Increase Your Knowledge :)


Sabtu, 05 Desember 2015

“Safety Riding”, Jangan Hanya Sekadar Basa-Basi


            Galakkan penerapan safety riding. Begitulah kalimat yang acapkali tercetak tebal pada deretan baliho-baliho di pinggir jalan. Saat ini safety riding memang sedang gencar-gencarnya disosialisasikan oleh pihak kepolisian. Namun, apakah semua orang telah benar-benar mengerti apa hakikat dari safety riding ini? Terutama para pelajar yang notabene merupakan “warga baru” dalam kegiatan berlalu lintas?
            “Menurutku safety riding adalah wujud perilaku pengendara yang selalu mengutamakan keselamatan serta taat akan peraturan. Penerapannya semisal melengkapi diri dengan alat berkendara dan menghormati rambu lalu lintas,” tutur I Wayan Reka Adi Saputra, salah satu siswa SMAN 1 Denpasar.
            Siswa Smansa lainnya, Erwin Setia Wibawa ikut turun berpendapat. Erwin mengaku tidak sepenuhnya menjalankan aturan safety riding meskipun telah paham betul akan pengertian safety riding itu sendiri. “Terkadang kalau kepepet aku terpaksa melakukan pelanggaran. Misalnya ngebut dan menerobos lampu kuning saat akan berangkat sekolah, serta memotong jalur dan melawan arus saat jalan sepi,” ungkap Erwin.
            Tergerak oleh rasa ingin tau, tim Jurnalis SMAN 1 Denpasar pun melakukan sejumlah penelusuran. Ditemui di Kantor Polda Bali pada Jumat (06/02) lalu, Ni Nyoman Ayuniati, S.H M.H, selaku staff kepolisian Polda Bali mengungkapkan pendapatnya mengenai perilaku pengendara masa kini. “Dewasa ini semua pengendara cenderung bertingkah melanggar aturan lalu lintas. Perilaku ini biasanya dipicu oleh ketidaktahuan pengendara akan bahayanya pengabaian safety riding, maupun karena pengendara dalam keadaan buru-buru sehingga terpaksa melanggar aturan lalu lintas, ” tutur Ayuniati.
            Ditanya mengenai pelanggaran yang paling sering terjadi, Ayuniati menempatkan pelanggaran rambu dalam posisi teratas. “Para pengendara acapkali melanggar rambu lalu lintas, misalnya traffic light sampai rambu dilarang parkir. Yang kedua, pengendara cenderung tidak mau repot menghidupkan lampu motor di siang hari. Yang ketiga dan yang paling berbahaya, pengendara kerap bermain handphone saat berkendara,” jelasnya.
            Lantas, apakah para pengendara motor ini menyadari sepenuhnya bahaya yang mengancam keselamatan mereka? Erwin Setia Wibawa, mengaku mulai sadar akan pentingnya safety riding semenjak melihat kecelakaan beberapa bulan lalu. “Pengendara terluka parah akibat berkendara terlalu kencang serta tidak memakai helm. Semenjak itu jadi agak trauma dan mulai berhati-hati di jalan,” tutur cowok kelahiran 24 Oktober 1998 ini.
Senada dengan Erwin, Reka mengaku selalu berusaha melengkapi dirinya dengan kelengkapan safety riding saat berkendara. “Aku selalu mengenakan jaket, helm, dan sarung tangan jika berpergian. Aku juga selalu menghidupkan lampu motor, serta menyalakan rating saat ingin belok,” ujar Reka.
Di lain sisi, Ayuniati sebagai aparat penegak hukum berharap kedepannya para pengendara motor dapat lebih menyadari pentingnya penerapan safety riding. “Kita harus berkendara secara aman, dengan juga memperhatikan keselamatan orang lain. safety riding bukan sekadar slogan pemanis di papan-papan peringatan pinggir jalan, melainkan safety riding adalah hal penting yang harus kita kita sadari, cermati, dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas Ayuniati sembari menutup wawancara. (nit)
Narasumber :
I Wayan Reka Adi Saputra
Erwin Setia Wibawa

Ni Nyoman Ayuniati, S.H M.H
Artikel ini diikutkan dalam perlombaan mading DBL 2015 bersama Smansa Journalist Club

Tidak ada komentar:

Posting Komentar