Ø Pengertian Subak
Kata
subak dinilai sebagai bentuk modern dari kata suwak. Suwak
ditemukan dalam Prasasti Pandak Badung (1071) dan Klungkung (1072). Suwak
berasal dari dua kata, “su” yang berarti baik dan “wak” untuk
pengairan. Dengan demikian, suwak dapat diartikan sebagai sistem pengairan yang
baik. Suwak itu telah berjalan di wilayah Klungkung. Wilayah yang mendapat
pengairan yang baik disebut Kasuwakan Rawas. Penamaan itu tergantung pada nama
desa terdekat, sumber air, atau bangunan keagamaan setempat.
Pembentukan
kasuwakan tak lepas dari pengaruh agama Hindu yang dianut masyarakat setempat.
Agama Hindu di Bali kala itu mengenal konsep Tri Hita Karana yang
merumuskan kebahagiaan manusia. Pencapaian kebahagiaan hanya bisatercapai
melalui harmonisasi tiga unsur: parahyangan(ketuhanan), pawongan (manusia),
dan palemahan (alam). Masyarakat percaya bahwa
mereka harus bekerja mengolah tanah dan air, tapi kepemilikan dua unsur
tersebut sejatinya berada di tangan dewa-dewi.
Subak adalah salah satu
bentuk lembaga kemasyarakatan pada masyarakat Bali yang bersifat tradisional
dan yang dibentuk secara turun temurun oleh masyarakat umat Hindu Bali. Subak
berfungsi sebagai satu kesatuan dari para pemilik sawah atau penggarap sawah
yang menerima air irigasi dari satu sumber air atau bendungan tertentu. Subak
merupakan satu kesatuan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Pada umumnya
tugas setiap warga subak adalah untuk mengatur pembagian air, memelihara dan
memperbaiki sarana irigasi, melakukan kegiatan pemberantasan hama, melakukan
inovasi pertanian dan mengkonsepsikan serta mengaktifkan kegiatan upacara.
Karena subak memiliki struktur yang berlandaskan konsepsi Tri Hita Karana yaitu
suatu konsepsi yang mengintegrasikan secara selaras tiga komponen penyebab
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang diyakini oleh masyarakat Bali,
sehingga setiap subak di Bali harus memiliki pura pemujaan. Subak yang ada di
pulau Bali berjumlah sekitar 1.482 buah dan subak abian berjumlah 698 buah.
Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik,
atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi
dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah
seorang petani di Bali. Subak terutama digunakan dalam sistem pengairan.
Dalam sistem ini setiap warga desa bertugas mengatur pembagian air, memelihara dan memperbaiki sarana irigasi, melakukan kegiatan pemberantasan hama, melakukan inovasi pertanian, dan mengaktifkan kegiatan upacara keagamaan
Dalam sistem ini setiap warga desa bertugas mengatur pembagian air, memelihara dan memperbaiki sarana irigasi, melakukan kegiatan pemberantasan hama, melakukan inovasi pertanian, dan mengaktifkan kegiatan upacara keagamaan
Ø Keistimewaan Subak
Yang
membuat Subak itu menjadi lebih spesial adalah asas kerjanya berdasarkan asas
keadilan. Di Bali, Subak memiliki organisasi dengan ketuanya yang disebut
Pekaseh. Pekaseh bersama para petani, peternak, juga pengelola kegiatan yang
terkait dengan air selalu melakukan perencanaan dan melaksanakan pengairan baik
untuk sawah, kolam ikan, termasuk air bersih dengan sangat adil melalui
musyawarah di Bali disebut Sangkep [Angkep = berdekatan/mendekat]. Perencanaan
matang disiapkan bagaimana nantinya sebuah lahan akan diberi air, seberapa
banyak, seberapa lama, dan bagaimana mereka bekerja semua terencana dengan
baik.
Ø Wisata
Subak
Belakangan,
wisata subak di Bali makin marak. Mulai dari sekadar tracking hingga bersepeda
di pagi hari. Turis pemula biasanya cukup “happy” dengan berfoto ria, jalan
jalan menikmati udara segar serta panorama indah. Namun tidak sedikit yang
penasaran dengan cerita dibalik subak.
Jatiluwih,
Tabanan merupakan destinasi wisata Subak yang populer, disamping Tegalalang,
Ubud. Letaknya diantara Ubud dan Kintamani. Hamparan sawah yang berundak indah
ini bisa dinikmati dalam udara sejuk. Letaknya memang didaerah pegunungan
Batukaru. Setiap hari, rata-rata 100 turis asing mengunjungi area seluas
600an hektar ini. Jumlah itu diluar pelajar dan wisatawan lokal.
Para generasi muda saat
ini yang cenderung berkutat dengan berbagai teknologi terkini mungkin jarang
sekali yang tahu dan paham mengenai Subak atau irigasi. Karena itulah perlu
adanya usaha untuk melestarikan teknologi dan budaya lokal tersebut, apalagi
jika hal tersebut bermanfaat untuk memajukan perekonomian lokal. Sepertinya
itulah yang menjadi tujuan didirikannya Museum Subak di Bali yang diresmikan
pada 1981 oleh Gubernur Bali di era itu, Ida Bagus Mantra.
Ø Museum Subak
Bila kita meniti
sejarahnya, museum ini digagas oleh seorang pakar adat dan agama yang begitu
dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar bernama I Gusti Ketut Kaler.
Alasan ia menggagas pendirian Museum Subak ialah supaya warisan leluhur budaya
sejak abad ke-11 ini tetap terpelihara. Akhirnya upaya kerasnya itu terwujud
dengan diberi nama Cagar Budaya Museum Subak.
Museum Subak merupakan
satu-satunya museum yang mengetengahkan hal-ihwal pertanian di Bali. Di museum
ini dipamerkan miniatur subak lengkap dengan gambar-gambar proses pembuatannya,
seperti tahapan menemukan sumber mata air, proses pembuatan terowongan air,
pembangunan bendungan, dan pembuatan saluran penghubung yang akan digunakan
mengalirkan air ke sawah-sawah penduduk. Museum Subak juga memiliki data audio
visual mengenai proses budidaya padi mulai dari musyawarah anggota subak,
kesepakatan pengaturan air, hingga ritual keagamaan untuk memohon kesuksesan
panen.
Museum ini terdiri dari bangunan terbuka dan tertutup. Bangunan tertutup museum terdiri dari stan pameran yang menampilkan benda-benda yang berhubungan dengan pekerjaan petani serta audio visual yang memperlihatkan aktivitas-aktivitas Subak dalam menangani manajemen irigasi. Sementara itu, bangunan terbuka museum merupakan visualisasi dari penggambaran Subak dalam bentuk miniatur. Miniatur tersebut terdiri dari sebuah kolam sebagai tempat relokasi irigasi, sebuah saluran untuk mengalirkan air dari kolam ke relokasi air. Benda-benda atau peralatan petani juga dipajang di dalam gedung pameran tersebut, di antaranya alat-alat kegiatan pertanian.
Museum ini terdiri dari bangunan terbuka dan tertutup. Bangunan tertutup museum terdiri dari stan pameran yang menampilkan benda-benda yang berhubungan dengan pekerjaan petani serta audio visual yang memperlihatkan aktivitas-aktivitas Subak dalam menangani manajemen irigasi. Sementara itu, bangunan terbuka museum merupakan visualisasi dari penggambaran Subak dalam bentuk miniatur. Miniatur tersebut terdiri dari sebuah kolam sebagai tempat relokasi irigasi, sebuah saluran untuk mengalirkan air dari kolam ke relokasi air. Benda-benda atau peralatan petani juga dipajang di dalam gedung pameran tersebut, di antaranya alat-alat kegiatan pertanian.
Di sini pengunjung
dapat melihat alat-alat pertanian tradisional Bali, seperti alat pemotong dan
penumbuk padi, alat pembajak sawah, serta alat untuk membetulkan saluran
irigasi. Selain itu miniatur dapur tradisional dilengkapi dengan tata ruang
serta perabot untuk memasak nasi. Pengunjung juga dapat menambah pengetahuan
atau wawasan mengenai pertanian dengan mengunjungi fasilitas perpustakaannya.
Koleksi di perpustakaan ini cukup lengkap, mulai dari berbagai kajian lintas
disiplin mengenai sistem subak sampai masalah-masalah pertanian secara umum.
Museum Subak memang
sudah sepatutnya dilestarikan karena menyimpan banyak aset budaya yang sungguh
tak ternilai harganya. Karena itulah, sudah sewajarnya pula jika eksistensi dan
keberadaan museum ini dijaga dan dilestarikan dengan segenap kemampuan supaya
tak mengalami kepunahan sebab bisa dikatakan bahwa museum ini merupakan
representasi sistem pertanian masyarakat Bali.
Penting untuk dicatat
bahwa kekhususan dari subak adalah kegiatan ritualnya dan itulah yang
membedakannya dengan sistem irigasi lain di Indonesia bahkan dunia. Beberapa
upacara dilaksanakan oleh subak, mulai dari persiapan lahan sampai panen. Subak
yang merupakan organisasi otonom yang mengelola daerah irigasi atau sawah
tertentu, mendapatkan air irigasi dari sumber tertentu, dan bertanggung jawab
untuk satu kuil subak. Sampai sekarang, subak digunakan oleh pemerintah untuk
kegiatan pembangunan pertanian, yaitu pada intensifikasi padi, pengembangan
koperasi.
Museum Subak berada di
Desa Sanggulan, Tabanan yang berjarak sekitar 20 kilometer sebelah barat Kota
Denpasar. Lokasi museum ini sangat strategis dan dekat dengan tempat-tempat
wisata lainnya di wilayah tersebut. Anda dapat mengunjungi Museum Subak setiap
hari kecuali Minggu. Museum ini buka pukul 07.30-18.30. Bagi yang sering
berwisata ke Bali, kiranya Museum Subak perlu ditambahkan di dalam rencana
perjalanan Anda.
Ø Keberhasilan Sistem Subak
Pada
abad ke-20, pemerintah kolonial ikut mendorong perkembangan subak. Mereka
membangun bendungan-bendungan seperti Dam Pejeng (1914), Dam Mambal (1924), Dam
Oongan (1925), dan Dam Sidem buntut (1926). Mereka ingin hasil sawah meningkat.
Mereka tak mencampuri aturan-aturan internal subak.
Keberhasilan
subak dalam panen terbukti melalui statistik hasil pertanian 1934-1981 yang
dikeluarkan IPB. Bali selalu menempati posisi di atas Jawa dan Madura untuk
hasil panen nasional. Keberhasilan itu mendorong pemerintah daerah membangun
museum subak pada 1981. Juris di Bali pun mulai tertarik mengenal subak.
Sayangnya, campurtangan pemerintah terhadap subak sejak 1981 sempat menurunkan
hasil panen. Meski demikian, subak tetap terbukti mampu memberikan andil pada
hasil panen dan kunjungan wisatawan di Bali. Lebih dari itu, subak tak sekadar
praktik ekonomi, tapi juga sosial, hukum, dan agama.
Ø Pengakuan Dunia Terhadap Subak
Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz, sedangkan J. Stephen
Lansing telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi
tradisional. Ia mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi
pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun 1987 Lansing
bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia
membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini.
Subak
mungkin kata ini agak asing di telinga banyak orang tapi beberapa hari terakhir
Subak mulai sering dibicarakan karena dia telah dinyatakan sebagai warisan
dunia oleh UNESCO [United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization] tahun 2012, setelah diperjuangkan selama 12 tahun dan telah
tertunda beberapa kali pengesahannya.
UNESCO menilai subak sebagai sistem irigasi yang dapat mempertahankan budaya asli masyarakat Bali. Lengkap sudah kebanggaan Bali menjadi destinasi wisata dunia. Maklum saja, para wisatawan pun sudah mengakui Subak berkontribusi dalam indahnya persawahan di Bali seperti di Ubud, Gianyar, Tabanan dan juga Badung.
UNESCO menilai subak sebagai sistem irigasi yang dapat mempertahankan budaya asli masyarakat Bali. Lengkap sudah kebanggaan Bali menjadi destinasi wisata dunia. Maklum saja, para wisatawan pun sudah mengakui Subak berkontribusi dalam indahnya persawahan di Bali seperti di Ubud, Gianyar, Tabanan dan juga Badung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar