Banyak
yang bilang bahwa kuliah merupakan masa dimana individualisme timbul sangat
tinggi. Masing-masing orang mulai mementingkan dirinya sendiri dan kurang
perduli terhadap teman-temannya yang lain. Kira-kira bener gak sih?
Suka
gak suka, nyatanya pernyataan diatas memang terasa benar adanya. Terdapat
beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara masa SMA dengan kuliah. Salah
satunya adalah hilangnya budaya “nyontek” dan “kerjasama” dikalangan siswa,
yang kini sudah berganti menjadi mahasiswa.
Saat
SMA dulu, datang pagi ke sekolah untuk menyalin PR teman rasanya merupakan
pemandangan biasa. Siswa juga biasa saling tukar menukar PR lewat foto yang
kemudian tersebar dengan cepat ke grup kelas, bahkan grup angkatan.
Tidak
hanya masalah PR, berbagai ujian dan ulangan pun diwarnai dengan nyontek dan
kerjasama antar teman. Saling tukar-menukar kertas, bisik-bisik, saling kirim
jawaban lewat HP, mencontek dari buku yang disembunyikan di kolong meja, dan
berbagai teknik nyontek “canggih” lainnya.
Ketika
memasuki bangku kuliah, pemandangan seperti itu akan sangat jarang kalian
temui. Kenapa ya kira-kira? Buat kamu yang penasaran, berikut alasan punahnya budaya nyontek dan
kerjasama di bangku kuliah :
- Pengawasan dan
sanksi ujian yang sangat ketat
Waktu
ujian saat SMA, siswa yang ketahuan menyontek mungkin hanya diberikan sanksi
ringan seperti penyitaan buku, penyitaan HP, ditempatkan pada tempat duduk
paling depan, atau paling sadis diambil kertas ulangannya. Namun ketika
menghadapi ujian di bangku kuliah, sanksi bagi mahasiswa yang ketahuan nyontek
beratnya bisa berkali-kali lipat.
Mulai
dari dianggap tidak mengikuti ujian, harus mengulang mata kuliah, bahkan ada
universitas yang langsung mendrop-out
siswanya yang ketahuan menyontek saat ujian. Nah ini nih alasan yang membuat
mahasiswa jadi takut banget buat nyontek.
- Tidak ada kolong
bangku pada tempat duduk mahasiswa
Kegiatan
perkuliahan, termasuk ujian, umumnya sudah menggunakan single chair yang hanya bisa diisi satu orang. Kursi tersebut hanya
menyediakan “meja” yang ukurannya sempit, sehingga apapun yang kamu letakkan
disana akan terlihat dengan mudah.
Berbeda
dengan bangku SMA yang lebar, panjang, serta memiliki kolong meja. Kamu bisa
meletakkan atau menempelkan contekan pada bagian samping, bawah, atau kolong
meja dengan leluasa tanpa ketahuan pengawas.
- Tugasnya tidak lagi
bersifat “satu jawaban benar”, sehingga jawabanmu dan temanmu mungkin saja
tidak akan sama
Tugas
rumah yang diberikan di dunia perkuliahan umumnya bersifat menguraikan dan
analitis. Pertanyaan dengan awalan “apakah” atau “sebutkan” akan jarang sekali
muncul, digantikan oleh pertanyaan yang berawal “mengapa” dan “bagaimana
pendapat Anda”. Untuk menjawab soal-soal seperti ini, tentu aneh jika jawabanmu
sama dengan salah satu atau bahkan seluruh teman kelasmu. Karena antara
mahasiswa yang satu dengan lainnya pasti memiliki cara pikir yang berbeda-beda.
Hal
ini berbeda dengan PR yang diberikan saat SMA, misalnya PR matematika.
Sebaliknya, untuk PR dengan “jawaban pasti” seperti itu justru akan aneh jika
kamu memiliki jawaban lain yang tidak sama dengan jawaban teman-temanmu.
- Tidak ada sistem
ranking kelas/angkatan
Sangat
jarang ada universitas yang mengumumkan ranking dari hasil belajar (atau IPK)
dari mahasiswanya. Hal ini membuat IPK menjadi konsumsi pribadi dan bahkan
bersifat rahasia, yang tidak akan diketahui oleh mahasiswa lainnya. Sebagai
akibatnya, mahasiswa akan menganggap segala usaha belajar, ataupun tugas rumah,
juga merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak perlu disamakan dengan
mahasiswa lainnya.
Sedangkan
ketika SMA, siswa-siswinya cenderung mengejar nilai tinggi hanya untuk
menaikkan ranking mereka saja. Sehingga siswa-siswi ini menjadi takut apabila
memiliki jawaban tugas/ulangan yang berbeda dengan teman mereka, karena takut
nilai mereka akan menjadi yang jelek sendiri dibandingkan nilai teman-temannya.
- Kesibukan dan fokus
yang berbeda-beda
Hampir
seluruh kesibukan dari seluruh siswa SMA pasti sama, yaitu belajar, mengerjakan
tugas, dan kemudian mengikuti bimbingan belajar tambahan. Fokus mereka juga
sama, yaitu menguasai semua mata pelajaran sebanyak-banyaknya demi lulus ujian
sekolah atau SBMPTN. Oleh karena itu, siswa-siswi SMA menaruh perhatian dan
usaha yang sama pada semua mata pelajaran yang ada, dengan motto kerja sama dan
“harus lulus bareng-bareng”.
Namun
di bangku kuliah, mata kuliah yang ditawarkan sangat beragam dan dapat
disesuaikan dengan minat mahasiswa yang bersangkutan. Beberapa mahasiswa
mungkin saja tidak berminat pada suatu mata kuliah tertentu, sehingga mereka
tidak akan ambil pusing dengan tugas mata kuliah tersebut. Sementara itu,
mereka mungkin mengerjakan tugas mata kuliah lain (yang menjadi minatnya)
dengan sangat baik.
Mahasiswa
juga memiliki kesibukan yang sangat beragam, mulai dari kegiatan organisasi,
kepanitiaan, lomba, sampai kerja part
time. Oleh karena itu, jadwal kuliah menjadi sangat beragam sehingga
pemandangan “mengerjakan PR bersama-sama saat pagi hari sebelum kelas” tidak
akan pernah kamu lihat lagi.
Nah
itu dia beberapa alasan punahnya budaya nyontek dan kerjasama di bangku kuliah.
Apakah kamu juga mengalaminya? Ya, sebagai mahasiswa kita memang (katanya)
dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif, jadi masa sih masih
nyontek karya orang lain :D
Meskipun
begitu, masa-masa nyontek dan kerjasama saat SMA memang kadang-kadang bikin
kangen ya hehehe xD
Sekian
tulisanku untuk kali ini. Kalau mau sharing-sharing, silahkan kontak aku lewat
sosial media yang ada di kanan layar. Terimakasih! J