SOSIO DRAMA SEJARAH
Sejarah Proklamasi
Indonesia
Tepat
pada tanggal 7 Mei 1945, Jepang mengalami saat yang kurang beruntung dimana
mereka mengalami kekalahan pada pertempuran Laut Karang. Salah satu pasukan
Jepang lalu melapor pada atasannya.
Pasukan jepang 1 :
“Selamat Siang Jendral, kami datang membawa sebuah berita buruk!”
Koiso kuniaki : “Ada berita buruk apa sampai
kalian terburu - buru?”
Pasukan jepang2 : “Kami ingin memberi tahu bahwa pasukan jepang mengalami
kekalahan.”
Koiso kuniaki : ”Kalian Bercanda? Bukankah
pasukan kita lebih banyak?”
Pasukan jepang 1 : “Mungkin saja pasukan mereka mereka memiliki strategi yang
lebih tangguh. Hmm... Itu saja informasi dari kami, permisi jendral!”
Koiso kuniaki : “apa yang
harus saya lakukan sekarang?? Ahh aku punya ide!”
Maka pada tanggal 7 September 1945 Koiso Kuniaki datang ke
rumah Ir. Soekarno, dan mendapati Moh. Hatta juga ada di sana.
Ir soekarno : “ahh tuan Koiso, mengapa jauh
– jauh datang kemari?”
Koiso kuniaki : “saya ingin membicarakan
sesuatu dengan anda.”
Ir soekarno : “baik, ada apa?”
Koiso kuniaki : “Saya dari pihak Jepang, berjanji akan memberikan
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, namun dengan satu syarat!”
Drs.moh.hatta : “syarat apa?”
Koiso kuniaki : “Syaratnya, kalian harus mau bekerja sama dengan
kami untuk melawan sekutu. Apakah kalian bersedia?”
Ir soekarno :
“Baik kami setuju. Saya akan mengabarkan kepada para pemuda.”
Koiso kuniaki : “Bagus. Sekarang bangsa Indonesia boleh mengibarkan
Bendera Merah Putih tapi harus bersebelahan dengan bendera Jepang!”
Pada tanggal 1 Maret 1945, Jendral Kumakichi Harada
mengumumkan akan dibentuknya BPUPKI.
Kumakichi harada : “Sesuai janji Jepang, kami akan
membentuk BPUPKI.”
Muh yamin : “Apa saja tugas BPUPKI
itu?”
Kumakichi harada : “Tentu saja menyelidiki persiapan apa saja untuk
kemerdekaan Indonesia nanti.”
Radjiman : “Kapan lembaga ini
diresmikan.”
Kumakichi harada : “saya akan fikirkan ini segera. Nanti
akan saya kabari lagi.”
Pada tanggal 29 April
1945, Kumakichi Harada lalu mengadakan rapat dengan tokoh – tokoh Indonesia
untuk melanjutkan pembahasan tentag BPUPKI.
Kumakichi harada : “Setelah saya
fikirkan, saya telah menntukan tanggal yang tepat untuk meresmikan BPUPKI, yaitu
pada hari ini.”
Ir soekarno : “Berapa anggotanya?”
Kumakichi harada : “kalau hal itu silahkan kalian yang
mengatur.” moh.hatta : “Lalu syapa
yang kan menjadi ketuanya?”
Kumakichi harada : “Drs. Rajiman saja”
Peserta rapat : “SETUJU”
Radjiman :
“terimakasih telah mempercayai saya sebagai ketua BPUPKI”
Kumakichi harada :
“lalu saya pilih wakilnya yaitu R.P.Suroso dan icibangase”
Suroso dan Icibangase: “Terimakasih!!!”
BPUPKI lalu mengadakan sidang pada tanggal 29 Mei , 31 Mei,
dan 1 Juni 1945 untuk membahas dasar negara. Kemudian pada tanggal 22 Juni 1945
lahirlah piagam Jakarta.
Suatu hari, tepatnya tanggal 9 Agustus 1945 seorang panglima
angkatan perang Jepang sedang duduk termenung memikirkan sesuatu di kantor
pemerintahan Jepang di Dalath Vietnam. Tiba – tiba Ia memanggil salah satu
bawahannya.
Marsekal Terauchi : “saya ingin memanggil tokoh
tokoh nasionalisme Indonesia, tolong buatkan surat pemanggilan
secepatnya!” (Berbicara kepada bawahannya)
Bawahan : “Baik akan saya
laksanakan, Pak!”
Surat tersebut cepat
sampai maka tanggal 11 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr.
Radjiman Wedyodiningrat tiba di Dalath, Vietnam.
Marsekal Terauchi : “selamat datang saudara – saudara,
pemanggilan saya kali ini adalah untuk mengangkat Soekarno sebagai Ketua PPKI
dan Hatta sebagai wakil ketua PPKI”
Moh. Hatta :
“Apakah selain itu terdapat tujuan lain?”
Marsekal Terauchi : “Selain itu kita juga akan membahas
batas – batas negara Indonesia dan kapan proklamasi dapat di kemandangkan oleh
Bangsa Indonesia”
Dalam diskusi antara Marsekal Terauchi dan tokoh – tokoh
Nasionalis Indonesia tersebut, rupanya terjadi suatu perdebatan.
Moh. Hatta :
“Saya berharap proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat secepatnya.”.”
Ir. Soekarno : “Lebih baik
pada tanggal 31 Agustus 1945 saja.”
Dr.Radjiman :
“Tidak! Itu terlalu jauh. Nanti bisa – bisa sekutu akan menjajah!”
Moh. Hatta :
“Bagaimana kalau tanggal 20 Agustus?”
Marsekal Terauchi : “Mungkin pihak kaisar Jepang akan menyetujui kalau akan dilaksanakan tanggal 24 Agustus 1945,
itu tidak terlalu lama ataupun terlalu cepat.”
Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara voting dan
ditetapkan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 24 Agustus
1945.
Batas – batas negara baru dibahas keesokan harinya.
Marsekal Terauchi : “Apakah bekas wilayah kekuasaan Hindia
Belanda sama dengan batas – batas negara Indonesia?”
Ir. Soekarno :
“tentu saja, akan sangat adil kalau wilayah jajahan itu masuk ke dalam wilayah
Indonesia karna semua wilayah itu melakukan perlawanan pada pemerintah
penjajah.”
Kemudian disimpulkan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia
akan dilaksanakan tanggal 24 Agustus 1945 dan batas – batas wilayah Indonesia
sama dengan wilayah bekas jajahan Hindia Belanda. Setelah pertemuan selesai,
tanggal 14 Agustus 1945 tokoh – tokoh nasionalis tersebut pulang ke Indonesia.
Tetapi , keesokan harinya, di kediaman para
pejuang bawah tanah...
Sutan Syahrir :
“Coba kita mendengar radio, mungkin ada berita tentang Perang Dunia 2. ”
(Menyalakan radio)
Lalu terdengar penyiar radio BBC membacakan
berita :
“Radio BBC, tanggal 15 Agustus 1945. Pendengar yang setia,
akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu hari ini. Penyerahan
tersebut diumumkan oleh Kaisar Hirohito karena Jepang mengalami ....”
Sutan Syahrir terkejut , mematikan radio lalu berlari
menghampiri teman – temannya.
Chaerul Saleh :
“Ada apa? Kok lari – lari begitu?”
Sutan Syahrir : “Tadi saya baru saja mendengar
berita kekalahan Jepang di radio!”
Wikana :
“Wah Wah Wah, mungkin ini saat yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk
memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, karna Indonesia berda dalam kekosongan
kekuasaan.”
Sutan Syahrir :
“Ide bagus! Kita akan mengajak seluruh pemuda untuk membujuk Soekarno-Hatta
agar segera memproklamirkan kemerdkaan Indonesia!”
Kelompok pemuda lalu menemui Soekarno-Hatta dan menceritakan
tentang berita radio yang mereka dengar.
Sutan Syahrir :
“Diterima kan?”
Wikana :
“Tidak.” (Dengan wajah kecewa)