Increase Your Knowledge :)


Minggu, 03 Oktober 2021

Tips Sukses Focus Group Discussion (FGD) : Lolos Seleksi Kerja!

Halo semua, apa kabar nih kalian? Sudah lama aku tidak menulis di blog karena kesibukanku bekerja sebagai tenaga kesehatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Puji Tuhan, sekarang kurva pandemi virus Covid-19 sudah beranjak turun!

Untuk menjadi tenaga kesehatan di  Kabupaten Bandung kemarin, aku harus melewati berbagai tahap seleksi yang bisa dibilang tidaklah mudah. Salah satu tahap seleksi tersebut adalah FGD (Focus Group Discussion). Nah kali ini, aku akan berbagi tips dan trick bagi kalian agar dapat sukses melewati FGD. Mengingat, FGD merupakan salah satu tahap seleksi yang paling populer dan hampir selalu digunakan dalam seleksi perusahaan manapun. Yuk, simak artikel berikut!

1. Berpenampilan “Fierce” dan Menarik.

Baik FGD online maupun offline, kalian wajib berpenampilan baik dan menarik. Menarik disini bukan dalam artian cantik/ganteng, tapi bagaimana kalian dapat menampilkan diri sebagai seseorang yang well prepared dan siap mengikuti FGD. Oleh karena itu, pastikan kalian memakai pakaian formal, “bussiness attire”, dan tidak kelihatan seperti orang bangun tidur ya!

2. If you can, be a Leader.

Untuk kalian yang punya jiwa kepemimpinan dan keberanian yang tinggi, kalian bisa mencoba ambil peran sebagai pemimpin FGD. Caranya adalah, segera setelah pengawas FGD selesai membacakan soal atau bahasan FGD, kalian harus jadi orang yang pertama membuka percakapan diantara para peserta. Orang yang bersedia mengambil peran sebagai pemimpin, biasanya mendapatkan poin plus dari rekruiter. Dengan catatan, kalian juga harus memimpin diskusi dengan baik ya. Namun ada kelemahan yang didapat ketika menjadi seorang leader, yaitu kalian tidak akan bebas berpendapat. Karena sebagai seorang leader, tugas kalian sebenarnya adalah menggali sebanyak-banyaknya pendapat dari para anggota, memastikan setiap anggota telah mengeluarkan pendapatnya, serta membuat kesimpulan di akhir.

Kalau kalian bukan tipe orang yang berani atau berjiwa pemimpin, don’t worry! Kalian bisa mengambil peran sebagai peserta saja. Kalau performance kalian sebagai peserta diskusi bagus, kalian bisa saja mendapat nilai yang sama bagusnya dengan leader diskusi.

3. Pro-Aktif Menyuarakan Pendapat.

Ya namanya juga diskusi, sudah pasti rekruiter ingin menilai keberanian dan kepiawaian kalian dalam menyampaikan pendapat. Sebenarnya ide yang kalian sampaikan tidak harus 100% cemerlang, namun asalkan kalian mampu menyampaikan ide atau pendapat tersebut dengan jelas, tegas, percaya diri, dan tidak bertele-tele, kalian pasti mendapatkan nilai yang bagus dari rekruiter. Apalagi kalau kalian bisa menyajikan ide yang original dan bukan mengulang ide dari peserta lainnya. Untuk melakukan hal ini, kalian bisa siapkan alat tulis dan kertas ketika FGD untuk menuangkan ide-ide kalian secara runtut dan rinci.

4. Berpendapatlah Minimal 2x, namun Jangan Mendominasi.

Apakah dalam diskusi kalian harus terlihat yang paling pintar, paling banyak berpendapat, dan paling mendominasi pembicaraan? Tentu saja tidak! Kalau kalian melakukan hal ini, rekruiter akan menilai kalian sebagai sosok yang bossy, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, tidak menghargai orang lain, bahkan tidak bisa bekerja sama dalam tim. Wah, nilai kalian bisa merah. Oleh karena itu, dalam FGD ambilah kesempatan bicara minimal sebanyak 2x, dengan sebelumnya jangan lupa untuk memuji pendapat dari peserta lain.

5. Hal yang Tidak Boleh Dilakukan dalam FGD

Ada beberapa hal yang tidak boleh kalian lakukan selama diskusi, antara lain :

1. Mendominasi pembicaraan

2. Memotong pembicaraan orang lain

3. Menyalahkan pendapat orang lain

4. Diam saja dan tidak mengeluarkan pendapat apapun

5. Bersikap pasif dan menerima saja keputusan dari diskusi.

Kalaupun kalian merasa keputusan dari diskusi sudah sesuai dengan jalan pemikiran kalian, ada baiknya kalian jangan diam saja. Tetaplah mengeluarkan pendapat yang dirasa dapat mendukung keputusan dari diskusi tersebut sehingga rekruiter tetap dapat menilai kemampuan komunikasi dan alur berpikir kalian.

Oke, sekian tips melaksanakan FGD (Focus Group Discussion) dari aku. Buat kalian yang ada pertanyaan atau mau sharing, kindly DM me on instagram @nitasintari. Terimakasih! Bahagia dan sehat selalu ya!

Minggu, 21 Maret 2021

Pengalaman Pribadiku jadi Pasien Terkonfirmasi Positif Covid-19 (Harus Isolasi!)

Hai apa kabar semua?

Wah tidak terasa ya, 7 bulan sudah aku tidak menulis artikel di blog ini! Belakangan, aku sibuk mempersiapkan wisuda dan juga mencari kerja 😊

Pada artikel kali ini, aku akan sharing pengalamanku saat aku terdiagnosa POSITIF COVID-19. Ih serem ya? Hahaha. Buat yang mau tahu, boleh baca artikel ini 😊

~~~

1. Kronologi Positif Covid-19

Sebagai seorang anak yang sangat nomaden, berpergian bolak-balik ke luar kota sudah menjadi sesuatu yang sangat biasa bagiku. Terhitung dari pertama kali kasus Covid-19 masuk ke Indonesia, berbagai jenis transportasi mulai dari mobil, kereta api, kapal laut, sampai pesawat, semua sudah pernah aku naiki. Selama masa pandemi, aku pernah berpergian ke Jakarta, Denpasar, Surabaya, dan daerah-daerah sekitar. Pada bulan Maret 2021 ini, aku harus berangkat ke Bandung untuk bekerja. Dan disinilah awal mula ceritaku terdeteksi positif Covid-19 =))

6 Maret 2021 : Aku pergi ke lokasi test Covid-19 drive thru untuk swab antigen. Aku melakukan swab antigen sebagai syarat administrasi penerbangan dari Bali menuju Bandung. Hasilnya : negatif.

7 Maret – 14 Maret 2021  Aku melakukan semi karantina mandiri di rumah teman dan kontrakanku. Yaaa memang tidak karantina total sih, karena sesekali aku juga keluar rumah untuk membeli makanan. Tapi overall, aku di luar rumah tidak pernah lebih dari 1 jam.

15 Maret 2021 : Aku masuk kerja di puskesmas untuk pertama kalinya. Pada hari pertama ini aku langsung melakukan swab antigen ulang. Hasilnya : negatif.

17 Maret 2021 : Aku masuk kerja hari ke-3 di puskesmas. Sebagai persyaratan administratif untuk mengikuti vaksinasi Covid-19, aku harus melakukan swab RT-PCR pada hari ini.

18 Maret 2021 : Hasil RT-PCR dari laboratorium keluar, dan hasilnya : positif terkonfirmasi.


2. Gejala Covid-19 Apa yang Dirasa?

Pada tanggal 12 Maret 2021, aku ingat sempat merasa sakit pada badanku yang tidak pernah aku rasa di hari-hari sebelumnya, yaitu sakit gigi + sakit perut. Sakit perut yang aku rasa benar-benar membuat melilit, sampai aku tidak bisa tidur karena menahan sakitnya. Rasa sakitnya itu mirip seperti maag, padahal aku tidak telat makan. Keesokan harinya pada tanggal 13 Maret 2021, aku BAB cair namun tidak sampai diare.

Jujur aku tidak yakin apakah sakit perut yang aku derita pada tanggal 12 Maret 2021 itu ada hubungannya dengan Covid-19 atau tidak. Tapi berdasarkan keterangan beberapa temanku, sakit perut mungkin sudah termasuk juga dalam gejala Covid-19.

Oh iya, aku juga tidak merasakan gejala lainnya : demam, pilek, batuk, pegal, kehilangan indra penciuman, kehilangan indra pengecap…. Semuanya terasa normal-normal saja. Bisa disimpulkan, aku termasuk pasien terkonfirmasi OTG (Orang Tanpa Gejala).



3. Apa Tindakan yang Diambil Berikutnya?

Jika terkonfirmasi positif Covid-19, maka wajib hukumnya untuk isolasi selama 10 hari!

Isolasi dapat dilakukan secara mandiri atau dirujuk ke balai isolasi yang disediakan pemerintah setempat. Berhubung aku tenaga kesehatan, aku pun dirujuk ke balai isolasi. Aku ditempatkan di Mess Balai Latihan Kerja Kabupaten Bandung. Jangan khawatir, disini pelayanannya oke banget! Makanannya enak (ada cemilannya 😊) 3x sehari, air minum gratis, serta perawatnya ramah dan baik banget!

Aku juga mendapatkan 2 jenis vitamin untuk diminum setiap hari selama 10 hari ke depan.

4. Kapan dan Kok Bisa Kena Covid-19?

Wah kalau pertanyaan ini, aku juga bingung menjawabnya haha.

Jika dihitung berdasarkan rata-rata lama masa inkubasi Covid-19 (5-6 hari) kemungkinan aku terpapar Covid-19 pada tanggal 11 – 12 Maret 2021. Tanggal ini cocok dengan gejala sakit perut yang aku ceritain di atas. Tapi tanggal ini cukup aneh buatku, karena seperti yang aku ceritakan sebelumnya, pada tanggal 7 Maret – 14 Maret 2021 aku berdiam diri di kamar dan tidak banyak berkontak dengan orang lain.

Namun, jika dihitung berdasarkan lama masa inkubasi Covid-19 secara keseluruhan (14 hari), bisa jadi aku terpapar Covid-19 sejak tanggal 3 Maret 2021 atau setelahnya. Tanggal ini mengindikasikan bisa jadi aku terpapar Covid-19 sejak berada di Bali, dan membawanya sampai ke Bandung =)) Tanggal ini cukup makes sense buat aku, karena aktivitasku di Bali sebelum berangkat ke Bandung cukup padat dan banyak berinteraksi di luar rumah.

5. Apa Hikmah dari Kejadian Ini?

Bagiku, kejadian ini merupakan sebuah teguran buatku untuk lebih meningkatkan lagi kedisiplinanku dalam menjalankan protokol kesehatan. Sebagai seorang tenaga kesehatan, aku sebaiknya lebih berhati-hati dalam beraktivitas, apalagi bekerja di lingkungan puskesmas 😊

Selama ini, aku memang belum maksimal dalam menjalankan protokol kesehatan. Contohnya adalah masih kurang sering mengganti masker, kurang sering mencuci tangan, sering menyentuh bagian mata, mulut, dan hidung tanpa membersihkan tangan, serta tidak pernah membawa hand sanitizer pribadi. Jangan ditiru ya teman-teman!


6. Hasil Swab Antigen kan Negatif, kok Hasil Swab 

RT- PCR Positif?

Seperti pedoman yang dikeluarkan oleh otoritas kesehatan, jika kita menguji diri dengan 2 metode (Swab antigen dan RT-PCR) maka kita wajib memercayai metode yang menjadi gold standard atau metode yang memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, meskipun merasa baik-baik saja dan tanpa gejala, aku wajib memercayai hasil RT-PCR bahwa aku positif Covid-19.

~~~

Okay sekian dulu cerita mengenai pengalamanku. Memperingati satu tahun pandemi Covid-19 di Indonesia, kalian jangan pernah mengendurkan semangat untuk terus menjalankan protokol kesehatan ya! Sehat-sehat selalu teman-teman dimanapun kalian berada 😊

Buat yang mau sharing denganku, silahkan menghubungiku via kontak yang tertera di kanan layar atau DM instagram @nitasintari.

 

Terimakasih, have a nice day!