Galakkan penerapan safety
riding. Begitulah kalimat yang acapkali tercetak tebal pada deretan
baliho-baliho di pinggir jalan. Saat ini safety
riding memang sedang gencar-gencarnya disosialisasikan oleh pihak
kepolisian. Namun, apakah semua orang telah benar-benar mengerti apa hakikat
dari safety riding ini? Terutama para
pelajar yang notabene merupakan “warga baru” dalam kegiatan berlalu lintas?
“Menurutku
safety riding adalah wujud perilaku
pengendara yang selalu mengutamakan keselamatan serta taat akan peraturan.
Penerapannya semisal melengkapi diri dengan alat berkendara dan menghormati
rambu lalu lintas,” tutur I Wayan Reka Adi Saputra, salah satu siswa SMAN 1
Denpasar.
Siswa
Smansa lainnya, Erwin Setia Wibawa ikut turun berpendapat. Erwin mengaku tidak
sepenuhnya menjalankan aturan safety
riding meskipun telah paham betul akan pengertian safety riding itu sendiri. “Terkadang kalau kepepet aku terpaksa melakukan pelanggaran. Misalnya ngebut dan
menerobos lampu kuning saat akan berangkat sekolah, serta memotong jalur dan
melawan arus saat jalan sepi,” ungkap Erwin.
Tergerak
oleh rasa ingin tau, tim Jurnalis SMAN 1 Denpasar pun melakukan sejumlah
penelusuran. Ditemui di Kantor Polda Bali pada Jumat (06/02) lalu, Ni Nyoman
Ayuniati, S.H M.H, selaku staff kepolisian Polda Bali mengungkapkan pendapatnya
mengenai perilaku pengendara masa kini. “Dewasa ini semua pengendara cenderung
bertingkah melanggar aturan lalu lintas. Perilaku ini biasanya dipicu oleh
ketidaktahuan pengendara akan bahayanya pengabaian safety riding, maupun karena pengendara dalam keadaan buru-buru
sehingga terpaksa melanggar aturan lalu lintas, ” tutur Ayuniati.
Ditanya
mengenai pelanggaran yang paling sering terjadi, Ayuniati menempatkan pelanggaran
rambu dalam posisi teratas. “Para pengendara acapkali melanggar rambu lalu
lintas, misalnya traffic light sampai
rambu dilarang parkir. Yang kedua, pengendara cenderung tidak mau repot
menghidupkan lampu motor di siang hari. Yang ketiga dan yang paling berbahaya,
pengendara kerap bermain handphone
saat berkendara,” jelasnya.
Lantas,
apakah para pengendara motor ini menyadari sepenuhnya bahaya yang mengancam
keselamatan mereka? Erwin Setia Wibawa, mengaku mulai sadar akan pentingnya safety riding semenjak melihat
kecelakaan beberapa bulan lalu. “Pengendara terluka parah akibat berkendara
terlalu kencang serta tidak memakai helm. Semenjak itu jadi agak trauma dan
mulai berhati-hati di jalan,” tutur cowok kelahiran 24 Oktober 1998 ini.
Senada dengan Erwin, Reka mengaku selalu berusaha
melengkapi dirinya dengan kelengkapan safety
riding saat berkendara. “Aku selalu mengenakan jaket, helm, dan sarung
tangan jika berpergian. Aku juga selalu menghidupkan lampu motor, serta menyalakan
rating saat ingin belok,” ujar Reka.
Di lain sisi, Ayuniati sebagai aparat penegak hukum
berharap kedepannya para pengendara motor dapat lebih menyadari pentingnya penerapan
safety riding. “Kita harus berkendara
secara aman, dengan juga memperhatikan keselamatan orang lain. safety riding bukan sekadar slogan
pemanis di papan-papan peringatan pinggir jalan, melainkan safety riding adalah hal penting yang harus kita kita sadari,
cermati, dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas Ayuniati sembari
menutup wawancara. (nit)
Narasumber :
I Wayan Reka Adi Saputra
Erwin Setia Wibawa
Ni Nyoman Ayuniati, S.H M.H
Artikel ini diikutkan dalam perlombaan mading DBL 2015 bersama Smansa Journalist Club
Tidak ada komentar:
Posting Komentar