Pendahuluan
Ringkasan Yadnya
Apa itu
Yadnya? Yadnya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu kata “Yaj” yang berarti
memuja, mempersembahkan, atau korban. Menurut kitab Bhagawadgita yadnya berarti
suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran untuk
melaksanakan persembahan kepada Tuhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengertian yadnya adalah segala bentuk pemujaan/persembahan dan pengorbanan
yang dilaksanakan secara tulus ikhlas dengan tujuan-tujuan mulia dan luhur
terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Adapun Yadnya memiliki 4 unsur yaitu Karya
(perbuatan), Sreya (ketulus ikhlasan), Bhudi (kesadaran), dan Bhakti
(persembahan).
Keberadaan
yadnya dilatarbelakangi oleh adanya Tri Rna (tiga hutang). Adapun masing-masing
dari Tri Rna ini kemudian memunculkan yadnyanya masing-masing. Dewa Rna (hutang
terhadap Tuhan) memunculkan Dewa yadnya dan Bhuta yadnya. Rsi Rna (hutang
terhadap orang suci) memunculkan Rsi yadnya. Dan Pitra Yadnya (hutang terhadap
leluhur/saudara/manusia) memunculkan Pitra Yadnya dan Manusa yadnya.
Tata cara
atau rangkaian pelaksaaan suatu yadnya ini disebut dengan upacara. Sedangkan
segala alat yang digunakan dalam upacara disebut dengan upakara. Adapun upakara
yang tertata dalam bentuk tertentu dan difungsikan sebagai sarana memuja
keagungan Tuhan disebut sesajen/banten.
Yadnya
dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan berbagai sudut pandang. Dilihat dari waktu
pelaksanaannya, yadnya dibagi 3 yaitu Naimitika yadnya (dilakukan
sewaktu-waktu), Nitya yadnya (dilakukan setiap hari), dan yadnya insidental
(waktunya tidak tentu). Dilihat dari kuantitasnya, yadnya dibagi 3 yaitu Nitya
(kecil), Madya (Sedang), dan Utama (besar). Dilihat dari kualitasnya, yadnya
dibagi 3 yaitu Tamasika yadnya, Rajasika yadnya, dan Satwika yadnya.
Lantas apakah
hubungan antara Yadnya dan kisah Mahabrata? Mahabrata merupakan salah satu
bagian dari Weda Smerti kelompok Upaweda, yaitu pada golongan Itihasa.
Mahabrata ditulis oleh Bhagawan Byasa / Kresna Dwipayana dan terdiri dari 18
parwa. Kisah Mahabrata ini sangat banyak mengandung ajaran-ajaran luhur
termasuk tentang yadnya didalamnya. Di Indonesia, muncul banyak karya sastra
yang bersumber dari ke delapan belas parwa tersebut. antara lain berbagai kitab
dan kekawin. Bahkan, dari kisah Mahabrata ini mampu memunculkan 2 kitab suci
yaitu Sarasamuscaya dan Bhagawadgita.
Mahabrata
mengandung ajaran-ajaran Weda yang sifatnya universal. Universal dalam artian
berlaku umum dan dapat dialami oleh siapa saja yang ada di dunia. Oleh karena
itu, sudah sepatutnya kita mengambil nilai-nilai baik dalam kisah Mahabrata ini
sebagai pedoman hidup kita sehari-hari. Nilai-nilai tersebut meiliputi nilai
Tattwa, Etika, Upacara, Karma, Punarbhawa, Moksa, Catur Warna, Catur Purusa
Artha, Dharma, Kesetiaan, Pendidikan, dan Yadnya
Ringkasan Mahabrata
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kisah Mahabrata terdiri
dari 18 parwa. Berikut adalah ulasan isi dari parwa-para tersebut :
Adi Parwa : lahirnya para leluhur Pandawa dan Korawa,
lahirnya para Pandawa, Korawa dan Karna, dibaginya kerajaan Hastina Pura,
Pandawa berhasil membangun kerajaan Indraprastha, Pandawa berhasil
menyelenggarakan upacara Aswamedha & Rajasuya yang membuat Duryodana iri.
Sabhaparwa : Pandawa dan Kurawa bertyemu di balai Jayanta
untuk bermain dadu. Pandawa mengalami kekalahan dan berjanji untuk mengasingkan
diri ke hutan
Wanaparwa : berisi kisah pengasingan Pandawa selama 12
tahun di hutan
Wirataparwa : kisah Pandawa yang melewati masa 1 tahun
penyamaran diri di kerajaan Wirata. Selain itu diceritakan pula pernikahan
antara Abimanyu dan Uttari.
Udyogaparwa : masing-masing pihak mulai mempersiapkan
perang dengan mencari kerajaan sekutu sebanyak-banyaknya. Kunti mengunjungi
Karna sehingga Karna berjanji tidak akan membunuh Pandawa kecuali Arjuna.
Krisna menawarkan pilihan kepada Arjuna dan Duryodana, ingin memilih dirinya
atau pasukan Narayana.
Bhismaparwa : menceritakan tahap awal pertempuran di
Kurusetra, terselip percakapan suci antara Kresna dan Arjuna yang pada saat ini
dikenal sebagai kitab Bhagawad Gita. Pada hari ke sepuluh Bhisma gugur karena
usaha Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.
Dronaparwa : Drona diangkat sebagai panglima perang
Kurawa. Diceritakan Drona gugur di medan perang akibat dipenggal oleh
Drestadyumna saat ia beryoga. Parwa ini juga menceritakan gugurnya Abimanyu dan
Gatot Kaca
Karnaparwa : Karna diangkat sebagai panglima perang
Kurawa. Diceritakan pula kisah gugurnya Dursasana akibat usaha Bima. Salya
menjadi kusir kereta Karna. Karna pun gugur saat berusaha mengangkat roda
keretanya yang terbenam lumpur.
Salyaparwa : Salya diangkat sebagai panglima perang
Kurawa. Salya dan Sangkuni pun gugur di medan perang. Kemudian dilanjutkan
dengan gadayudha oleh Bima dan Duryodana. Kurawa pun hanya menyisakan Aswatama
dan Krtawarman.
Sauptikaparwa : Aswatama menyusup ke perkemahan Pandawa
dan membunuh panca Kumara, Drestayumna, dan Srikandi. Ia melarikan diri ke
pertapaan bhagawan Byasa yang disusul oleh para Pandawa. Kresna mengutuk
Aswatama karena telah menggunakan senjata terlarang untuk membunuh keturunan
Pandawa.
Striparwa : menceritakan isak tangis para wanita yang
ditinggal keluarga mereka yang gugur di medan perang. Yudistira mengadakan
upcara pembakaran mayat dan persembahan air suci pada leluhur. Kunti
menceritakan kisah kelahiran Karna. Gandari mengutuk kerajaan Kresna 36 tahun
lagi akan hancur akibat perang saudara.
Santiparwa : Rsi Byasa dan Rsi Narada memberi Yudistira
wejangan suci karena pergulatan batinnya setelah membunuh saudara-saudaranya.
Anusasanaparwa : Yudistira menyerahkan diri pada Bhisma
untuk menerima ajarannya. Atas izin dari Kresna, Bisma pun meninggal dengan
tenang.
Aswamedhikapara : Yudistira melaksanakan upacara
Aswamedha. Kisah kelahiran Parikesit yang dihidupkan kembali oleh Krisna.
Asramawasikaparwa : Drestarasta, Gandari, Kunti, Sanjaya,
dan Widura pergi ke hutan dan menyerahkan tahta ke Yudistira.
Mosalaparwa : bangsa Whrisni musnah, Krisna meninggalkan
kerajaan dan pergi ke hutan. Atas saran sri Byasa, Pandawa dan Drupadi pun ikut
mengasingkan diri.
Mahaprastanikaparwa : kisah perjalanan Pandawa dan
istrinya ke puncak gunung himalaya. Satu persatu Pandawa tewas kecuali
Yudistira. Adapun tahta kerajaan diserahkan pada Parikesit.
Swargarohanaparwa : dalam perjalanan ke puncak Yudistira
ditemani seekor anjing. Dewa Indra hendak menjemputnya ke surga, namun
Yudistira menolah apabila anjingnya tidak ikut serta. Si anjing pun menampakkan
wujudnya yang sebenarnya yaitu Dewa Dharma.
Isi
Adapun
untuk mengenal kisah Mahabrata lebih dekat, berikut kami hadirkan sinopsis
kisah Mahabrata yang ditayangkan oleh StarPlusTV, bagian episode 1 :
Pada suatu
hari, bertempat di tengah sungai Gangga yang luas, tersebutlah seorang raja
bernama Santhanu yang sedang memadu kasih di atas kapal kecil bersama seorang anak
nelayan bernama Satyawati.
Ditengah-tengah
percakapan mereka, tiba-tiba kapal mereka terguncang karena adanya seekor ikan
raksasa yang menabrak kapal mereka. Melihat ikan itu, naluri nelayan Satyawati
pun muncul. Ia sangat berambisi untuk bisa menangkap ikan itu. Ia pun
melemparkan tali berujung runcing ke arah ikan, dan berhasil menancap tubuh
ikan itu. Namun ternyata ikan tersebut belum mati, melainkan terus berenang
berusaha meloloskan diri. Sementara itu, Satyawati terus berusaha menarik tali
tersebut. Bahkan walaupun tangannya berdarah, dan kapalnya hampir menghantam
batu karang, ia terus berjuang dengan penuh ambisi untuk menangkap ikan itu.
Pada
akhirnya Satyawati berhasil menangkap ikan raksasa tersebut. Ia dan raja
Santhanu pun menepi dari sungai Gangga. Sambil bercakap-cakap, raja Santhanu
mengobati luka yang ada di tangan Satyawati. Terlihat sekali bahwa raja
Santhanu begitu mencintai Satyawati.
Tiba-tiba,
raja Santhanu mendengar kabar bahwa salah satu desa pimpinannya telah mengalami
serangan. Ia pun segera berangkat menuju desa tersebut sambil membawa seluruh
pasukannya. Namun sesampainya di desa tersebut, ia begitu kaget melihat bahwa
serangan tersebut telah dihentikan oleh seorang ksatria muda. Kepada raja
Santhanu, ksatria tersebut mengakui dirinya bernama Bhisma.
Raja
Santhanu pun mempertanyakan asal-usul serta kehebatan Bhisma. Setelah terlibat
percakapan yang cukup panjang, tiba-tiba muncul seorang dewi dari sungai
Gangga. Ialah Dewi Gangga, istri raja Santhanu. Ia menjelaskan bahwa Bhisma adalah
putra dari mereka berdua, yang sengaja ia bawa pergi agar kelak dapat
digembleng menjadi seorang ksatria yang hebat. Mendengar hal tersebut, hati
raja Santhanu sangat bahagia. Ia berjanji pada istrinya bahwa ia akan
menjadikan Bhisma sebagai raja dari Hastina Pura.
Dengan
membawa kabar tersebut, ia menemui Satyawati dan menceritakan segala kejadian.
Namun bukannya ikut merasa senang, Satyawati justru terlihat tidak bahagia dan
kesal. Hal tersebut dikarenakan apabila Bhisma atau keturunan Bhisma yang dijadikan
raja Hastinapura, otomatis pernikahannya dengan raja Santhanu tidak akan ada
artinya. Keturunan Satyawati tetap saja tidak dapat menjadi penguasa kerajaan.
Satyawati pun memberi 2 pilihan kepada Santhanu. Yang pertama yaitu agar raja
menikahi dirinya dan membuat keturunannya menjadi raja, dan yang kedua yaitu
raja bebas mengangkat Bhisma sebagai raja namun harus meninggalkan dirinya.
Mendengar hal itu raja Santhanu sangat sedih. Ia pun memilih pilihan kedua.
Rupanya
setelah sampai di kerajaan, raja Santhanu selalu menghabiskan hari-harinya
dengan sedih dan murung memikirkan Satyawati. Bhisma yang tidak tega melihat
keadaan ayahnya, kemudian menemui raja Santhanu dan menanyakan alasan
keadaannya selama ini. Bhisma bahkan menyalahkan dirinya sendiri atas hal yang
menimpa ayahnya. Mendengar penuturan putranya, raja Santhanu mengelak. Ia
mengatakan tidak ada hal apapun yang sedang menimpa dirinya. Namun Bhisma tidak
percaya begitu saja dan memilih untuk menyelidiki penyebab kesedihan ayahnya.
Akhirnya,
Bhisma pun mengetahui bahwa penyebab kesedihan ayahnya adalah Satyawati. Ia pun
bergegas menemui Satyawati dan menanyakan alasan mengapa ia tidak mau menikahi
ayahnya. Satyawati akhirnya mengakui bahwa ia tidak mau menikah karena
kehadiran Bhisma di kerajaan, sehingga keturunannya tidak akan berkesempatan
menjadi raja.
Akibat
rasa cintanya terhadap ayahnya, serta kebaikan serta ketegasan yang Bhisma
miliki. Ia tidak tega apabila ayahnya terus menerus bersedih. Ia pun bersumpah
di hadapan sungai Gangga, dengan menyayat tangannya sendiri, bahwa ia tidak
akan pernah menikah. Ia tidak akan pernah menjadi raja dan membiarkan keturunan
Satyawati yang menjadi raja. Selain itu, perannya di kerajaan juga hanya
sebagai pelindung dan penjaga kerajaan Hastinapura.
Setelah
sumpah itu diikrarkan, guntur pun menyambar-nyambar di atas langit. Melihat
pertanda itu raja Santhanu bergegas menemui anaknya di tepi sungai Gangga. Ia
mencoba menghentikan sumpah anaknya, namun ia tidak berdaya. Bhisma bersikeras
akan sumpahnya dan meminta anugrah pada ayahnya, bahwa ia akan berumur panjang
dan akan tetap hidup sampai kerajaan Hastinapura menjadi makmur dan sejahtera
dibawah pemerintahan raja yang berpegang teguh pada kebenaran. Melihat
keteguhan anaknya, raja Santhanu pun tidak dapat mencegah anaknya dan akhirnya
memberikan anugrah berumur panjang terhadap Bhisma.
Tokoh-tokoh yang muncul pada episode 1 ini : Raja
Santhanu, Satyawati, Bhisma, dan Dewi Gangga.
Penutup
Demikianlah sinopsis Mahabrata episode 1 beserta silsilah
keturunan keluarga Kuru. Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa kisah Mahabrata sarat akan nilai – nilai luhur yang dapat kita
jadikan pedoman dalam kehidupan sehari – hari. Berikut adalah beberapa nilai
luhur tersebut. Namun karena agak sulit rasanya jika kita hanya memetik nilai –
nilai luhur dari episode 1, maka berikut dihadirkan nilai – nilai luhur dari
keseluruhan cerita :
-
Nilai
Yadnya
Yadnya berarti korban suci dan keikhlasan. Yadnya tidak
selalu diartikan sebagai upacara persembahan, namun dapat juga berarti yadnya
bertapa/yoga, pemberian benda/hadiah, mempelajari ilmu dan kitab suci, menepati
sumpah, usaha membahagiakan orang tua dan segala kegiatan lain asalkan
dilakukan dengan keikhlasan dan berhubungan dengan pengorbanan.
Pertama, yadnya dalam artian upacara. Dalam kisah
Mahabrata kita dapat menyaksikan begitu banyak upacara. Contohnya yaitu upacara
pengangkatan putra mahkota, upacara pengangkatan raja, swayemwara putri raja,
upacara pernikahan, Surya Yadnya, Aswameda Yadnya, upacara di kuil, upacara
meminta anak, upacara memberi makan orang suci, dan lain-lain. Kita dapat
melihat bahwa upacara tersebut diselenggarakan secara serius dan tulus ikhlas
oleh para tokohnya.
Kedua, yadnya dalam artian pemberian benda. Hal ini dapat
dilihat setiap ada anggota keluarga yang baru datang ke kerajaan, para penghuni
kerajaan pasti menyambut anggota baru tersebut dengan baik dan memberinya
bermacam-macam hadiah sebagai tanda penghormatan secara tulus ikhlas. Misalnya
Kunti yang memberi hadiah terhadap kedatangan Madri, Drupadi yang memberikan
Abimanyu hadiah gelang bertahtahkan 5 batu mulia, dan lain-lain.
Ketiga, yadnya dalam artian tapa/yoga. Dapat kita lihat
saat Panca Pandawa mengasingkan diri selama 12 tahun di hutan, Kresna
menyarankan agar mereka menyebar untuk melakukan pertapaan. Arjuna bertapa
kepada Dewa Siwa, Bima bertapa pada Hanuman, bahkan Yudistira, Drupadi, Nakula,
dan Sahadewa pun juga melaksanakan pertapaan mereka masing-masing.
Keempat, yadnya dalam artian mempelajari kitab dan
pengetahuan suci. Hal ini dapat dilihat saat Kurawa dan Pandawa kecil yang
menuntut ilmu pada guru Drona. Serta kisah kemandirian Ekalawya.
Kelima, yadnya dalam artian menepati sumpah. Dalam Mahabrata,
terdapat banyak sumpah dan janji yang terbukti menjadi kenyataan. Misalnya
sumpah Bima untuk membunuh 100 Kurawa dan merobek-robek dada Dursasana akhirnya
terwujud dalam perang Bharata Yudha.
Keenam, yadnya dalam artian membahagiakan orang tua. Hal
ini dapat diteladani dari sikap para
Pandawa yang selalu menuruti nasihat ibu mereka. Bahkan walau mereka
diperintahkan untuk menikahi 1 istri yang sama.
-Nilai Kesetiaan
Dalam kisah
Mahabrata terlihat sekali bahwa tokoh-tokohnya menjunjung tinggi nilai
kesetiaan. Pertama yaitu Satya Mitra (setia pada teman). Misalnya raja Karna
yang begitu setia pada kawannya Duryodana sampai-sampai rela berkorban nyawa.
Kedua yaitu Satya Laksana (setia pada perbuatan), tercermin dari sikap
bertanggung jawab atas segala perbuatan (tidak lari dari kenyataan). Ketiga
Satya Wacana (Setia terhadap perkataan), misalnya Raja Karna yang setia pada
perkataannya bahwa akan mengabdikan hidupnya pada Duryodana. Keempat Satya
Hrdaya (setia terhadap kata hati) misalnya para Pandawa yang tetap teguh
pendiriannya untuk berperang dengan Kurawa. Kelima yaitu Satya Semaya (teguh
terhadap janji).
-
Nilai
Pendidikan
Dapat kita lihatnya dari tekunnya para Kurawa dan Pandawa
dalam menuntut ilmu kepada guru Drona. Mereka tekun mengembangkan keahlian
mereka masing-masing. Ada yang ahli bermain gada, bergulat, memanah dan lain
sebagainya. Pendidikan tersebut dimulai sedini mungkin. Selain itu, dalam
belajar kita juga harus mandiri, jangan baru digetok baru jalan. Misalnya
Ekalawya yang belajar mandiri tanpa bimbingan guru. Dalam belajar juga tidak
mengenal tua, misalnya Duryodana yang terus belajar gada dari Balaram walaupun
telah beranjak dewasa.
-
Nilai
Dharma
Disini diperlihatkan perang Bharata Yudha, yang sejatinya
merupakan perang Dharma melawan Adharma. Pada akhirnya, Dharmalah yang akan
menang. Segala pengorbanan, etikad baik, dan yadnya yang dilakukan para Pandawa
pun tidak sia-sia.
Demikianlah segelintir nilai-nilai luhur dari kisah
Mahabrata yang dapat kami temui.
Daftar Pustaka
Suratmini, Wayan. 2014. Buku Penunjang Materi Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas XI.
Denpasar: Penerbit Tri Agung.
Mudana, Nengah. 2014. Pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Balitbang Kemendikbud.
User,
Mahabrata. 2014. Nilai-nilai yang
terkandung didalam cerita santi parwa dan aswamedha parwa.Diakses dari https://m.facebook.com/permalink.php?id=752089111489549&story_fbid=757830280915432 pada tanggal 16
September 2014.
Sryam, Budi. 2010. Kajian
Nilai dan Makna Filosofis Kisah Mahabrata. Diakses dari http://cakepane.blogspot.nl/2010/05/Kajian-Nilai-dan-Makna-Filosofis-Kisah.html?m=1 pada tanggal 16 September 2014.