Siapa bilang kalau masa muda
seharusnya hanya dinikmati dengan bersenang-senang? Arya Wedakarna, salah satu
alumnus SMAN 1 Denpasar ini berhasil membuktikan bahwa meraih kesuksesan tidak
perlu menunggu datangnya masa tua. Terbukti dari pribadinya yang berhasil
mengumpulkan ratusan prestasi, sejak usianya masih terbilang belia.
Ditemui di Sukarno Center beberapa waktu lalu, Arya sedikit
berbagi mengenai kisah suksesnya selama menempuh pendidikan di Smansa sampai
dengan menjadi pribadinya yang sekarang. Laki-laki kelahiran Denpasar, 23 Agustus 1980 ini kini
berprofesi sebagai salah satu anggota DPD RI, anggota MPR RI, Rektor
Universitas Mahendratta, Presiden of Sukarno Center, serta ketua partai PNI
Marhaenisme Bali. “Karakter saya telah terbentuk semenjak memasuki SMA, saya
selalu berambisi menjadi sosok yang lain daripada yang lain. Saya mencoba
mewujudkan ambisi tersebut dengan terus aktif mengikuti berbagai kegiatan
organisasi,” kenangnya.
Alumnus Smansa tamatan 1998 ini mengaku keberhasilannya
yang sekarang tidak bisa terlepas dari peran Smansa. “Lewat dukungan guru-guru
serta teman-teman di Smansa, saya dapat terus mengembangkan potensi yang ada
dalam diri saya. Adapun sewaktu SMA saya mengikuti ekstrakurikuler Pramuka dan
GKSS. Saya juga berhasil meraih beberapa prestasi dalam bidang MC, penyiaran
radio, peragaan busana, serta menjadi cover
boy majalah. Selama tiga tahun bersekolah di Smansa, kurang lebih terdapat
100 piala yang sudah saya kumpulkan,” tutur Arya.
Adapun setelah lulus SMA, Arya melanjutkan studinya ke
Universitas Trisakti Jakarta, jurusan manajemen transportasi udara.
Selanjutnya, ia melanjutkan jenjang strata dua pada usia 22 tahun dan jenjang
strata tiga pada usia 24 tahun pada jurusan ilmu pemerintahan. Melalui masa
pendidikannya yang singkat itulah, Arya kini dikenal sebagai tokoh fenomenal di
seluruh Indonesia, melalui gelarnya sebagai doktor, rektor, serta senator
termuda di Indonesia.
Ditanya mengenai perbedaan Smansa dahulu dengan yang
sekarang, Arya mengaku merindukan pemandangan Smansa yang dahulu. “Sekarang
bangunan Smansa sudah megah serta modern. Jujur saya merindukan Smansa yang
dahulu saat masih berlantai satu. Lebih humble
dan terkesan metaksu. Tapi kalau dari
segi siswa-siswanya sih tidak ada perubahan, Smansa tetap jadi sekolah paling
berprestasi dan paling keren di Bali,” ungkapnya bangga.
Kedepannya, Arya memiliki saran-saran
tersendiri bagi siswa Smansa ke depan. “Ingat selalu pesan Bung Karno, kalau
kamu ingin menjadi orang hebat, maka masuklah ke lembaga yang hebat serta
bergaulah dengan orang-orang yang hebat. Adapun ciri lembaga hebat ini telah
saya temukan dalam SMAN 1 Denpasar. Semoga kedepannya semakin banyak
orang-orang sukses yang lahir dari didikan Smansa,” ujarnya sembari menutup
wawancara (nit/red.SJC)
Artikel ini dimuat dalam majalah Media Karmany edisi 2015 oleh Smansa Journalist Club
Tidak ada komentar:
Posting Komentar