakaran mayat dan persembahan air suci pada leluhur. Kunti menceritakan kisah kelahiran Karna. Gandari mengutuk kerajaan Kresna 36 tahun lagi akan hancur akibat perang saudara.
Santiparwa : Rsi Byasa dan Rsi Narada memberi Yudistira wejangan suci karena pergulatan batinnya setelah membunuh saudara-saudaranya.
Anusasanaparwa : Yudistira menyerahkan diri pada Bhisma untuk menerima ajarannya. Atas izin dari Kresna, Bisma pun meninggal dengan tenang.
Aswamedhikapara : Yudistira melaksanakan upacara Aswamedha. Kisah kelahiran Parikesit yang dihidupkan kembali oleh Krisna.
Asramawasikaparwa : Drestarasta, Gandari, Kunti, Sanjaya, dan Widura pergi ke hutan dan menyerahkan tahta ke Yudistira.
Mosalaparwa : bangsa Whrisni musnah, Krisna meninggalkan kerajaan dan pergi ke hutan. Atas saran sri Byasa, Pandawa dan Drupadi pun ikut mengasingkan diri.
Mahaprastanikaparwa : kisah perjalanan Pandawa dan istrinya ke puncak gunung himalaya. Satu persatu Pandawa tewas kecuali Yudistira. Adapun tahta kerajaan diserahkan pada Parikesit.
Swargarohanaparwa : dalam perjalanan ke puncak Yudistira ditemani seekor anjing. Dewa Indra hendak menjemputnya ke surga, namun Yudistira menolah apabila anjingnya tidak ikut serta. Si anjing pun menampakkan wujudnya yang sebenarnya yaitu Dewa Dharma.
Isi
          Adapun untuk mengenal kisah Mahabrata lebih dekat, berikut kami hadirkan sinopsis kisah Mahabrata yang ditayangkan oleh StarPlusTV, bagian episode 1 :
          Pada suatu hari, bertempat di tengah sungai Gangga yang luas, tersebutlah seorang raja bernama Santhanu yang sedang memadu kasih di atas kapal kecil bersama seorang anak nelayan bernama Satyawati.
         
          Ditengah-tengah percakapan mereka, tiba-tiba kapal mereka terguncang karena adanya seekor ikan raksasa yang menabrak kapal mereka. Melihat ikan itu, naluri nelayan Satyawati pun muncul. Ia sangat berambisi untuk bisa menangkap ikan itu. Ia pun melemparkan tali berujung runcing ke arah ikan, dan berhasil menancap tubuh ikan itu. Namun ternyata ikan tersebut belum mati, melainkan terus berenang berusaha meloloskan diri. Sementara itu, Satyawati terus berusaha menarik tali tersebut. Bahkan walaupun tangannya berdarah, dan kapalnya hampir menghantam batu karang, ia terus berjuang dengan penuh ambisi untuk menangkap ikan itu.
          Pada akhirnya Satyawati berhasil menangkap ikan raksasa tersebut. Ia dan raja Santhanu pun menepi dari sungai Gangga. Sambil bercakap-cakap, raja Santhanu mengobati luka yang ada di tangan Satyawati. Terlihat sekali bahwa raja Santhanu begitu mencintai Satyawati.
          Tiba-tiba, raja Santhanu mendengar kabar bahwa salah satu desa pimpinannya telah mengalami serangan. Ia pun segera berangkat menuju desa tersebut sambil membawa seluruh pasukannya. Namun sesampainya di desa tersebut, ia begitu kaget melihat bahwa serangan tersebut telah dihentikan oleh seorang ksatria muda. Kepada raja Santhanu, ksatria tersebut mengakui dirinya bernama Bhisma.
          Raja Santhanu pun mempertanyakan asal-usul serta kehebatan Bhisma. Setelah terlibat percakapan yang cukup panjang, tiba-tiba muncul seorang dewi dari sungai Gangga. Ialah Dewi Gangga, istri raja Santhanu. Ia menjelaskan bahwa Bhisma adalah putra dari mereka berdua, yang sengaja ia bawa pergi agar kelak dapat digembleng menjadi seorang ksatria yang hebat. Mendengar hal tersebut, hati raja Santhanu sangat bahagia. Ia berjanji pada istrinya bahwa ia akan menjadikan Bhisma sebagai raja dari Hastina Pura.
          Dengan membawa kabar tersebut, ia menemui Satyawati dan menceritakan segala kejadian. Namun bukannya ikut merasa senang, Satyawati justru terlihat tidak bahagia dan kesal. Hal tersebut dikarenakan apabila Bhisma atau keturunan Bhisma yang dijadikan raja Hastinapura, otomatis pernikahannya dengan raja Santhanu tidak akan ada artinya. Keturunan Satyawati tetap saja tidak dapat menjadi penguasa kerajaan. Satyawati pun memberi 2 pilihan kepada Santhanu. Yang pertama yaitu agar raja menikahi dirinya dan membuat keturunannya menjadi raja, dan yang kedua yaitu raja bebas mengangkat Bhisma sebagai raja namun harus meninggalkan dirinya. Mendengar hal itu raja Santhanu sangat sedih. Ia pun memilih pilihan kedua.
          Rupanya setelah sampai di kerajaan, raja Santhanu selalu menghabiskan hari-harinya dengan sedih dan murung memikirkan Satyawati. Bhisma yang tidak tega melihat keadaan ayahnya, kemudian menemui raja Santhanu dan menanyakan alasan keadaannya selama ini. Bhisma bahkan menyalahkan dirinya sendiri atas hal yang menimpa ayahnya. Mendengar penuturan putranya, raja Santhanu mengelak. Ia mengatakan tidak ada hal apapun yang sedang menimpa dirinya. Namun Bhisma tidak percaya begitu saja dan memilih untuk menyelidiki penyebab kesedihan ayahnya.
          Akhirnya, Bhisma pun mengetahui bahwa penyebab kesedihan ayahnya adalah Satyawati. Ia pun bergegas menemui Satyawati dan menanyakan alasan mengapa ia tidak mau menikahi ayahnya. Satyawati akhirnya mengakui bahwa ia tidak mau menikah karena kehadiran Bhisma di kerajaan, sehingga keturunannya tidak akan berkesempatan menjadi raja.
          Akibat rasa cintanya terhadap ayahnya, serta kebaikan serta ketegasan yang Bhisma miliki. Ia tidak tega apabila ayahnya terus menerus bersedih. Ia pun bersumpah di hadapan sungai Gangga, dengan menyayat tangannya sendiri, bahwa ia tidak akan pernah menikah. Ia tidak akan pernah menjadi raja dan membiarkan keturunan Satyawati yang menjadi raja. Selain itu, perannya di kerajaan juga hanya sebagai pelindung dan penjaga kerajaan Hastinapura.
          Setelah sumpah itu diikrarkan, guntur pun menyambar-nyambar di atas langit. Melihat pertanda itu raja Santhanu bergegas menemui anaknya di tepi sungai Gangga. Ia mencoba menghentikan sumpah anaknya, namun ia tidak berdaya. Bhisma bersikeras akan sumpahnya dan meminta anugrah pada ayahnya, bahwa ia akan berumur panjang dan akan tetap hidup sampai kerajaan Hastinapura menjadi makmur dan sejahtera dibawah pemerintahan raja yang berpegang teguh pada kebenaran. Melihat keteguhan anaknya, raja Santhanu pun tidak dapat mencegah anaknya dan akhirnya memberikan anugrah berumur panjang terhadap Bhisma.
Tokoh-tokoh yang muncul pada episode 1 ini : Raja Santhanu, Satyawati, Bhisma, dan Dewi Gangga.

Penutup
     Demikianlah sinopsis Mahabrata episode 1 beserta silsilah keturunan keluarga Kuru. Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa kisah Mahabrata sarat akan nilai – nilai luhur yang dapat kita jadikan pedoman dalam kehidupan sehari – hari. Berikut adalah beberapa nilai luhur tersebut. Namun karena agak sulit rasanya jika kita hanya memetik nilai – nilai luhur dari episode 1, maka berikut dihadirkan nilai – nilai luhur dari keseluruhan cerita :
-    Nilai Yadnya
Yadnya berarti korban suci dan keikhlasan. Yadnya tidak selalu diartikan sebagai upacara persembahan, namun dapat juga berarti yadnya bertapa/yoga, pemberian benda/hadiah, mempelajari ilmu dan kitab suci, menepati sumpah, usaha membahagiakan orang tua dan segala kegiatan lain asalkan dilakukan dengan keikhlasan dan berhubungan dengan pengorbanan.
Pertama, yadnya dalam artian upacara. Dalam kisah Mahabrata kita dapat menyaksikan begitu banyak upacara. Contohnya yaitu upacara pengangkatan putra mahkota, upacara pengangkatan raja, swayemwara putri raja, upacara pernikahan, Surya Yadnya, Aswameda Yadnya, upacara di kuil, upacara meminta anak, upacara memberi makan orang suci, dan lain-lain. Kita dapat melihat bahwa upacara tersebut diselenggarakan secara serius dan tulus ikhlas oleh para tokohnya.
Kedua, yadnya dalam artian pemberian benda. Hal ini dapat dilihat setiap ada anggota keluarga yang baru datang ke kerajaan, para penghuni kerajaan pasti menyambut anggota baru tersebut dengan baik dan memberinya bermacam-macam hadiah sebagai tanda penghormatan secara tulus ikhlas. Misalnya Kunti yang memberi hadiah terhadap kedatangan Madri, Drupadi yang memberikan Abimanyu hadiah gelang bertahtahkan 5 batu mulia, dan lain-lain.
Ketiga, yadnya dalam artian tapa/yoga. Dapat kita lihat saat Panca Pandawa mengasingkan diri selama 12 tahun di hutan, Kresna menyarankan agar mereka menyebar untuk melakukan pertapaan. Arjuna bertapa kepada Dewa Siwa, Bima bertapa pada Hanuman, bahkan Yudistira, Drupadi, Nakula, dan Sahadewa pun juga melaksanakan pertapaan mereka masing-masing.
Keempat, yadnya dalam artian mempelajari kitab dan pengetahuan suci. Hal ini dapat dilihat saat Kurawa dan Pandawa kecil yang menuntut ilmu pada guru Drona. Serta kisah kemandirian Ekalawya.
Kelima, yadnya dalam artian menepati sumpah. Dalam Mahabrata, terdapat banyak sumpah dan janji yang terbukti menjadi kenyataan. Misalnya sumpah Bima untuk membunuh 100 Kurawa dan merobek-robek dada Dursasana akhirnya terwujud dalam perang Bharata Yudha.
Keenam, yadnya dalam artian membahagiakan orang tua. Hal ini  dapat diteladani dari sikap para Pandawa yang selalu menuruti nasihat ibu mereka. Bahkan walau mereka diperintahkan untuk menikahi 1 istri yang sama.
-Nilai Kesetiaan
        Dalam kisah Mahabrata terlihat sekali bahwa tokoh-tokohnya menjunjung tinggi nilai kesetiaan. Pertama yaitu Satya Mitra (setia pada teman). Misalnya raja Karna yang begitu setia pada kawannya Duryodana sampai-sampai rela berkorban nyawa. Kedua yaitu Satya Laksana (setia pada perbuatan), tercermin dari sikap bertanggung jawab atas segala perbuatan (tidak lari dari kenyataan). Ketiga Satya Wacana (Setia terhadap perkataan), misalnya Raja Karna yang setia pada perkataannya bahwa akan mengabdikan hidupnya pada Duryodana. Keempat Satya Hrdaya (setia terhadap kata hati) misalnya para Pandawa yang tetap teguh pendiriannya untuk berperang dengan Kurawa. Kelima yaitu Satya Semaya (teguh terhadap janji).
-    Nilai Pendidikan
Dapat kita lihatnya dari tekunnya para Kurawa dan Pandawa dalam menuntut ilmu kepada guru Drona. Mereka tekun mengembangkan keahlian mereka masing-masing. Ada yang ahli bermain gada, bergulat, memanah dan lain sebagainya. Pendidikan tersebut dimulai sedini mungkin. Selain itu, dalam belajar kita juga harus mandiri, jangan baru digetok baru jalan. Misalnya Ekalawya yang belajar mandiri tanpa bimbingan guru. Dalam belajar juga tidak mengenal tua, misalnya Duryodana yang terus belajar gada dari Balaram walaupun telah beranjak dewasa.
-    Nilai Dharma
Disini diperlihatkan perang Bharata Yudha, yang sejatinya merupakan perang Dharma melawan Adharma. Pada akhirnya, Dharmalah yang akan menang. Segala pengorbanan, etikad baik, dan yadnya yang dilakukan para Pandawa pun tidak sia-sia.
Demikianlah segelintir nilai-nilai luhur dari kisah Mahabrata yang dapat kami temui.


Daftar Pustaka

Suratmini, Wayan. 2014. Buku Penunjang Materi Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas XI. Denpasar: Penerbit Tri Agung.
Mudana, Nengah. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemendikbud.
        User, Mahabrata. 2014. Nilai-nilai yang terkandung didalam cerita santi parwa dan aswamedha parwa.Diakses dari https://m.facebook.com/permalink.php?id=752089111489549&story_fbid=757830280915432  pada tanggal 16 September 2014.
Sryam, Budi. 2010. Kajian Nilai dan Makna Filosofis Kisah Mahabrata. Diakses dari http://cakepane.blogspot.nl/2010/05/Kajian-Nilai-dan-Makna-Filosofis-Kisah.html?m=1 pada tanggal 16 September 2014.


RINGKASAN SEJARAH SMA KELAS X - dari pra aksara sampai manusia purba

a.    Sejarah
Sejarah berasal dari bahasa arab, syajaratun -> syajarah -> sajarah -> sejarah. Yg berarti pohon.
Kenapa disebut pohon? Pohon memiliki akar kemudian batang dan buah. Begitu juga sejarah. Sejarah adalah akar suatu bangsa, apa akarnya maka itulah buahnya. Apa sejarahnya maka itulah generasi penerus sekarang. Jika diibaratkan, akar{masa lampau} batang{masa sekarang} buah{masa depan}
Sejarah adalah suatu ilmu yg mempelajari berbagai peristiwa M.Hidup(tak hanya manusia) dari masa lampau, masa kini, dan yg akan dtg yang terus mengalami kemajuan.
Sejarah sebagai peristiwa yaitu kenyataan/kejadian yg nyata terjadi & terjadi hanya sekali
Sejarah sebagai kisah yaitu penceritaan peristiwa sejarah yg dapat dilakukan berulang – ulang.
Sejarah dikaitkan dengan berbagai ilmu : biologi {fosil, flora, fauna} ; geografi {lapisan bumi} ; matematika {menghitung IQ manusia purba ; kimia {reaksi kimia sehingga menjadi fosil}

b.    Masa Praaksara
Manusia purba walaupun belum mengenal tulisan namun sudah mengenal kebudayaan. Kebudayaan tersebut mereka dapatkan dari proses pengamatan, mendengar secara lisan ataupun berdasarkan pengalaman.
Praaksara berasal dari kata Pra yg berarti sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Sedangkan Nirleka berasal dari kata Nir yg berarti tidak/tanpa dan leka yg berarti tulisan. Kedua istilah itu berarti zaman dimana manusia tidak/belum mengenal tulisan.
Pemakaian istilah prasejarah dihindari karena prasejarah berarti sebelum adanya sejarah berarti sebelum adanya kebudayaan / aktivitas manusia. Padahal walau belum mengenal tulisan manusia sudah memiliki kebudayaan.
Masa praaksara dimulai sejak manusia ada dan berakhirnya tidak sama di semua tempat.
Diakronis berasal dari bahasa latin, dia berarti melalui dan chronicus berarti waktu. Berarti pola fikir ini dibahas dengan mengutamakan dimensi waktu / berdasarkan urutan waktu atau kronologi peristiwa. Sifatnya memanjang dalam waktu namun terbatas dalam ruang, tidak menganilisis lebih dalam. Contoh : pembagian masa neolitikum mesolitikum berdasarkan periode.
Sinkronis lebih mengutamakan dimensi penggambaran yg meluas dalam ruang. Artinya dikaji secara luas dari berbagai sudut pandang. Sifatnya meluas dalam ruang namun terbatas dalam waktu, disertai analisis dari segi sosial/politik/... ; contoh periode neolitikum ditinjau dari segi sosial.
Cara mempelajari kehidupan praaksara yaitu :
1.     Meneliti / merekontruksi fosil / artefak (alat – alat yg digunakan manusia purba untuk memenuhi kebutuhannya) / candi
2.    Mendengarkan cerita orang tua / folklore
3.    Melalui folksong
4.    Melalui upacara” yg masih ada di jaman sekarang, contoh : topeng sidakarya.
Ruang adalah tempat terjadinya peristiwa sejarah. Periodisasi adalah pembabakan waktu untuk berbagai peristiwa (bersifat subjektif) dengan rentang waktu panjang. {ex:jaman sejarah}. Kronologi adalah penentuan urutan waktu terjadinya peristiwa. Dibuat dalam hitungan hari/tahun. Kronik adalah catatan waktu terjadinya peristiwa dibuat dalam hitungan jam.
c.    Pembabakan Zaman
-      Berdasarkan Arkeologi (benda” peninggalan)
1.     Zaman Batu : sebagian besar peralatannya terbuat dari batu.
@Zaman palaeolitikum / batu tua : terjadi pada pleistosen akhir. Alatnya berupa perkakas yg terbuat dari batu & tulang yg sangat sederhana, masih kasar dan belum diasah. Digunakan oleh homo erectus dan megantropus.
@zaman mesolitikum / batu tengah : terjadi pada akhir zaman es. disebut jaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, manusianya sudah menetap.
@zaman neolitikum / batu muda : 1500 SM. dari food gathering menjadi food producing. Mereka menetap pada rumah panggung untuk menghindari binatang buas. Hidup dengan bercocok tanam, membuat tembikar dan tenunan, juga lumbung padi untuk persiapan padi dan gabah.
@zaman megalitikum / batu besar : telah mengenal kepercayaan animisme {percaya roh leluhur mendiami benda tertentu: pohon,batu, keris} dan dinamisme {prcaya benda memiliki kekuatan gaib yg berpengaruh pada keberhasilan dan kegagalan hidup sesorang} dan kepercayaan rohaniah {mmperlakukan org mati secara baik untuk penghormatan}
2.    Jaman logam
Indonesia hanya mengalami zaman besi dan perunggu tanpa zaman tembaga. Pada masa ini disebut masa perundagian karna muncul golongan undagi yg terampil melakukan pekerjaan tangan. Kepandaian melebur didapat dari kebungdayaan tongson di teluk tonkin vietnam. Kebudayaan perunggu adalah asimilasi antara masyarakat asli indonesia (proto melayu) dgn deutro melayu.
-      Berdasarkan Geologi ( umur lapisan bumi)
1.     Arkeozoikum / azoikum (4.5 – 2.5 milyar TL)
Disebut masa kehidupan purba. Merupakan awal terbentuknya kerak bumi, hidrosfer litosfer, dan lempeng tektonik penyebab gempa. Lingkungan hidupnya mirip seperti mata air panas dan merupakan awal munculnya kehidupan bakteri seperti bakteri dan ganggang di dalam samudra.
2.    Palaeozoikum (2.5 Milyar – 245 juta TL)
Adlah masa kehidupan awal. Mikroorganisme ber sel satu menjadi sel banyak misal enkariotes dan prokariotes. Muncul hewan invertebrata bertubuh lunak contoh ubur” & cacing di laut dangkal. Masa ini terbagi dari zaman kambrium (muncul benua besar bernama Gondwana), ordovisium, silur, devon (samudra menyempit), karbon (benua bergabung membentuk benua Pangea), dan perm.
3.    Mesozoikum (245 – 65 juta TL)
Adalah zaman sekunder dimana bumi mulai stabil, iklim mulai bersahabat, curah hujan turun. Reptil berukuran besar muncul.
@trias : bumi menjadi kering & tak subur. Dinosaurus & reptilia laut raksasa muncul
@jura : dinosaurus/tyranosaurus menguasai daratan . ichtiyosaurus lautan, pterosaurus udara. Pangea terpecah
@kapur : dinosaurus punah karena terjadi perubahan iklim hangat jadi dingin sehingga tak dapat beradaptasi.
4.    Neozoikum (65 – 1.8 juta TL)
Zaman kehidupan baru dimana binatang raksasa punah
@zaman tersier : muncul primata & burung bergigi berukuran besar, fauna laut seperti molusca & echinodermata, tumbuhan berbunga terus berevolusi. Keadaan iklim ekstrem.
@zaman kuarter :
$pleistosen : 1.8 juta – 10rb TL, munculnya manusia purba, terjadi 5 kali jaman glasial, daratan tertutup es.
$holosen : 10rb TL – skrg, muncul manusia modern.
d.    Latar belakang zaman glasial
Pada kala pleistosen/neozoikum, gungung berapi terus beraktivitas, meletus dan meledakkan magma. Saat bumi bergoncang seketika suhu bumi berubah, apabila dingin sangat dingin, sehingga lautan berubah menjadi es (glasial). Gempa berikutnya suhu bumi berubah naik, sangat panas, es mencair kembali dan muncullah paparan sunda (bentangan laut di lautan Indo Barat) & sahul.
e.    Pembentukan kepulauan Indonesia
Mulai terjadi sejak 60 juta tahun lalu, akibat aktivitas tektonik di zaman tersier yg kuat karena merupakan pertemuan 3 lempeng dunia, indoaustralia di selatan, eurasia di utara, pasifik di timur. Pada pleistosen sebagian besar daratan dunia tertutup es sehingga penurunan permukaan air laut 100-150 m, laut dangkal berubah jadi daratan. Akibat proses interglasiasi (pencarian kembali air laut) pada periode holosen, daratan tenggelam menjadi laut dangkal dna terjaid pemisahan wilayah InBar-AsTeng & InTim-Austra ; proses inti sangat berpengaruh bagi flora & fauna indon yaitu flofa InBar mirip dngn flofa Asia dan Flofa InTim mirip dngn flofa Austra.
f.    Manusia Purba di Indonesia
1.     Meganthropus Palaeojavanicus : ditemukan Von Koegniswald 1941 di lembah sungai Bengawan Solo di desa sangiran. Merupakan manusia praaksara tertua dan ditemukan berupa fragmen rahang kanan bawah & rahang kiri atas. Diberi nama demikian yang berarti manusia raksasa tertua dari Jawa. Ciri ciri :
-      Badan tegap
-      Geraham besar, suka makan tumbuhan, alat kunyah kuat
-      Muka masif, tak memiliki dagu, kening menonjol, pipi tebal, kepala belakang menonjol
-      Tinggi 210 cm, vol otak 1000 – 1350 cc
Sampai saat ini para ahli kesulitan mengidentifikasi keberadaan & peninggalannya
2.    Pithecanthropus : adalah manusia kera yg paling banyak daerah persebarannya. Ditemukan di pleistosen awal, tengah, dan akhir. Habitat di padang rumput dengan pohon jarang untuk memudahkan berburu. Senang hidup ditempat terbuka & berkelompok. Ciri umum :
-      Tinggi 160 – 180 cm
-      Vol otak 750 – 1300 cc
-      Tak punya dagu, alat penguyah tak sebahat Megantropus

@pithecantropus Mojokertensis : manusia kera dari mojokerto. Adalah pithecanthropus tertua ditemukan tahun 1936 oleh Von Koegniswald. Di lapisan pleistosen bawah berupa tengkorak anak – anak. Ciri – ciri:
-      Kening menonjol, muka menonjol, tulang pipi kuat
-      Badan tegap, vol otak 650 – 1000 cc
@pithecantropus Erectus : manusia kera yg berjalan tegak yg daerah persebarannya paling luas, di temukan di KedungBrubus, Trinil dan Ngawi pada pleistosen tengah oleh Eugene Dubois thun 1890 di tepi sungai bengawan solo. Ciri ciri:
-badan tegap
-rahang masif, tanpa dagu, tengkorang lonjok, tonjolan kening
- suka makan daging mentah, alat kunyah kuat
- tinggi 160 – 180 cm
- vol otak 170 – 1000 cc
Manusia ini memiliki intelegensi tinggi karena kebiasaannya menggunakan api. Penggunaan api memrlukan perencanaan jangka panjang & kerjasama kelompok.
3.    homo sapiens : adalah manusia cerdas yang telah mampu membentuk peralatan sederhana dari batu & tulang untuk berburu & mengolah makanan. Mereka suka hidup mengembara dan Dengan kapasitas otak jauh lebih besar dari manusia purba lain, mereka juga muncul sebagai spesies yg sangat tangguh dalam beradaptasi. Ciri ciri :
-      Tengkorak besar, vol otak 1650 cc
-      Tinggi min 173 max 210 cm
-      Dahi agak miring, rahang bawang masif, gigi besar
-      Muka datar dan lebar
-      Langit langit mulut besar dan dalam
@homo wajakensis : ditemukan tahun 1889 oleh Eugene Dubois di sungai Brantas Wajak, Tulungagung Jatim di pleistosen atas. Digolongkan cerdas karena telah mengenal upacara penguburan.
@homo soloensis : oleh Weidenrich & Von Koegnigswald tahun 1931 – 1934 di Tepi sungai bengawan solo, Ngandong. Ciri ciri :
-      Vol otak 1000 – 2000 cc
-      Tinggi : 130 – 210 cm
-      Otak telah berkembang terutama kulit otak dan otak kecil
-      Otot tengkuk menyusut sehingga alat pengunyah berupa gigi dan rahang menjadi kecil shingga mukanya tak lagi menonjol
-      Telah dapat berjalan & berdiri secara sempurna
@homo floeresiensis : merupakan keturunan homo erectus, Ditemukan oleh para peneliti indonesia & australia di Goa Liang Bua tahun 2003. Mereka menemukan fosil manusia kerdil/hobbit yg ukurannya tidak lebih besar dari anak berumur 5 tahun. Berat 30 cm dan tinggi 100 cm , vol otak 380 cc. Homo ini hidup sejaman dengan gajah pigmi / kerdil dan gajah stegodon / purba berukuran kecil sehingga dapat diambil hipotesis bahwa pada masa itu M.Hidup menyesuaikan diri dari seleksi alam dengan berevolusi menjadi lebih kecil. Menurut mahasiswa ia adalah nenek moyang dari orang katai flores penderita microcephalia.
g.    Tempat penemuan manusia purba
1.     Sangiran : berupa kubah raksasa dan cekungan di bagian pusat kubah akibat erosi di puncaknya. Berupa perbukitan gelombang sehingga deformasi geologisnya menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan yang mengandung fosil & artefak.
-      P E C Schemulling = 1864, fosil vertebrata
-      Dubois = tak menemukan apapun 1895
-      L JC Van Es = membuat peta geologi
-      Von Koegsnigswald = peralatan manusia dari batu kalsedon
2.    Trinil : penggalian alluvial bengawan solo (Eugene Dubois) ; fosil hewan tumbuhan (Selenka)
3.    Wajak : B D Reischoten= fosil tengkorak manusia. Eugene menetap selama 5 tahun.

4.    Flores.

Korupsi, Penyakit Sosial yang Patut Diperangi - catatan kecil untuk perjalanan korupsi di indonesia

Korupsi, Penyakit Sosial yang Patut Diperangi
“Katakan tidak pada korupsi!” Siapa yang tidak pernah mendengar slogan tersebut? dewasa ini, slogan tersebut sering digembar-gemborkan oleh berbagai kalangan. Mulai dari kalangan rakyat kecil yang nantinya paling merasakan dampak dari korupsi tersebut, sampai pada kalangan petinggi negara yang justru paling sering tersandung kasus korupsi. Faktanya, walaupun slogan tersebut sudah didengungkan dimana-mana, korupsi tetap menjadi penyakit sosial yang sulit untuk dihilangkan. Jangankan di jangkauan yang lebih luas, di lingkup kecil seperti keluarga atau sekolah saja, anak usia dini telah terbiasa melakukan korupsi kecil-kecilan. Mereka tidak menyadari, bahwa kebiasaan mereka dapat menimbulkan kerugian besar bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Lantas bagaimana cara menyikapi hal tersebut?
Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang untuk keuntungan pribadi atau keuntungan orang lain. Perilaku korup menunjuk pada sikap suka menerima uang suap dan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk kepentingan pribadi (Sucipta, 2013: 43).  Korupsi sering kali diidentikkan dengan perilaku buruk para penguasa negara. Pendapat tersebut tidaklah salah, karena memang mereka yang memiliki kedudukan tinggi itulah yang memiliki kesempatan paling besar untuk melakukan korupsi. Padahal kenyataannya, golongan masyarakat manapun beresiko untuk menjadi perilaku korupsi. Baik kaya maupun miskin, baik tua maupun muda.
Contoh nyata kasus korupsi kecil tersebut, adalah perilaku tidak terpuji siswa-siswa jaman sekarang. Banyak kita temui kejadiannya dalam kehidupan sehari-hari, para siswa membolos atau pulang lebih dahulu sebelum jam pelajaran sekolah berakhir. Adapula para guru yang mangkir mengajar tanpa alasan yang jelas. Kasus-kasus tersebut menunjukkan pada kita bahwa korupsi tidak hanya masalah uang, melainkan terdapat juga korupsi jenis lain yaitu korupsi waktu. Kemudian contoh lain di masyarakat, adalah dengan mudahnya masyarakat mendapatkan SIM tanpa harus melewati prosedur yang seharusnya. Mereka tinggal membayarkan sejumlah uang dan SIM tersebut akan selesai dalam kurun waktu beberapa jam. Di lain kondisi, para pengendara motor yang terkena tilang kini tidak perlu lagi repot-repot mengikuti sidang di pengadilan. Mereka tinggal menyodorkan uang dan pengendara itu pun kembali bebas. Kalau sudah begini, bagaimana cara menyembuhkan rakyat dari kebiasaan korupsi? Karena korupsi seolah-olah telah dijadikan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Pada tahun 2011 saja, tercatat terdapat 436 kasus korupsi dengan jumlah tersangka sebanyak 1.053 orang. Adapun potensi kerugian negara akibat korupsi pada tahun tersebut mencapai Rp2.169 trilyun. Fakta tersebut nyatanya telah membawa nama Indonesia menjadi negara yang cukup korup di dunia. Berkaca pada kedudukan Indonesia menurut survei Study Transparency International, pada tahun 2013 ini Indonesia memang tidak separah dibandingkan tahun 2004. Dimana saat itu, Indonesia masuk dalam daftar lima besar negara terkorup di dunia. Pada tahun 2013, Indonesia tercatat menduduki posisi ke 114 dari 177 negara di dunia.
Pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah bagaimana semua hal ini bisa terjadi. Mengapa korupsi, yang layaknya merupakan perilaku tidak terpuji, justru malah menjadi budaya yang mendarah daging di masyarakat. jika diamati lebih lanjut, merajalelanya wabah korupsi tersebut disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum serta rendahnya mutu moralitas para pelaku korupsi itu sendiri (Sawitri, 2013: 31). Kualitas sumber daya manusia sesungguhnya memiliki peranan yang sangat penting. Apabila orang-orang yang tidak pernah dibekali oleh pendidikan anti korupsi kemudian diberikan kedudukan/kepercayaan, kemungkinan besar mereka akan menyelewengkan amanah yang telah diberikan kepadanya tersebut. Mereka tidak menyadari, tindakan mereka akan merugikan banyak pihak. Selain itu, lemahnya penegakan hukum kepada para koruptor juga menjadi faktor utama penyebab merajalelanya kasus korupsi. Jangankan membuat para koruptor jera, mereka justru cenderung meremehkan sanksi hukum dan kecanduan mengulangi lagi perbuatan yang sama.
Seperti kasus yang pernah terjadi di indonesia, adalah seorang anak berinisial AAL (15) seorang siswa SMKN 3 Palu Selatan, hampir saja divonis 5 penjara hanya karena mencuri sepasang sandal jepit. Hal tersebut sangatlah ironis mengingat para koruptor, yang telah mencuri uang negara berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus juta, ada yang lebih ringan pidana penjaranya. Bahkan beberapa di antara mereka ada yang tinggal di penjara mewah dengan fasilitas lengkap seperti penjara yang dihuni oleh Widjanarko Puspoyo, terdakwa kasus korupsi Bulog dan penjara Adrian Wowuruntu, terdakwa kasus pembobolan bank BNI.
Menghadapi berbagai realitas tersebut, tentunya sanksi hukum tersebut sangat tidak adil mengingat besarnya dampak yang dapat ditimbulkan dari korupsi. Dampak tersebut dapat meliputi bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. Dampak yang paling kentara tentu di bidang ekonomi, dimana para penguasa telah menelan sendiri uang yang seharusnya di pergunakan untuk kepentingan rakyat. Akibatnya, rakyat miskin makin miskin, kesenjangan sosial makin terlihat, dan rencana pembangunan banyak yang gagal akibat anggaran yang tidak tepat sasaran. Sementara itu, dalam bidang politik kita dapat mengamati hilangnya rasa percaya masyarakat terhadap pemerintah, maupun terhadap salah satu partai politik tertentu yang dianggap paling banyak melahirkan kasus-kasus korupsi dari rahim partainya.
Di bidang sosial budaya, dampak yang sangat terasa adalah merosotnya moral para generasi muda Indonesia. Pada saat ini, mereka seolah-olah dapat meraih semua yang mereka inginkan dengan instan, segalanya seperti dapat terbayarkan oleh uang. Anak-anak cerdas dapat tereliminasi dari persaingan akibat didepak oleh orang-orang yang memiliki uang. Lapangan kerja dipenuhi oleh SDM yang tidak berkualitas karena mereka mendapatkan perkerjaan tersebut dengan membayar, bukan karena keahlian mereka.
Lantas, apa solusi yang dapat ditawarkan agar generasi penerus di masa depan dapat bersih dari budaya korupsi? Jika diamati, jalan yang pertama dan terutama adalah melalui jalur pendidikan. Jalur pendidikan merupakan strategi preventif yang paling efektif. Melalui penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada siswa sejak dini, mereka dapat mengerti bahwa tindakan korupsi hanya akan menimbulkan keuntungan sesaat, sedangkan kerugiannya akan bertahan lebih lama. Kepada siswa perlu ditanamkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, disiplin, kerajinan, dan cara hidup sederhana. Adapun jalur pendidikan tersebut dapat ditempuh melalui sosialisasi, maupun lewat pendidikan formal di sekolah. Seperti halnya materi ajaran Budi Pekerti kelas IX SMP kurikulum KTSP 2006 dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas X SMA kurikulum 2013 yang telah memasukkan ajaran anti korupsi ke dalam materi yang disuguhkan. Hal tersebut tentunya perlu dikembangkan dan dipertahankan. Selain pendidikan, upaya preventif lain dapat diwujudkan dengan membentuk undang-undang anti korupsi, pembentukan lembaga pemantau/penindak korupsi, dan melaksanakan sistem rekrutmen yang adil dan terbuka (Sucipta, 2013: 46)
Selanjutnya, upaya kedua dapat dilakukan melalui tindakan represif. Tindakan ini ditempuh melalui jalur pengadilan, yaitu bagaimana cara kita menindak tegas para pelaku korupsi. Pidana yang diberikan hendaknya setimpal dengan banyaknya aset yang dikorupsi. Bila perlu, aset tersebut diambil kembali dari kekayaan koruptor dan dikembalikan pada negara. Dalam menindak, para penegak hukum juga diharapkan berlaku adil tanpa diskriminasi. Terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana korupsi, semuanya harus mendapat hukuman. Hal tersebut sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi, “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Sehingga tidak ada lagi koruptor yang divonis bebas, pidananya dikurangi tanpa dasar hukum yang jelas, atau mendapat vonis yang tinggi namun ditempatkan di penjara yang “mewah”.
Jadi pada intinya, korupsi merupakan penyakit sosial yang harus kita perangi mulai saat ini. Karena jika tidak, keberadaan generasi penerus yang dilumuri oleh budaya korupsi hanya akan membawa kita ke titik lemahnya suatu bangsa. Kita dapat menjaga kondisi ekonomi, politik, dan keadaan sosial masyarakat tetap stabil apabila negara kita bersih dari korupsi. Kita dapat mempercepat pembangunan dan mengurangi kesenjangan sosial apabila negara kita bersih dari korupsi. Kita dapat merasakan keadilan dan kesejahteraan apabila negara kita bersih dari korupsi. Kedepannya, mudah-mudahan generasi penerus bangsa dapat menyadari betapa besarnya kerugian yang ditimbulkan dari tindak pidana korupsi dan perlahan-lahan dapat melunturkan budaya tercela tersebut, untuk selanjutnya membangun Indonesia yang lebih baik. Sekali lagi, katakan tidak pada korupsi!

Daftar Pustaka
Khaerudin, 2013. Koruptor Tetap Istimewa di Penjara. Diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2013/05/20/10033126/Koruptor.tetap.istimewa.di.penjara.html pada tanggal 12 April 2014.
Anonim, 2012. Akibat Korupsi, Negara Rugi Rp2.169 Trilyun. Diakses dari www.citizenjurnalism.com/hot-topics/akibat-korupsi-negara-rugi-rp-2169-trilyun.html pada tanggal 12 April 2014.
Nita, 2011. Budaya Korupsi di Indonesia. Diakses dari http://nithaahomework.blogspot.com pada tanggal 12 April 2014.
Sawitri, Rai. 2013. Buku Pengayaan Materi Budi Pekerti kelas IX. Denpasar: UD. Catur Wangsa Mandiri.

Sucipta, Made. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas X Semester 2 SMA/SMK. Singaraja: Petada Pasi Grafika.

(naskah ini berhasil menjadi juara favorit pada perlombaan Lomba Tulis Nasional 2014)