Vampir
Kecil Sang Pembawa Kematian
Beberapa
hari terakhir ini hujan terlihat terus menerus mengguyur beberapa daerah di
Bali. Bagaimana tidak, saat ini telah memasuki awal bulan Januari, dimana hujan
sedang gencar – gencarnya turun membasahi bumi.
Apa
itu hujan? Hujan sebenarnya adalah peristiwa jatuhnya butir – butir air dari
awan ke bumi. Hal ini berkaitan erat dengan siklus air, dimana air yang
bermuara di laut, samudera, maupun sumber – sumber air lainnya akan diuapkan
oleh sinar matahari. Uap air tersebut kemudian naik ke atas dan berkumpul membentuk
awan. Akibat adanya perbedaan tekanan udara, angin akan mendorong dan membawa
awan – awan tersebut ke berbagai tempat, baik ke dataran tinggi, dataran
rendah, bahkan ke laut atau samudera lainnya. Semakin banyak uap air yang
terkumpul dalam suatu awan, maka semakin beratlah awan tersebut. Apabila
dilihat dari bumi, awan itu akan memiliki warna yang lebih kelabu dari awan –
awan lainnya. Awan inilah yang biasa kita sebut dengan awan mendung. Jika suatu
saat awan tersebut sudah tidak mampu lagi menahan muatan air, maka jatuhlah
tetes – tetes air dari awan tersebut, inilah yang kita sebut dengan hujan.
Hujan
sebenarnya memiliki manfaat yang positif bagi manusia. Contohnya untuk mengairi
sawah tadah hujan, mengisi waduk atau bendungan, dan memberi efek sejuk bagi
suasana di muka bumi. Namun apabila hujan tersebut berlangsung deras dan terus
menerus, dapat membawa efek negatif antara lain banjir, tanah longsor, dan
timbul genangan air dimana – mana.
Begitupun
di Bali. Hujan turun dengan derasnya selama beberapa hari ini, namun kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tidak juga berubah. Dimana – mana
masih banyak terlihat masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Mereka membuang
sampah sembarangan. Walaupun pemerintah telah menyediakan tempat penampungan
sampah, masih saja ada masyarakat yang membuang sampah di tempat umum, di
pinggir jalan, di trotoar, di selokan, bahkan di sungai.
Begitu
banyak jenis sampah hasil kegiatan rumah tangga di masyarakat. Baik sampah
organik maupun anorganik, sama – sama memiliki dampak negatif apabila tidak
ditangani secara serius. Sampah – sampah tersebut meliputi sisa – sisa makanan,
pembungkus makanan, kertas, botol kaca, dan sampah dari janur yang merupakan
sisa – sisa pembuatan sesajen (banten).
Oleh masyarakat sampah – sampah ini ditumpuk di tempat yang sebenarnya bukan merupakan
tempat penampungan sampah. Sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap,
pemandangan yang tidak enak dilihat, dan semakin banyaknya lalat maupun nyamuk
pembawa penyakit yang beterbangan.
Selain
itu ada juga sampah berupa kaleng, bak penampungan, pot bunga dan sejenisnya yang
terlihat bertebaran dimana – mana. Sampah – sampah sejenis ini apabila berada
di daerah yang sering menerima hujan, akan menampung air hujan sehingga jadilah
ia tempat penampungan air. Masyarakat tidak menyadari, genangan air inilah yang
nantinya menjadi cikal bakal masalah kesehatan baru yang lebih besar.
Apakah
masalah tersebut? Masalah tersebut adalah meningkatnya populasi nyamuk. Hal itu
dapat terjadi karena fakta di lapangan membuktikan bahwa di genangan air itulah
ditemukan jentik – jentik nyamuk. Dengan kata lain, genangan air itu telah
menjadi sarang nyamuk.
Nyamuk
adalah hewan penghisap darah yang mengalami metamorfosis sempurna. Perkembangan
nyamuk dimulai dari telur, yang kemudian berkembang menjadi jentik nyamuk yang
bentuknya seperti ulat kecil. Jentik ini lalu berkembang menjadi pupa. Setelah
melewati tahap - tahap tersebut, nyamuk dewasa akan keluar dari pupa dan siap
menjadi vampir kecil sang penghisap darah.
Di
antara ratusan jenis nyamuk, terdapat satu spesies yang berbahaya bagi
kelangsungan hidup manusia. Nyamuk itu adalah Aedes Aegypti, sang nyamuk demam berdarah. Nyamuk yang menghisap
darah manusia hanya nyamuk betina, sedangkan nyamuk jantan lebih tertarik pada
cairan tumbuhan atau sari bunga. Nyamuk jenis ini memiliki kebiasaan meletakkan
telur di air yang jernih dan aktif menghisap darah dari pagi sampai sore, sedangkan
pada malam hari mereka beristirahat. Nyamuk jenis ini membawa virus DBD di
dalam kelenjar ludah mereka, sehingga saat nyamuk ini menghisap darah orang
sehat, orang tersebut otomatis akan terkena demam berdarah.
Demam
berdarah bukanlah penyakit yang bisa dianggap sepele. Penyakit ini menimbulkan
gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga
jumlah trombosit menurun dan terjadi pendarahan di beberapa bagian tubuh
penderita. Apabila kondisi ini terus dibiarkan, penyakit demam berdarah ini
dapat mengakibatkan kematian. Gejala – gejala penyakit demam berdarah antara
lain demam tinggi, sakit perut, mual, badan pegal, nyeri pada persendian, dan
muncul bintik – bintik merah di kulit.
Saat
terkena demam berdarah, orang tersebut akan mengalami tiga fase. Fase pertama
adalah fase demam selama tiga hari pertama. Tiga hari selanjutnya merupakan
fase kritis. Pada fase ini, demam sudah tidak terjadi, tetapi di fase inilah
harus waspada agar tidak terkecoh dengan menganggap sudah sembuh lalu tidak
diberi pengobatan.Tiga hari selanjutnya adalah fase penyembuhan.
Tidak
ada obat khusus yang dapat menyembuhkan penyakit demam berdarah. Oleh karena
itu perlu dilakukan tindakan - tindakan yang setidaknya dapat membantu.
Pertama, berikan penderita obat
penurun panas atau parasetamol. Kedua, kompres dahi penderita agar panas tidak
terlalu tinggi. Ketiga,
perbanyak minum air putih. Penderita demam berdarah biasanya akan
kekurangan cairan, maka air putih akan sangat baik untuk mereka. Keempat, berikan
penderita makanan yang bergizi agar tubuh menjadi kuat dan dapat melawan virus
DBD. Kelima,
berikan penderita air daun jambu dan angkak karena dapat membantu
menaikkan trombosit.
Berdasarkan
uraian tersebut, jelaslah bahaya nyamuk demam berdarah bagi kelangsungan hidup
manusia. Di Bali, telah terjadi beberapa kasus kematian akibat demam berdarah.
Berikut adalah data korban meninggal akibat demam berdarah menurut Dinas
Kesehatan Provinsi Bali tahun 2008 – 2012
Tahun
2008, tercatat sebanyak 47 orang meninggal akibat demam berdarah. Para korban berasal
dari beberapa Kabupaten, antara lain dari Kabupaten Bangli, Badung, dan
Karangasem. Latar belakang korban meninggal bervarias. Ada yang karena kurang
pengetahuan tentang demam berdarah, sehingga korban tidak diberi perawatan
sampai meninggal dunia. Ada juga yang terlambat di beri pertolongan karena
demam berdarah di anggap sepele. Untuk menangani hal tersebut, pemerintah
setempat telah melakukan fogging di
berbagai tempat yang disinyalir menjadi sarang nyamuk.
Tahun
2009, angka kematian akibat demam berdarah meningkat menjadi 51 orang. Para
korban tercatat berasal dari Kabupaten Bangli, Badung, Karangasem, dan Gianyar.
Melihat semakin luasnya daerah penyebaran demam berdarah, Pemerintah Provinsi Bali
pun mulai melakukan fogging secara menyeluruh dan mensosialisasikan bahaya
demam berdarah kepada masyarakat.
Namun
usaha yang dilakukan di tahun 2009 ternyata tak membuahkan hasil, justru angka
kematian akibat demam berdarah di tahun 2010 kembali naik. Tercatat 60 korban
yang berasal dari Kabupaten Bangli, Badung, Karangasem, Gianyar, dan Klungkung.
Melihat kondisi ini, pemerintah pun melakukan usaha keras dalam memerangi demam
berdarah. Antara lain dengan melaksanakan fogging secara berkala, pemeriksaan
jentik nyamuk ke rumah – rumah penduduk, sosialisasi dan seminar tentang demam
berdarah, mendistribusikan bubuk abate, dan menggalakkan program 3M (Menguras,
Mengubur, Menutup) yaitu menguras bak mandi, mengubur barang – barang yang
tidak dipakai, dan menutup tempat – tempat penampungan air.
Usaha
keras pemerintah tersebut ternyata berhasil gemilang. Tahun 2011 angka kematian
akibat demam berdarah turun drastis, tercatat hanya 15 orang yang berasal dari Kabupaten
Bangli dan Badung.
Begitu
pula pada tahun 2012, angka kematian akibat demam berdarah kembali turun,
tercatat hanya 8 korban dari Kabupaten Bangli. Masyarakat tampaknya mulai
mengerti arti penting kesehatan dan kebersihan lingkungan, sehingga tanpa
komando pemerintah mereka mulai berinisiatif melakukan kerja bakti lingkungan dan
memberantas sarang nyamuk, sehingga angka kematian akibat demam berdarah dapat
ditekan.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat kita tarik kesimpulan betapa berbahayanya penyakit demam
berdarah, sehingga kita harus selalu waspada terhadap gigitan nyamuk terutama
saat musim penghujan. Penyakit demam berdarah tidak boleh dianggap sepele,
apabila sudah muncul gejala – gejalanya harus segera dibawa ke rumah sakit
untuk diberi pertolongan. Mewabahnya penyakit ini mengingatkan kita akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama dalam memberantas sarang si
vampir kecil alias nyamuk. Kita harus rajin melakukan kerja bakti membersihkan
lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan.
Kita
semua tentu tidak ingin pengalaman pahit berupa tingginya angka kematian akibat
demam berdarah yang terjadi beberapa tahun lalu kembali terulang, maka dari itu
perlulah kita melakukan tindakan – tindakan preventif antara lain mencegah diri
terkena gigitan nyamuk, mengubur sampah yang dapat menampung air, menguras bak
mandi dan kolam secara teratur, meletakkan ikan – ikan di tempat penampungan
air karna ikan dapat memakan jentik nyamuk, menutup dan menaburkan bubuk abate
pada tempat – tempat penampungan air, melakukan fogging secara berkala, dan
yang terpenting adalah selalu menjaga kesehatan tubuh karna apabila kita
memiliki daya tahan tubuh yang kuat, kita tidak akan mudah terkena penyakit
apapun termasuk demam berdarah. Menjaga daya tahan tubuh dapat dilakukan dengan
berolahraga teratur, makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup.
Selain melakukan hal – hal
di atas, ada baiknya kita membersihkan tempat – tempat nyamuk Aedes Aegypti
biasa berkembang biak. Tempat pertama yaitu di tempat penampungan air untuk keperluan sehari – hari,
misalnya drum, tempayan, bak mandi, bak WC dan ember. Tempat kedua yaitu
tempat-tempat yang biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk
keperluan sehari-hari, misalnya tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban
bekas, botol, pecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut. Tempat ketiga yaitu
di tempat penampungan air alami, misalnya lubang pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang dan potongan bambu.
Maka dari itu, mulai dari sekarang marilah kita selalu menjaga
kebersihan lingkungan dan kesehatan diri. Saling mengingatkan antar sesama
anggota keluarga, dan melindungi orang – orang yang kita cintai dari serangan
demam berdarah. Kalau tidak kita mulai dari sekarang, kapan lagi ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar