Inovasi Cerdas Sang Mantan Bintang Rokok
Dengan menggunakan setelan baju dan celana berwarna serba
hitam, lelaki paruh baya itu melangkah dengan berwibawa ke dalam ruangan.
Dengan megambil latar sebuah lukisan penari kuno, ia berpose di depan kamera. Dengan
bangga ia menunjukkan piagam dan piala penghargaannya dihadapan para jurnalis.
Ya, ia memang
patut diberi penghargaan oleh Komnas Pengendalian Tembakau atas usahanya
melindungi warga kota dari epidemi rokok. Sebagai seorang walikota, ia paham
betul tentang bahaya rokok dan ancaman penyakit yang mengintai warganya. Untuk
itu, berbagai kebijakan emas telah ia keluarkan demi melindungi warganya. Namun,
siapa yang menyangka bahwa ternyata dulu ia justru sempat menjadi bintang iklan
produk rokok?
Ialah Ridwan
Kamil, ST. MUD. Atau yang akrab disapa Kang Emil. Ia adalah seorang arsitek,
dosen teknik arsitektur ITB, aktivis pengendalian tembakau, sekaligus menjadi
walikota Bandung. Pria kelahiran 4 Oktober 1971 ini mulai menjabat sebagai
walikota sejak 16 September 2013 bersama wakilnya yang bernama Oded Muhammad
Danial.
Belum genap satu tahun menjabat sebagai walikota Bandung,
ia telah melakukan berbagai gebrakan kebijakan untuk menata kembali kota
Bandung. Salah satu yang patut diacungi jempol, adalah keberanian Kang Emil
menelurkan kebijakan soal penanggulangan rokok.
Setelah Rabu nyunda, Kamis english, dan Jumat bersepeda,
Kang Emil telah mencanangkan program pengendalian tembakau yang disebut
“kampanye satu hari tanpa rokok”. Adapun pilihan harinya jatuh pada hari
Selasa. Dimana pada hari itu, ia mengimbau seluruh warga Bandung untuk tidak
mengepulkan asap rokok mereka, satu hari dalam seminggu di sudut manapun di
kota Bandung.
Saat ini, kebijakan Selasa Tanpa Rokok memang masih soft atau belum dilengkapi dengan sanksi
yang konkret. Kebijakan tersebut memang masih sekadar untuk mengetes niat dan
keseriusan masyarakat. Namun walau begitu, Kang Emil berpendapat bahwa bahkan
sebelum sanksi dibuat, respons masyarakat Bandung sudah cukup bagus.
Tidak hanya satu hari tanpa rokok, ia juga mengeluarkan kebijakan melarang
pemasangan iklan rokok di jalanan kota Bandung. “Sesuai
aturan, per Desember 2013, seharusnya sudah tidak boleh ada lagi iklan-iklan
rokok. Kalau masih ada pengiklanan rokok tentu akan kita tindak dan cabut.” Ujarnya kepada wartawan Kompas pada 23 April lalu.
Meskipun begitu, ia mengaku masih banyak terdapat
biro iklan nakal yang nekat menjual space
iklan kepada pengusaha rokok. Bahkan, beberapa diantara mereka banyak yang melapor
ke polisi lantaran tidak terima iklannya diobrak-abrik Satpol PP Bandung. “Saya
tidak akan gentar menghadapi laporan-laporan dari biro
iklan yang kesal. Jika perlu, Pemkot Bandung akan melaporkan balik
pengusaha-pengusaha biro iklan reklame yang tidak mematuhi peraturan. Saya disini menyemangati
anggota Satpol PP yang sering dilaporkan ke polisi oleh biro-biro iklan yang
sebenarnya menggertak saja,” ungkapnya kepada wartawan Kompas.
Inovasi kreatif kang Emil tidak hanya berhenti
sampai disitu. Kang Emil juga mencanangkan Car
Free Day yang ia desain untuk mengurangi polusi kota. Untuk itu, ia juga
menginstruksikan jajaran Satpol PP Bandung untuk menegur warga yang ketahuan
merokok di Car Free Day. “Car Free Day diadakan untuk mengurangi polusi kendaraan. Jika masih ada yang
merokok, sama saja membuat polusi. Jadi jangan kesal kalau nanti ada denda atau hal-hal yang sifatnya paksaan karena itu
diperlukan.” Pungkasnya kepada
wartawan Detik, 16 Februari lalu.
Lantas. Melalui media apa ia mensosialisasikan kampanye
pengendalian tembakau tersebut kepada masyarakat? inilah sisi unik dari Kang
Emil. Rupanya ia menggunakan media sosial yang tengah digandrungi anak muda
masa kini, twitter, untuk memuluskan kebijakannya. Melalui akun twitternya
@ridwankamil , Kang Emil berinteraksi dengan warga kota Bandung. “Jangan lupa
besok kita latihan #SelasaTanpaRokok. Mari.” Kicaunya di twitter pada 19 Mei
lalu.
Melihat begitu gigihnya sang walikota Bandung ini
mengkampanyekan pengendalian tembakau, tak akan ada yang menyangka bahwa
dulunya ia adalah seorang bintang iklan rokok. Rumor tersebut mulai beredar
ketika salah satu pengguna twitter, @sheque , menulis "Ridwan Kamil dulu bintang iklan rokok sekarang
nglarang iklan rokok. Jadi inget mbak Inneke Koesherawati dulu main film panas
sekarang berhijab," di akunnya pada tanggal 23 April lalu.
Rumor tersebut ternyata benar
adanya. Jika kita mengetik “Iklan Rokok Ridwan Kamil” pada kolom search situs youtube, akan muncul video iklan rokok yang telah diunggah sejak 23
Desember 2010. Video berdurasi 30 detik itu menampilkan sosok Ridwan Kamil,
dengan backsound berbunyi “Ridwan Kamil, pemenang Award Winning
Architect. Karyanya memberi inspirasi pada ruang, lahir dari
semangat yang tak lekas puas, keras perjuangannya atas idealisme, demi
keselarasan kota dan manusia. Menciptakan
suatu fungsi yang saling mengisi. Tanpa banyak
kata, menginspirasi melalui imajinasi, Talk Less Do More.”
Sejak saat itu, Kang Emil jadi sering disindir dan dibully terkait masa lalunya tersebut. Banyak tweet bernada miring yang ditujukan kepadanya. Sementara itu, Ditemui oleh
wartawan Detik di Griya Jenggala tanggal 20 Mei lalu, Kang Emil justru
menanggapi berita tersebut dengan canda. “Enggak apa-apa. Mendingan jadi mantan
preman daripada jadi mantan ustad.” Guraunya sambil tertawa.
Kang Emil menambahkan, sempat terlibat dengan industri rokok memang
salah satu penyesalan terbesar dalam hidupnya. Apalagi dahulu ia sempat menjadi
perokok walau hanya sebatas sociosmoker (hanya
merokok jika berada di lingkungan para perokok). Namun kini, ia telah menjabat
sebagai seorang kepala daerah yang selayaknya menjadi panutan warga. Oleh
karena itulah ia berhenti merokok dan justru menjadi aktivis penanggulangan
tembakau.
Berkaca dari kisah hidup dan
perjuangan Kang Emil dalam memberantas rokok, maka memang pantas rasanya ia
meraih penghargaan atas inovasinya menciptakan kebijakan penanggulangan tembakau.
Pada tanggal 19 Mei 2014, Komnas Pengendalian Tembakau secara resmi telah
menyerahkan penghargaan kepada Kang Emil. Penghargaan tersebut diserahkan
bertempat di Griya Jenggala, Jalan Jenggala 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Ketua Komnas Pengendalian Tembakau, Dr. Prijo Sidipratomo, mengaku sangat mengapresiasi
kebijakan dari Kang Emil tersebut. menurutnya, tak banyak pemimpin di negeri
ini yang berani menegakkan peraturan perihal rokok. “Beliau berani mengambil keputusan yang tidak populer. Tidak
banyak orang di negeri ini yang berani jadi risk
taker soal rokok.”
Ungkapnya pada wartawan Detik pada 19 Mei lalu.
Untuk itu, sudah seharusnya makin
banyak pemimpin daerah di Indonesia yang mengikuti jejak Kang Emil tersebut.
Jika saja Indonesia serius dalam menanggulangi bahaya rokok, tentu akan
berdampak positif bagi bangsa ini. Selain warganya yang semakin sehat,
terhindar dari berbagai penyakit mematikan akibat rokok, lingkungan juga akan
semakin asri dan bebas dari polusi. Kang Emil dan kita semua berharap, semoga
nantinya masyarakat Bandung maupun Indonesia, dapat berhenti merokok untuk
menciptakan kehidupan yang lebih sehat. Ayo, sama-sama jadi aktivis
pengendalian tembakau!
***
Daftar Pustaka
Anonim,
2014. Ridwan
Kamil Lindungi Masyarakat dari Bahaya Rokok. Diakses dari http://www.publikanews.com/2014/05/ridwan-kamil-inovasi-pemimpin-muda.html pada tanggal 22 Mei 2014.
Aditya,
2014. Rupanya
Kang Emil Dulu Pernah Jadi Bintang Iklan Rokok. Diakses dari http://health.liputan6.com/read/2041969/rupanya-kang-emil-dulu-pernah-jadi-bintang-iklan-rokok pada tanggal 22 Mei 2014.
Anonim,
2014. Masih
Ada yang Merokok di CFD, Ridwan Kamil: Itu Sebagian Wajah Indonesia. Diakses dari http://www.kompak.co/news-update/masih-ada-yang-merokok-di-cfd-ridwan-kamil-itu-sebagian-wajah-indonesia/ pada tanggal 22 Mei 2014.
Anonim,
2014. Ridwan
Kamil: Tak Boleh Ada Lagi Iklan Rokok di Bandung. Diakses dari http://www.kompak.co/news-update/ridwan-kamil-tak-boleh-ada-lagi-iklan-rokok-di-bandung/ pada tanggal 22 Mei 2014
Anonim,
2014. Ridwan
Kamil. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ridwan_Kamil pada tanggal 22 Mei 2014.
(Essay ini diikutkan sebagai peserta dalam perlombaan menulis cerita feature dalam rangka memperingati hari anti rokok tahun 2014)