Increase Your Knowledge :)


Sabtu, 08 Agustus 2015

Obesitas Akibat Kelebihan Gizi, Diet Cerdas Jadi Solusi

OBESITAS AKIBAT KELEBIHAN GIZI, DIET CERDAS JADI SOLUSI

Berat badan berlebih atau obesitas dewasa ini menjelma menjadi momok yang amat menakutkan bagi para remaja, utamanya remaja putri. Hal ini notabene disebabkan oleh orientasi remaja yang cenderung mengedepankan kualitas penampilan mereka dalam berbagai bidang. Demi mendapatkan proporsi tubuh yang ideal, para remaja terkadang rela melakukan apa saja, meski harus mengabaikan aspek kesehatan diri mereka sendiri. Berbagai macam diet mereka lakukan, demi menurunkan berat badan menuju angka yang ideal. Lantas apa sebenarnya hakikat dan solusi dari obesitas tersebut?
Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (Hasdianah, 2014: 63). Pada prinsipnya, obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang masuk melalui makanan dengan jumlah kalori yang dibakar lewat aktivitas. Adapun kalori merupakan unit dasar energi yang terkandung dalam zat makanan tertentu. Zat makanan tersebut berasal dari golongan makronutrien yang terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein (Dawn Marks, 2000: 251).
 Apabila kita mengkonsumsi kalori dengan jumlah yang kurang daripada kebutuhan kalori harian, maka tubuh secara otomatis akan menggunakan kalori simpanan tubuh untuk menutupi kekurangan yang diperlukan. Efeknya, berat badan kita akan berkurang. Hal tersebut berlaku sebaliknya. Apabila kita mengkonsumsi kalori dengan jumlah melebihi kebutuhan kalori harian, maka kelebihan kalori ini akan disimpan di dalam tubuh, utamanya pada jaringan adiposa. Efeknya, berat badan kita akan meningkat.
Obesitas sendiri dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, antara lain:
1.      Obesitas ringan: BB mencapai 120% - 140% dari BB ideal
2.      Obesitas sedang: BB mencapai 140% - 200% dari BB ideal
3.      Obesitas berat: BB mencapai lebih dari 200% dari BB ideal
Seseorang dikatakan menderita obesitas apabila telah terjadi akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuhnya. Kelebihan lemak tersebut sebesar 30% di atas normal pada wanita dan sebesar 25% di atas normal pada pria. Adapun selain menganggu penampilan, obesitas juga semakin berbahaya akibat keberadaannya yang dapat memicu penyakit lain semisal diabetes, hipertensi, dan dislipedemia (Hasdianah, 2014: 75).
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia kini sedang didera oleh ancaman obesitas. Menurut survei Jurnal Medis Lancet mengenai daftar negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia tahun 2014, Indonesia tercatat menduduki peringkat nomor 10. Sementara itu berdasarkan data WHO tahun 2008, prevalensi obesitas usia dewasa di Indonesia mencapat 9,4% dengan rincian 2,5% penderita pria dan 6,9% penderita wanita.
Penyebab Obesitas
Di era globalisasi ini, pola hidup masyarakat Indonesia cenderung mengikuti gaya kebarat-baratan. Tanpa mereka sadari, pola hidup seperti inilah yang menjadi pemicu utama terjadinya obesitas. Kebiasaan makan makanan cepat saji, gorengan, serta makanan yang mengandung lemak tinggi merupakan suatu faktor yang dapat memicu terjadinya obesitas. Selain itu, sedentary lifestyle (gaya hidup tanpa banyak bergerak) kerap menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Padahal, aktivitas yang cukup sangat diperlukan untuk pembakaran kalori berlebih dalam tubuh.
            Selain faktor gaya hidup, tidak dapat dipungkiri bahwa faktor genetis merupakan salah satu pemicu obesitas yang perlu dipertimbangkan. Jika terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat terkena obesitas, maka keturunan dari keluarga tersebut memiliki resiko 25%-30% lebih tinggi untuk menderita obesitas pula.
Pencegahan Obesitas
            Tidak ada yang dapat bertanggung jawab terhadap kondisi tubuh kita selain diri kita sendiri. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mencegah penimbunan berat badan berlebih terhadap tubuh kita. Adapun Dr. Aman selaku ketua bidang ilmiah IDIAI sekaligus ahli masalah obesitas telah mengungkapkan “Rumus 5210” sebagai teknik awal pencegahan obesitas. Penerapan rumus tersebut yang pertama adalah lima kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari untuk mencukupi kebutuhan vitamin, mineral, dan juga serat.
Yang kedua, dua jam duduk (di luar waktu sekolah) sudah terlalu lama. Ada baiknya kita mengurangi waktu menonton televisi, bermain game, atau aktivitas duduk lainnya karena akan menganggu metabolisme dan memperlambat pembakaran kalori.
Yang ketiga, satu jam aktivitas fisik setiap hari. Adapun aktivitas yang dipilih dapat berupa jalan santai, bersepeda, dan sebagainya. Dan yang terakhir yaitu nol gram gula. Artinya kita diharapkan seminimal mungkin mengkonsumsi makanan yang mengandung gula. Ada baiknya kita mengganti minuman dan minuman manis tersebut dengan memperbanyak konsumsi air putih.
Peran Generasi Muda
            Sebagai generasi yang peduli akan taraf kesehatan Indonesia, sudah seharusnya kita sebagai pemuda Indonesia mulai memperhatikan permasalahan obesitas di Indonesia. Adapun untuk menekan angka obesitas yang semakin meningkat, kita dapat melakukan berbagai cara yang terbagi atas strategi preventif dan strategi represif.
Jika diamati, jalan yang pertama dan terutama adalah melalui jalur pendidikan. Jalur pendidikan merupakan strategi preventif yang paling efektif. Melalui penanaman pendidikan karakter serta perilaku hidup sehat sejak dini, para pemuda diharapkan terbiasa menerapkan gaya hidup sehat. Seperti halnya melalui pembelajaran biologi, agama, serta budi pekerti, para siswa diberi penyuluhan mengenai bahaya penyakit obesitas. Bagaimana obesitas dapat menganggu penampilan seseorang, sampai dengan bagaimana obesitas dapat memicu penyakit komplikasi lainnya.
Strategi selanjutnya yaitu melalui tindakan represif yang dilakukan apabila obesitas telah terlanjur terjadi. Tindakan represif dilakukan dalam wujud diet sehat, yaitu berupa pengaturan pola makan dengan makanan bergizi seimbang serta rendah kalori. Sebagai generasi muda, kita dapat membantu para penderita obesitas menyusun pola makan yang sehat sehingga secara perlahan dapat menurunkan berat badan mereka.
Pengobatan Obesitas : Terjebak Diet yang Salah
            Bagi mereka yang telah memiliki postur tubuh ideal, menjaga berat badan pastinya menjadi pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan. Namun berbeda halnya dengan mereka yang telah terlanjur menderita obesitas atau kegemukan. Para remaja, utamanya remaja putri acapkali merasa kurang percaya diri dengan bentuk tubuh mereka. Para remaja ini kemudian melakukan berbagai macam variasi diet demi menurunkan berat badan mereka.
            Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari, para remaja putri acapkali mengikuti trend diet yang berkembang mengikuti zaman. Ironisnya, pola diet tersebut dalam penerapannya cenderung memaksakan diri serta mengabaikan aspek kesehatan. Salah satu pola diet yang salah tersebut adalah pola diet yang menerapkan jendela makan. Artinya, pengikut diet ini hanya boleh makan dalam kurun waktu beberapa jam dalam sehari, sedangkan sisanya harus melakukan puasa makan (hanya diperbolehkan minum air putih).
            Menurut Dr. Samuel Oentoro, Sp.GK, selaku seorang ahli gizi mengatakan bahwa pemberlakuan jendela makan serta puasa selama 16, 20, 22, dan 24 jam bukanlah solusi yang tepat bagi diet. Hal tersebut dikarenakan dapat terjadi perubahan hormon yang tidak baik bagi pertumbuhan (id.she.yahoo). Apabila pola ini terus menerus dijalankan, dapat menimbulkan lambatnya pertumbuhan serta terjadinya penuaan dini yang lebih cepat pada kulit.
            Selain itu, puasa selama lebih dari 14 jam juga memberikan efek yang buruk bagi tubuh. Efek tersebut antara lain kekurangan zat gizi yang biasa didapat dari makanan, habisnya cadangan glikogen dalam hati, aktivasi hormon stres dalam tubuh, peningkatan pemecahan protein yang berdampak pada berkurangnya massa otot, penumpukan keton dalam tubuh, serta peningkatan resiko penimbunan lemak dalam hati (meetdoctor.com).
            Lebih parah lagi, terdapat pola diet jendela makan yang melarang pengikutnya untuk melakukan sarapan pagi. Padahal seperti yang telah kita ketahui, sarapan merupakan suatu pemenuhan energi serta nutrisi awal untuk memulai aktivitas di pagi hari. Tidak sarapan akan mengakibatkan tubuh tidak berenergi, penurunan fungsi otak, serta memicu rasa lapar secara terus-menerus sepanjang hari.
            Tidak hanya dampak secara fisik, pola diet dengan jendela makan juga memberikan dampak dalam bidang psikis. Remaja sering kali merasa cemas dan gelisah dalam menunggu waktu makan, serta acapkali makan secara terburu-buru ketika waktu makan mereka hampir habis. Kondisi ini sangat memprihatinkan, melihat asupan makan pengikut diet ini cenderung hanya berpatokan pada jam saja tanpa memperhatikan kualitas serta kuantitas apa yang mereka makan.
            Kesalahan cara diet yang lainnya yaitu diet dengan menggunakan obat pelangsing. Dewasa ini, berbagai macam produk obat pelangsing beredar secara bebas di pasaran. Obat pelangsing tersebut tersedia dalam berbagai wujud, baik dalam bentuk pil, kaplet, sampai susu. Konsumen acapkali menjadi “korban iklan” atas keberadaan obat pelangsing tersebut tanpa terlebih dahulu memikirkan apa efek samping yang bisa terjadi dalam jangka panjang.
            Penurunan berat badan yang diakibatkan obat pelangsing cenderung tidak bertahan lama (dietsehatcantik.com). Apabila kita secara tiba-tiba berhenti mengkonsumsi suatu jenis obat pelangsing tertentu, berat badan kita pun akan kembali seperti semula. Untuk itu, kita dipaksa untuk mengkonsumsi obat pelangsing secara terus menerus. Keputusan menggunakan obat pelangsing selayaknya diimbangi dengan ketersediaan dana yang cukup, karena hampir semua obat pelangsing dibanderol dengan harga yang tidak murah.
            Selain itu, kandungan obat pelangsing ternyata tidak terlalu efektif dalam membantu menurunkan berat badan. Sebagian besar pengaruh obat pelangsing hanya sekadar mengurangi nafsu makan, namun tidak menurunkan asupan kalori (tribunnews.com).
Solusi Obesitas : Seperti Apa Diet yang Cerdas Itu?
            Tidak ada hasil maksimal yang bisa kita dapatkan melalui cara yang instan. Untuk mendapatkan berat badan yang ideal, maka diet yang sehat dan cerdas perlu dilakukan. Diet tersebut berupa pengaturan pola makan yang rendah kalori, namun mengandung serat serta nilai gizi yang tinggi. Pola makan tersebut hendaknya dibarengi pula dengan aktivitas fisik serta olahraga yang teratur.
            Mengapa makanan tinggi serat begitu dianjurkan? Karena serat merupakan suatu zat gizi yang pencernaannya membutuhkan waktu lebih lama dari karbohidrat. Makanan berserat mampu membuat Anda merasa kenyang lebih lama. Selain itu, makanan berserat tinggi seperti buah dan sayur juga memiliki kandungan kalori yang relatif lebih rendah daripada makanan jenis lainnya.
            Tidak hanya mengenyangkan lebih lama, serat juga memiliki fungsi untuk memperlancar defekasi. Serat bermanfaat untuk merangsang gerak peristaltik usus agar normal kembali. Adapun jenis makanan berserat yang dianjurkan antara lain beras tumbuk, beras ketan hitam, kacang-kacangan, sayuran, serta buah yang dimakan dengan kulitnya (Hasdianah, 2014: 96).
            Selanjutnya ada yang dimaksud dengan diet rendah kalori. Diet dalam artian ini tidak hanya sebatas mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori rendah, melainkan juga mengusahakan agar kalori yang masuk setiap hari dikurangi sebanyak 500-1000 kalori dibawah kebutuhan normal (Hasdianah, 2014: 96).
            Menurut Dr. Kathleen Zelman, selaku seorang ahli gizi menganjurkan bahwa dalam diet, pengurangan kalori yang dilakukan maksimal sebanyak 500 kalori dibawah kebutuhan harian dalam sehari (kompas.com/health). Hal ini dikarenakan 0,5 kilogram lemak setara dengan 3.500 kalori. Sehingga dengan cara mengurangi 500 kalori setiap hari, dalam sebulan Anda dapat menurunkan lemak sebanyak dua kilogram.
            Sebagai contoh, seorang wanita rata-rata membutuhkan 2.200 kalori dalam sehari. Maka dalam program diet rendah kalori, wanita tersebut dianjurkan hanya mengkonsumsi sebanyak 1.700 kalori saja perhari. Adapun pengurangan kalori lebih besar dari angka tersebut tidak dianjurkan karena dikhawatirkan akan mengurangi massa otot serta menganggu kinerja organ dalam (kompas.com/health).
            Untuk itu, keterampilan dalam mengatur menu makan yang seimbang merupakan hal yang wajib untuk diketahui. Metode yang dapat menjadi pilihan salah satunya adalah membagi piring makan menjadi empat bagian. Masing-masing dari bagian tersebut diisi dengan makanan pokok, sayuran, buah-buahan, serta daging rendah lemak. Adapun menu tersebut akan semakin sempurna apabila dilengkapi dengan segelas susu rendah lemak.
            Selain itu, pengaturan menu makan juga dapat ditilik dari kandungan zat gizi makanan. Dalam sehari, kita dianjurkan untuk mengkonsumsi lima jenis sayuran dan buah, enam porsi karbohidrat dalam bentuk roti, padi, atau tumbuhan polong, lemak tidak lebih dari 30% kalori total makanan, protein sekitar 0,8 gram/kilogram berat badan, garam tidak lebih dari tiga gram perhari, serta kolesterol tidak lebih dari 300 miligram/hari (Dawn Marks, 2000).
Penutup
            Tidak dapat dipungkiri, bahwa obesitas kini telah menjelma menjadi permasalahan serius bagi masyarakat Indonesia. Hal ini kemudian menjadi tanggung jawab kita bersama, bagaimana mencegah agar fenomena obesitas ini tidak semakin meluas. Utamanya kepada para generasi muda yang menjadi masa depan bangsa, kualitas kesehatan di masa depan seolah-olah menjadi beban tanggungan yang harus diberi perhatian sejak dini.
            Dalam menanggulangi masalah obesitas, tidak ada peran yang dapat dilakukan secara lebih baik dibanding dengan menanggulangi diri sendiri terlebih dahulu. Untuk itu melaksanakan gaya hidup sehat, mengatur pola makan, serta menghindari cara-cara diet yang salah perlu dilakukan sejak dini, melalui lingkup terkecil yaitu keluarga.
Apabila program yang kita lakukan mulai dari diri kita sendiri tersebut telah berhasil terwujud, bukan hal yang mustahil bagi kita untuk menularkan gaya hidup sehat ini terhadap orang-orang yang berada di sekitar kita. Pada akhirnya, secara berangsur-angsur taraf kesehatan masyarakat Indonesia akan semakin meningkat, serta angka penderita obesitas pun lambat laun semakin menurun. Mari secara bersama-sama kita wujudkan Indonesia yang sehat serta sejahtera, Indonesia bebas obesitas

Daftar Pustaka

Setyaningsih, Eko. 2011. Biology Bringing Science to Your Life. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Marks, Dawn. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Vaughans, Bennita. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Hasdianah. 2014. Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Adriani, Merryana. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana.

Anonim. 2014. Beberapa Kekurangan Obat Pelangsing Tubuh. Diakses dari http://www.dietsehatcantik.com/2015/02/beberapa-kekurangan-obat-pelangsing-tubuh.html?m=1 pada tanggal 21 Februari 2015.

Felicia, Nadia. 2010. Berapa Kalori yang Dibutuhkan dalam Sehari. Diakses dari http://m.kompas.com/female/read/2010/09/11/10002336/Berapa.Kalori.yang.Dibutuhkan pada tanggal 21 Februari 2015.

Kartika, Unoviana. 2014. Berapa Batas Aman Kurangi Kalori. Diakses dari http://m.kompas.com/health/read/2014/01/19/1727050/Berapa.Batas.Aman.Kurangi pada tanggal 21 Februari 2015.

Anonim. 2014. Bagaimana Cara Kerja 500 Kalori Best Diet Plans. Diakses dari http://www.healthy-diet-shakes.com/best-diet-plans.html pada tanggal 21 Februari 2015.

Wardhani, Anita. 2012. Pengaruh Buruk Obat Pelangsing Bagi Kesehatan Anda. Diakses dari http://m.tribunnews.com/tribunners/2012/04/17/pengaruh-buruk-obat-pelangsing-bagi-kesehatan-anda pada tanggal 22 Februari 2015

Anonim, 2014. Kontroversi Diet OCD. Diakses dari http://meetdoctor.com/article/diet-ocd-aman-atau-tidak#/page/2 pada tanggal 22 Februari 2015


Anonim, 2014. Tingkat Obesitas Indonesia Nomor 10 Dunia. Diakses dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2014/05/140529_iptek_indonesia_obesitas pada tanggal 22 Februari 2015

(Essay ini berhasil lolos sebagai 8 besar finalis Creative Writing Competition A.K.A IKM Udayana 2015)

1 komentar: