OBESITAS
AKIBAT KELEBIHAN GIZI, DIET CERDAS JADI SOLUSI
Berat badan berlebih atau obesitas dewasa ini menjelma
menjadi momok yang amat menakutkan bagi para remaja, utamanya remaja putri. Hal
ini notabene disebabkan oleh orientasi remaja yang cenderung mengedepankan
kualitas penampilan mereka dalam berbagai bidang. Demi mendapatkan proporsi
tubuh yang ideal, para remaja terkadang rela melakukan apa saja, meski harus
mengabaikan aspek kesehatan diri mereka sendiri. Berbagai macam diet mereka
lakukan, demi menurunkan berat badan menuju angka yang ideal. Lantas apa
sebenarnya hakikat dan solusi dari obesitas tersebut?
Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas
kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam
tubuh (Hasdianah, 2014: 63). Pada prinsipnya, obesitas terjadi akibat
ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang masuk melalui makanan dengan jumlah
kalori yang dibakar lewat aktivitas. Adapun kalori merupakan unit dasar energi
yang terkandung dalam zat makanan tertentu. Zat makanan tersebut berasal dari
golongan makronutrien yang terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein (Dawn
Marks, 2000: 251).
Apabila kita
mengkonsumsi kalori dengan jumlah yang kurang daripada kebutuhan kalori harian,
maka tubuh secara otomatis akan menggunakan kalori simpanan tubuh untuk menutupi
kekurangan yang diperlukan. Efeknya, berat badan kita akan berkurang. Hal
tersebut berlaku sebaliknya. Apabila kita mengkonsumsi kalori dengan jumlah
melebihi kebutuhan kalori harian, maka kelebihan kalori ini akan disimpan di
dalam tubuh, utamanya pada jaringan adiposa. Efeknya, berat badan kita akan
meningkat.
Obesitas sendiri dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,
antara lain:
1.
Obesitas ringan: BB
mencapai 120% - 140% dari BB ideal
2.
Obesitas sedang: BB
mencapai 140% - 200% dari BB ideal
3.
Obesitas berat: BB
mencapai lebih dari 200% dari BB ideal
Seseorang dikatakan menderita obesitas apabila telah
terjadi akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuhnya. Kelebihan lemak
tersebut sebesar 30% di atas normal pada wanita dan sebesar 25% di atas normal
pada pria. Adapun selain menganggu penampilan, obesitas juga semakin berbahaya
akibat keberadaannya yang dapat memicu penyakit lain semisal diabetes, hipertensi,
dan dislipedemia (Hasdianah, 2014: 75).
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah
penduduk terbesar di dunia kini sedang didera oleh ancaman obesitas. Menurut
survei Jurnal Medis Lancet mengenai daftar negara dengan tingkat obesitas
tertinggi di dunia tahun 2014, Indonesia tercatat menduduki peringkat nomor 10.
Sementara itu berdasarkan data WHO tahun 2008, prevalensi obesitas usia dewasa
di Indonesia mencapat 9,4% dengan rincian 2,5% penderita pria dan 6,9%
penderita wanita.
Penyebab
Obesitas
Di era globalisasi ini, pola hidup masyarakat Indonesia
cenderung mengikuti gaya kebarat-baratan. Tanpa mereka sadari, pola hidup
seperti inilah yang menjadi pemicu utama terjadinya obesitas. Kebiasaan makan
makanan cepat saji, gorengan, serta makanan yang mengandung lemak tinggi
merupakan suatu faktor yang dapat memicu terjadinya obesitas. Selain itu, sedentary lifestyle (gaya hidup tanpa
banyak bergerak) kerap menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Padahal, aktivitas
yang cukup sangat diperlukan untuk pembakaran kalori berlebih dalam tubuh.
Selain
faktor gaya hidup, tidak dapat dipungkiri bahwa faktor genetis merupakan salah
satu pemicu obesitas yang perlu dipertimbangkan. Jika terdapat anggota keluarga
yang memiliki riwayat terkena obesitas, maka keturunan dari keluarga tersebut
memiliki resiko 25%-30% lebih tinggi untuk menderita obesitas pula.
Pencegahan
Obesitas
Tidak ada yang dapat bertanggung jawab terhadap kondisi tubuh kita selain
diri kita sendiri. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mencegah
penimbunan berat badan berlebih terhadap tubuh kita. Adapun Dr. Aman selaku
ketua bidang ilmiah IDIAI sekaligus ahli masalah obesitas telah mengungkapkan
“Rumus 5210” sebagai teknik awal pencegahan obesitas. Penerapan rumus tersebut
yang pertama adalah lima kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari untuk
mencukupi kebutuhan vitamin, mineral, dan juga serat.
Yang kedua, dua jam duduk (di luar waktu sekolah) sudah
terlalu lama. Ada baiknya kita mengurangi waktu menonton televisi, bermain
game, atau aktivitas duduk lainnya karena akan menganggu metabolisme dan
memperlambat pembakaran kalori.
Yang ketiga, satu jam aktivitas fisik setiap hari. Adapun
aktivitas yang dipilih dapat berupa jalan santai, bersepeda, dan sebagainya.
Dan yang terakhir yaitu nol gram gula. Artinya kita diharapkan seminimal
mungkin mengkonsumsi makanan yang mengandung gula. Ada baiknya kita mengganti
minuman dan minuman manis tersebut dengan memperbanyak konsumsi air putih.
Peran Generasi
Muda
Sebagai generasi yang peduli akan taraf kesehatan Indonesia, sudah
seharusnya kita sebagai pemuda Indonesia mulai memperhatikan permasalahan
obesitas di Indonesia. Adapun untuk menekan angka obesitas yang semakin
meningkat, kita dapat melakukan berbagai cara yang terbagi atas strategi
preventif dan strategi represif.
Jika diamati, jalan yang pertama dan terutama adalah
melalui jalur pendidikan. Jalur pendidikan merupakan strategi preventif yang
paling efektif. Melalui penanaman pendidikan karakter serta perilaku hidup
sehat sejak dini, para pemuda diharapkan terbiasa menerapkan gaya hidup sehat.
Seperti halnya melalui pembelajaran biologi, agama, serta budi pekerti, para
siswa diberi penyuluhan mengenai bahaya penyakit obesitas. Bagaimana obesitas
dapat menganggu penampilan seseorang, sampai dengan bagaimana obesitas dapat
memicu penyakit komplikasi lainnya.
Strategi selanjutnya yaitu melalui tindakan represif yang
dilakukan apabila obesitas telah terlanjur terjadi. Tindakan represif dilakukan
dalam wujud diet sehat, yaitu berupa pengaturan pola makan dengan makanan
bergizi seimbang serta rendah kalori. Sebagai generasi muda, kita dapat membantu
para penderita obesitas menyusun pola makan yang sehat sehingga secara perlahan
dapat menurunkan berat badan mereka.
Pengobatan
Obesitas : Terjebak Diet yang Salah
Bagi mereka yang telah memiliki postur tubuh ideal, menjaga berat badan
pastinya menjadi pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan. Namun berbeda halnya
dengan mereka yang telah terlanjur menderita obesitas atau kegemukan. Para
remaja, utamanya remaja putri acapkali merasa kurang percaya diri dengan bentuk
tubuh mereka. Para remaja ini kemudian melakukan berbagai macam variasi diet
demi menurunkan berat badan mereka.
Berdasarkan
pengamatan yang saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari, para remaja putri
acapkali mengikuti trend diet yang
berkembang mengikuti zaman. Ironisnya, pola diet tersebut dalam penerapannya
cenderung memaksakan diri serta mengabaikan aspek kesehatan. Salah satu pola
diet yang salah tersebut adalah pola diet yang menerapkan jendela makan.
Artinya, pengikut diet ini hanya boleh makan dalam kurun waktu beberapa jam
dalam sehari, sedangkan sisanya harus melakukan puasa makan (hanya
diperbolehkan minum air putih).
Menurut
Dr. Samuel Oentoro, Sp.GK, selaku seorang ahli gizi mengatakan bahwa
pemberlakuan jendela makan serta puasa selama 16, 20, 22, dan 24 jam bukanlah
solusi yang tepat bagi diet. Hal tersebut dikarenakan dapat terjadi perubahan
hormon yang tidak baik bagi pertumbuhan (id.she.yahoo).
Apabila pola ini terus menerus dijalankan, dapat menimbulkan lambatnya
pertumbuhan serta terjadinya penuaan dini yang lebih cepat pada kulit.
Selain
itu, puasa selama lebih dari 14 jam juga memberikan efek yang buruk bagi tubuh.
Efek tersebut antara lain kekurangan zat gizi yang biasa didapat dari makanan, habisnya
cadangan glikogen dalam hati, aktivasi hormon stres dalam tubuh, peningkatan
pemecahan protein yang berdampak pada berkurangnya massa otot, penumpukan keton
dalam tubuh, serta peningkatan resiko penimbunan lemak dalam hati (meetdoctor.com).
Lebih
parah lagi, terdapat pola diet jendela makan yang melarang pengikutnya untuk
melakukan sarapan pagi. Padahal seperti yang telah kita ketahui, sarapan
merupakan suatu pemenuhan energi serta nutrisi awal untuk memulai aktivitas di
pagi hari. Tidak sarapan akan mengakibatkan tubuh tidak berenergi, penurunan
fungsi otak, serta memicu rasa lapar secara terus-menerus sepanjang hari.
Tidak
hanya dampak secara fisik, pola diet dengan jendela makan juga memberikan
dampak dalam bidang psikis. Remaja sering kali merasa cemas dan gelisah dalam
menunggu waktu makan, serta acapkali makan secara terburu-buru ketika waktu
makan mereka hampir habis. Kondisi ini sangat memprihatinkan, melihat asupan
makan pengikut diet ini cenderung hanya berpatokan pada jam saja tanpa
memperhatikan kualitas serta kuantitas apa yang mereka makan.
Kesalahan
cara diet yang lainnya yaitu diet dengan menggunakan obat pelangsing. Dewasa
ini, berbagai macam produk obat pelangsing beredar secara bebas di pasaran.
Obat pelangsing tersebut tersedia dalam berbagai wujud, baik dalam bentuk pil,
kaplet, sampai susu. Konsumen acapkali menjadi “korban iklan” atas keberadaan
obat pelangsing tersebut tanpa terlebih dahulu memikirkan apa efek samping yang
bisa terjadi dalam jangka panjang.
Penurunan
berat badan yang diakibatkan obat pelangsing cenderung tidak bertahan lama (dietsehatcantik.com). Apabila kita
secara tiba-tiba berhenti mengkonsumsi suatu jenis obat pelangsing tertentu,
berat badan kita pun akan kembali seperti semula. Untuk itu, kita dipaksa untuk
mengkonsumsi obat pelangsing secara terus menerus. Keputusan menggunakan obat
pelangsing selayaknya diimbangi dengan ketersediaan dana yang cukup, karena
hampir semua obat pelangsing dibanderol dengan harga yang tidak murah.
Selain
itu, kandungan obat pelangsing ternyata tidak terlalu efektif dalam membantu
menurunkan berat badan. Sebagian besar pengaruh obat pelangsing hanya sekadar
mengurangi nafsu makan, namun tidak menurunkan asupan kalori (tribunnews.com).
Solusi Obesitas
: Seperti Apa Diet yang Cerdas Itu?
Tidak ada hasil maksimal yang bisa kita dapatkan melalui cara yang instan.
Untuk mendapatkan berat badan yang ideal, maka diet yang sehat dan cerdas perlu
dilakukan. Diet tersebut berupa pengaturan pola makan yang rendah kalori, namun
mengandung serat serta nilai gizi yang tinggi. Pola makan tersebut hendaknya dibarengi
pula dengan aktivitas fisik serta olahraga yang teratur.
Mengapa
makanan tinggi serat begitu dianjurkan? Karena serat merupakan suatu zat gizi
yang pencernaannya membutuhkan waktu lebih lama dari karbohidrat. Makanan
berserat mampu membuat Anda merasa kenyang lebih lama. Selain itu, makanan
berserat tinggi seperti buah dan sayur juga memiliki kandungan kalori yang
relatif lebih rendah daripada makanan jenis lainnya.
Tidak
hanya mengenyangkan lebih lama, serat juga memiliki fungsi untuk memperlancar defekasi.
Serat bermanfaat untuk merangsang gerak peristaltik usus agar normal kembali.
Adapun jenis makanan berserat yang dianjurkan antara lain beras tumbuk, beras
ketan hitam, kacang-kacangan, sayuran, serta buah yang dimakan dengan kulitnya
(Hasdianah, 2014: 96).
Selanjutnya
ada yang dimaksud dengan diet rendah kalori. Diet dalam artian ini tidak hanya
sebatas mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori rendah, melainkan juga
mengusahakan agar kalori yang masuk setiap hari dikurangi sebanyak 500-1000 kalori
dibawah kebutuhan normal (Hasdianah, 2014: 96).
Menurut
Dr. Kathleen Zelman, selaku seorang ahli gizi menganjurkan bahwa dalam diet,
pengurangan kalori yang dilakukan maksimal sebanyak 500 kalori dibawah
kebutuhan harian dalam sehari (kompas.com/health).
Hal ini dikarenakan 0,5 kilogram lemak setara dengan 3.500 kalori. Sehingga
dengan cara mengurangi 500 kalori setiap hari, dalam sebulan Anda dapat
menurunkan lemak sebanyak dua kilogram.
Sebagai
contoh, seorang wanita rata-rata membutuhkan 2.200 kalori dalam sehari. Maka
dalam program diet rendah kalori, wanita tersebut dianjurkan hanya mengkonsumsi
sebanyak 1.700 kalori saja perhari. Adapun pengurangan kalori lebih besar dari
angka tersebut tidak dianjurkan karena dikhawatirkan akan mengurangi massa otot
serta menganggu kinerja organ dalam (kompas.com/health).
Untuk
itu, keterampilan dalam mengatur menu makan yang seimbang merupakan hal yang
wajib untuk diketahui. Metode yang dapat menjadi pilihan salah satunya adalah
membagi piring makan menjadi empat bagian. Masing-masing dari bagian tersebut
diisi dengan makanan pokok, sayuran, buah-buahan, serta daging rendah lemak.
Adapun menu tersebut akan semakin sempurna apabila dilengkapi dengan segelas
susu rendah lemak.
Selain
itu, pengaturan menu makan juga dapat ditilik dari kandungan zat gizi makanan.
Dalam sehari, kita dianjurkan untuk mengkonsumsi lima jenis sayuran dan buah,
enam porsi karbohidrat dalam bentuk roti, padi, atau tumbuhan polong, lemak
tidak lebih dari 30% kalori total makanan, protein sekitar 0,8 gram/kilogram
berat badan, garam tidak lebih dari tiga gram perhari, serta kolesterol tidak lebih
dari 300 miligram/hari (Dawn Marks, 2000).
Penutup
Tidak dapat dipungkiri, bahwa obesitas kini telah menjelma menjadi
permasalahan serius bagi masyarakat Indonesia. Hal ini kemudian menjadi
tanggung jawab kita bersama, bagaimana mencegah agar fenomena obesitas ini
tidak semakin meluas. Utamanya kepada para generasi muda yang menjadi masa
depan bangsa, kualitas kesehatan di masa depan seolah-olah menjadi beban
tanggungan yang harus diberi perhatian sejak dini.
Dalam
menanggulangi masalah obesitas, tidak ada peran yang dapat dilakukan secara
lebih baik dibanding dengan menanggulangi diri sendiri terlebih dahulu. Untuk
itu melaksanakan gaya hidup sehat, mengatur pola makan, serta menghindari
cara-cara diet yang salah perlu dilakukan sejak dini, melalui lingkup terkecil
yaitu keluarga.
Apabila program yang kita lakukan mulai dari diri kita
sendiri tersebut telah berhasil terwujud, bukan hal yang mustahil bagi kita
untuk menularkan gaya hidup sehat ini terhadap orang-orang yang berada di
sekitar kita. Pada akhirnya, secara berangsur-angsur taraf kesehatan masyarakat
Indonesia akan semakin meningkat, serta angka penderita obesitas pun lambat
laun semakin menurun. Mari secara bersama-sama kita wujudkan Indonesia yang
sehat serta sejahtera, Indonesia bebas obesitas
Daftar Pustaka
Setyaningsih,
Eko. 2011. Biology Bringing Science to
Your Life. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Marks,
Dawn. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar.
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
EGC.
Vaughans,
Bennita. 2011. Keperawatan Dasar.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Hasdianah.
2014. Pemanfaatan Gizi, Diet, dan
Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Adriani,
Merryana. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus
Kehidupan. Jakarta: Kencana.
Anonim.
2014. Beberapa Kekurangan Obat Pelangsing Tubuh. Diakses dari http://www.dietsehatcantik.com/2015/02/beberapa-kekurangan-obat-pelangsing-tubuh.html?m=1
pada tanggal 21 Februari 2015.
Felicia, Nadia. 2010. Berapa
Kalori yang Dibutuhkan dalam Sehari. Diakses dari http://m.kompas.com/female/read/2010/09/11/10002336/Berapa.Kalori.yang.Dibutuhkan
pada tanggal 21 Februari 2015.
Kartika, Unoviana. 2014. Berapa Batas Aman Kurangi Kalori. Diakses dari http://m.kompas.com/health/read/2014/01/19/1727050/Berapa.Batas.Aman.Kurangi
pada tanggal 21 Februari 2015.
Anonim. 2014. Bagaimana
Cara Kerja 500 Kalori Best Diet Plans. Diakses dari http://www.healthy-diet-shakes.com/best-diet-plans.html
pada tanggal 21 Februari 2015.
Wardhani, Anita. 2012. Pengaruh Buruk Obat Pelangsing Bagi Kesehatan Anda. Diakses dari http://m.tribunnews.com/tribunners/2012/04/17/pengaruh-buruk-obat-pelangsing-bagi-kesehatan-anda
pada tanggal 22 Februari 2015
Anonim, 2014. Kontroversi
Diet OCD. Diakses dari http://meetdoctor.com/article/diet-ocd-aman-atau-tidak#/page/2
pada tanggal 22 Februari 2015
Anonim, 2014. Tingkat
Obesitas Indonesia Nomor 10 Dunia. Diakses dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2014/05/140529_iptek_indonesia_obesitas
pada tanggal 22 Februari 2015
(Essay ini berhasil lolos sebagai 8 besar finalis Creative Writing Competition A.K.A IKM Udayana 2015)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus