Hai apa kabar semua?
Wah tidak terasa ya, 7 bulan sudah aku tidak menulis artikel di blog ini! Belakangan, aku sibuk mempersiapkan wisuda dan juga mencari kerja 😊
Pada artikel kali ini, aku akan sharing pengalamanku saat aku terdiagnosa POSITIF COVID-19. Ih serem ya? Hahaha. Buat yang mau tahu, boleh baca artikel ini 😊
~~~
1. Kronologi Positif Covid-19
Sebagai seorang anak yang sangat nomaden, berpergian bolak-balik ke luar kota sudah menjadi sesuatu yang sangat biasa bagiku. Terhitung dari pertama kali kasus Covid-19 masuk ke Indonesia, berbagai jenis transportasi mulai dari mobil, kereta api, kapal laut, sampai pesawat, semua sudah pernah aku naiki. Selama masa pandemi, aku pernah berpergian ke Jakarta, Denpasar, Surabaya, dan daerah-daerah sekitar. Pada bulan Maret 2021 ini, aku harus berangkat ke Bandung untuk bekerja. Dan disinilah awal mula ceritaku terdeteksi positif Covid-19 =))
6 Maret 2021 : Aku pergi ke lokasi test Covid-19 drive thru untuk swab antigen. Aku melakukan swab antigen sebagai syarat administrasi penerbangan dari Bali menuju Bandung. Hasilnya : negatif.
7 Maret – 14 Maret 2021 : Aku melakukan semi karantina mandiri di rumah teman dan kontrakanku. Yaaa memang tidak karantina total sih, karena sesekali aku juga keluar rumah untuk membeli makanan. Tapi overall, aku di luar rumah tidak pernah lebih dari 1 jam.
15 Maret 2021 : Aku masuk kerja di puskesmas untuk pertama kalinya. Pada hari pertama ini aku langsung melakukan swab antigen ulang. Hasilnya : negatif.
17 Maret 2021 : Aku masuk kerja hari ke-3 di puskesmas. Sebagai
persyaratan administratif untuk mengikuti vaksinasi Covid-19, aku harus
melakukan swab RT-PCR pada hari ini.
18 Maret 2021 : Hasil RT-PCR dari laboratorium keluar, dan hasilnya : positif terkonfirmasi.
Pada tanggal 12 Maret 2021, aku ingat sempat merasa sakit pada badanku yang tidak pernah aku rasa di hari-hari sebelumnya, yaitu sakit gigi + sakit perut. Sakit perut yang aku rasa benar-benar membuat melilit, sampai aku tidak bisa tidur karena menahan sakitnya. Rasa sakitnya itu mirip seperti maag, padahal aku tidak telat makan. Keesokan harinya pada tanggal 13 Maret 2021, aku BAB cair namun tidak sampai diare.
Jujur aku tidak yakin apakah sakit perut yang aku derita pada tanggal 12 Maret 2021 itu ada hubungannya dengan Covid-19 atau tidak. Tapi berdasarkan keterangan beberapa temanku, sakit perut mungkin sudah termasuk juga dalam gejala Covid-19.
Oh iya, aku juga tidak merasakan gejala lainnya : demam, pilek, batuk, pegal, kehilangan indra penciuman, kehilangan indra pengecap…. Semuanya terasa normal-normal saja. Bisa disimpulkan, aku termasuk pasien terkonfirmasi OTG (Orang Tanpa Gejala).
Jika terkonfirmasi positif Covid-19, maka wajib hukumnya untuk isolasi selama 10 hari!
Isolasi dapat dilakukan secara mandiri atau dirujuk ke balai isolasi yang disediakan pemerintah setempat. Berhubung aku tenaga kesehatan, aku pun dirujuk ke balai isolasi. Aku ditempatkan di Mess Balai Latihan Kerja Kabupaten Bandung. Jangan khawatir, disini pelayanannya oke banget! Makanannya enak (ada cemilannya 😊) 3x sehari, air minum gratis, serta perawatnya ramah dan baik banget!
Aku juga mendapatkan 2 jenis vitamin untuk diminum setiap hari selama 10 hari ke depan.
4. Kapan dan Kok Bisa Kena Covid-19?
Wah kalau pertanyaan ini, aku juga bingung menjawabnya haha.
Jika dihitung berdasarkan rata-rata lama masa inkubasi Covid-19 (5-6 hari) kemungkinan aku terpapar Covid-19 pada tanggal 11 – 12 Maret 2021. Tanggal ini cocok dengan gejala sakit perut yang aku ceritain di atas. Tapi tanggal ini cukup aneh buatku, karena seperti yang aku ceritakan sebelumnya, pada tanggal 7 Maret – 14 Maret 2021 aku berdiam diri di kamar dan tidak banyak berkontak dengan orang lain.
Namun, jika dihitung berdasarkan lama masa inkubasi Covid-19 secara keseluruhan (14 hari), bisa jadi aku terpapar Covid-19 sejak tanggal 3 Maret 2021 atau setelahnya. Tanggal ini mengindikasikan bisa jadi aku terpapar Covid-19 sejak berada di Bali, dan membawanya sampai ke Bandung =)) Tanggal ini cukup makes sense buat aku, karena aktivitasku di Bali sebelum berangkat ke Bandung cukup padat dan banyak berinteraksi di luar rumah.
5. Apa Hikmah dari Kejadian Ini?
Bagiku, kejadian ini merupakan sebuah teguran buatku untuk lebih meningkatkan lagi kedisiplinanku dalam menjalankan protokol kesehatan. Sebagai seorang tenaga kesehatan, aku sebaiknya lebih berhati-hati dalam beraktivitas, apalagi bekerja di lingkungan puskesmas 😊
Selama ini, aku memang belum maksimal dalam menjalankan protokol kesehatan. Contohnya adalah masih kurang sering mengganti masker, kurang sering mencuci tangan, sering menyentuh bagian mata, mulut, dan hidung tanpa membersihkan tangan, serta tidak pernah membawa hand sanitizer pribadi. Jangan ditiru ya teman-teman!
RT- PCR Positif?
Seperti pedoman yang dikeluarkan oleh otoritas kesehatan, jika kita menguji diri dengan 2 metode (Swab antigen dan RT-PCR) maka kita wajib memercayai metode yang menjadi gold standard atau metode yang memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, meskipun merasa baik-baik saja dan tanpa gejala, aku wajib memercayai hasil RT-PCR bahwa aku positif Covid-19.
~~~
Okay sekian
dulu cerita mengenai pengalamanku. Memperingati satu tahun pandemi Covid-19 di
Indonesia, kalian jangan pernah mengendurkan semangat untuk terus menjalankan
protokol kesehatan ya! Sehat-sehat selalu teman-teman dimanapun kalian berada 😊
Buat yang mau sharing denganku, silahkan menghubungiku via kontak yang tertera di kanan layar atau DM instagram @nitasintari.
Terimakasih,
have a nice day!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar