Increase Your Knowledge :)


Rabu, 06 Juni 2012

CONTOH STORY TELLING - TITO AND CINDY


TITO AND CINDY
TITO and Cindy were twins. Tito was a boy and Cindy was a girl and they had different characters. Tito was lazy, he got angry easily. He always said bad words when he was angry. However, Cindy was a very kind, diligent, patient and always helped their parents. She always reminded her brother to behave well.
one day, when Cindy was cooking in the kitchen, Tito said “Cindy! Where are you? I'm hungry! Give me some food!” said Tito.
“Be patient Tito, I'm still cooking, the food is not ready yet. Why don't you help me mop the floor? Father and mother will be home soon,” replied Cindy.
“Arrrgggh! What took you so long? I’m hungry, you are so slow!” said Tito. And he said bad words to Cindy.
Cindy was very sad. She cried. When their parents went home, Cindy told them about TitoĆ­ bad behavior. Her father then advised him. However, Tito did not want to listen him. He ignored him, and it was getting worse. Tito asked his parents and his sister to leave the house. his family were very sad. They never thought that Tito would ask them to leave the house.
After his parents and his sister left he house, Tito lived alone. At first he felt very happy because no one disturbed him. He could do anything he wanted. He even spent his parents’ money for bad things. When all the money was gone, he sold his parents animals, cows, goats, cocks and hens.
Meanwhile, Cindy and her parents lived in another place. When they left home, they did not bring anything. Because they worked very hard, they could build a new home and they had new animals. They were rich.
How about Tito? Soon all his parents’ wealth was gone. Tito was lazy, he did not want to work. He wanted to have much money in an easy way. So he sold the last wealth, it was the house.
After Tito sold the house, again, he spent the money foolishly. It was not surprising that Tito became poor again. He did not have any money and he did not have a house. His body was very thin. He suffered skin disease, his skin was full of black dots.
Tito did not have a way to go, he just walked and walked. Finally, he arrived at his parents’ house
Cindy was in front of the house sweeping the floor. At first, they did not recognize each other. Cindy thought that Tito was a beggar.
“Are you hungry? Here, I have some food,” said Cindy.
Tito was happy. He was so hungry that he did not recognize his sister. However Cindy knew him.
“Tito? Is that you brother? Father, mother, Tito is here!!” screamed Cindy.
“Tito my son, what happened to you?” said his mother. Tito was surprised.
“Mother, is that really you? Father, mother, and Cindy! Please forgive me. I was punished by God. I suffer an illness, I’m poor, and I don’t have a house to live. I have done bad things to you all. I promise I will be good,” promised Tito.
The family now reunited. They have already forgiven Tito and amazingly Tito was cured. And as he promised, Tito became a very good man. ***

TUGAS SEJARAH - SOSIODRAMA PROKLAMASI PART 2


Chaerul Saleh                : “Sebaiknya kita rapat untuk mencari keputusan. Kita tidak boleh mudah menyerah.”
Sutan Syahrir             : “Kita akan mengadakan rapat di ruang Lembaga Bakteriologi , Pegangsaan Timur.“
Singkat cerita, rapat telah dilaksanakan dan menghasilkan keputusan untuk mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan secepat mungkin karna kemerdekaan merupakan hak segala bangsa.
Sutan Syahrir             : “Kepada saudara Wikana dan Darwis, tolong temui Soekarno-Hatta untuk menyampaikan hasil rapat!”
Wikana & Darwis        : “Baik!”
Wikana dan Darwis menyampaikan hasil rapat, yaitu proklamasi kemerdekaan haruslah dilaksanakan keesokan harinya (16 Agustus 1945) kepada Soekarno-Hatta. Maka terjadilah perdebatan.
Wikana                         : “Apabila Bung Karno tidak mau mengucapkan pengumuman itu malam ini juga, besok akan terjadi pembunuhan dan pertumpahan darah.”
Ir. Soekarno                 : “Ini leher saya, seretlah saya ke pojok sana dan sudahilah nyawa saya sekarang juga, jangan menunggu besok!”  (Marah)
Darwis                       : “Cukup! Jangan berbicara seperti itu Wikana!”
Mengetahui kejadian yang terjadi malah demikian, para pemuda kembali mengadakan rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh.
Chaerul Saleh               : “Menurut saya Soekarno-Hatta sudah terkena pengaruh Jepang, bagaimana kalau kita mengasingkannya?”
Sutan Syahrir             : “Ide bagus, tapi..... kemana?
Chaerul Saleh               : “Lebih baik ke daerah Rengasdengklok, darisana kita dapat mendeteksi gerakan Jepang, apalagi disana juga aman karna dibwah komando Kompi PETA Subeno”
Usulan tersebut diterima oleh seluruh peserta rapat, pengasingan pun dilakukan pada pukul 04..00 WIB pada tanggal 16 Agustus 1945 dengan dikawal oleh Shodanco Singgih, Sukarni dan Yusuf Kunto.
Shodanco Singgih        : “Segeralah bersiap – siap, kalian harus ikut kami!” (Berteriak)
Moh. Hatta                 : “Mau dibawa kemana kami? Apa yang terjadi?”
Shodanco Singgih        : “Sudah tak usah banyak bicara! Cepat!” (Membentak)
Lalu, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra pun diasingkan ke Rengasdengklok, tetapi tak ada yang berani melakukan tindakan kepada tokoh – tokoh tersebut.
 Tetapi...
Shodanco Singgih        : “Maaf sebelumnya kami telah mengasingkan bapak ke tempat ini. maksud kami sebenarnya adalah menghindarkan bapak dari pengaruh Jepang.”
Ir. Soekarno                 : “Jadi ini masih tentang proklamasi itu? Baiklah, saya akan memproklamasikan kemerdekaan itu, asalkan saya kembali dibawa ke Jakarta.”
Setelah melewati perundingan singkat antara Shodanco Singgih dengan Ir. Soekarno, akhirnya Shodanco Singgih pergi ke Jakarta untuk merundingkan masalah ini. Di Jakarta, lalu Achmad Subardjo terlihat berunding dengan Wikana.
Achmad Subardjo        : “Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rencananya diadakan dimana?”
ikana                          : “Jakarta.”
Ahmad Subarjo           : “Kalau begitu besok saya dan Yusuf Kunto akan menjemput Soekarno dan rombongannya untuk kembali ke Jakarta.”
Achmad Soebarjo lalu berjanji bahwa proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia akan dilaksanakan esok hari pukul 06.00 WIB di Jakarta, jika tidak, maka Ia siap ditembak mati. Maka pada pukul 20.00 Robongan Soekarno meninggalkan Rengasdengklok.
Rombongan Soekarno – Hatta tiba di Jakarta pada pukul 23.00 WIB. Kemudian mereka melaksanakan rapat membicarakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di rumah Laksamana Tadashi Maeda, Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta.
Laksamana Maeda        : “Kalau rapat pakailah tempat yang luas. Mari saya antar ke ruang makan?”
Ir. Soekarno               : “Tidak, Terima kasih.”
Ir. Soekarno               : “Sekarang agenda kita menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Apa yang sebaiknya menjadi kalimat utama?”
Achmad Subardjo        : “Sebaiknya kita gunakan kalimat kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia, sebagai kalimat pembuka.”
Ir. Soekarno               : “Kalimat kedua : Hal – hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain akan diselenggarakan dengan cara dan tempo yang sesingkat – singkatnya.
Kedua kalimat tersebut kemudian dikembangkan oleh Soekarno menjadi naskah proklamasi yang kemudian diketik oleh Sayuti Melik. Terjadi perdebatan saat naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut akan ditandatangani.
Sukarni                      : “Usul saya sebaiknya hanya Soekarno-Hataa yang menandatangani naskah tersebut, tetapi menggunakan nama atas Bangsa Indonesia.”
Pemuda – pemuda         : “SETUJU!”
Dan akhirnya naskah tersebut ditandatangani oleh Soekarno – Hatta, dan atas nama bangsa Indonesia.
. Sebelumnya rencananya dilaksankan di Lapangan Ikada, tetapi disana telah berkumpul tentara Jepang, sehingga ditakutkan akan menimbulkan pertumpahan darah. Maka keesokan harinya, pembacaan teks proklamasi dilaksanakan di kediaman Ir. Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
Menjelang pukul 10.00 WIB para tokoh pergerakan nasional mulai berdatangan ke kediaman Ir. Soekarno tersebut. Sebut saja Mr. A. A. Maramis, Abikusumo Tjoksuyoso, Otto Iskandar Dinata dan masih banyak tokoh – tokoh lainnya.
Moh. Hatta                   : “Mari, kita melalukan Revolusi untuk sejarah dalam negara Indonesia.”
Ir. Soekarno               : “Ya, sekaranglah saatnya.”
Setelah dialog singkat itu, mereka lalu berjalan berdampingan menuju medium.
Ir. Soekarno               : “Saudara – saudara sekalian. Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad untuk mencapai Indonesia merdeka. Dengarkanlah Proklamasi kami!
PROKLAMASI
Kami, bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal – hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya.
                                  Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05
                                  Atas nama bangsa Indonesia

                                  Soekarno – Hatta
Demikianlah saudara – saudara! Kita telah merdeka! Muali saat ini kita dapat menyusun negara kita. Negara Republik Indonesia Merdeka!”
Setelah teks proklamasi selesai dibacakan kemudian dikibarkan bendera Sang Saka Merah Putih oleh Suhud dan dibantu oleh Shodanco Latief Hendraningrat. Ketika bendera merah putih dikibarkan , secara spontan para hadirin menyanyikan lagi Indonesia Raya, ciptaan WR Supratman.
TAMAT.

Source : anandasatwika@gmail.com

TUGAS SEJARAH - SOSIODRAMA PROKLAMASI PART 1


SOSIO DRAMA SEJARAH
Sejarah Proklamasi Indonesia
Tepat pada tanggal 7 Mei 1945, Jepang mengalami saat yang kurang beruntung dimana mereka mengalami kekalahan pada pertempuran Laut Karang. Salah satu pasukan Jepang lalu melapor pada atasannya.
Pasukan jepang 1         : “Selamat Siang Jendral, kami datang membawa sebuah berita buruk!”
Koiso kuniaki               : “Ada berita buruk apa sampai kalian terburu - buru?”
Pasukan jepang2          : “Kami ingin memberi tahu bahwa pasukan jepang mengalami kekalahan.”
Koiso kuniaki               : ”Kalian Bercanda? Bukankah pasukan kita lebih banyak?”
Pasukan jepang 1         : “Mungkin saja pasukan mereka mereka memiliki strategi yang lebih tangguh. Hmm... Itu saja informasi dari kami, permisi jendral!”
Koiso kuniaki                 : “apa yang harus saya lakukan sekarang?? Ahh aku punya ide!”
Maka pada tanggal 7 September 1945 Koiso Kuniaki datang ke rumah Ir. Soekarno, dan mendapati Moh. Hatta juga ada di sana.
Ir soekarno                : “ahh tuan Koiso, mengapa jauh – jauh datang kemari?”
Koiso kuniaki               : “saya ingin membicarakan sesuatu dengan anda.”
Ir soekarno                : “baik, ada apa?”
Koiso kuniaki               : “Saya dari pihak Jepang, berjanji akan memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, namun dengan satu syarat!”
Drs.moh.hatta             : “syarat apa?”
Koiso kuniaki               : “Syaratnya, kalian harus mau bekerja sama dengan kami untuk melawan sekutu. Apakah kalian bersedia?”
Ir soekarno                  : “Baik kami setuju. Saya akan mengabarkan kepada para pemuda.”
Koiso kuniaki               : “Bagus. Sekarang bangsa Indonesia boleh mengibarkan Bendera Merah Putih tapi harus bersebelahan dengan bendera Jepang!”
Pada tanggal 1 Maret 1945, Jendral Kumakichi Harada mengumumkan akan dibentuknya BPUPKI.
Kumakichi harada        : “Sesuai janji Jepang, kami akan membentuk BPUPKI.”
Muh yamin                   : “Apa saja tugas BPUPKI itu?”
Kumakichi harada        : “Tentu saja menyelidiki persiapan apa saja untuk kemerdekaan Indonesia nanti.”
Radjiman                     : “Kapan lembaga ini diresmikan.”
Kumakichi harada        : “saya akan fikirkan ini segera. Nanti akan saya kabari lagi.”
Pada tanggal 29 April 1945, Kumakichi Harada lalu mengadakan rapat dengan tokoh – tokoh Indonesia untuk melanjutkan pembahasan tentag BPUPKI.
Kumakichi harada        : “Setelah saya fikirkan, saya telah menntukan tanggal yang tepat untuk meresmikan BPUPKI, yaitu pada hari ini.”
Ir soekarno                : “Berapa anggotanya?”
Kumakichi harada        : “kalau hal itu silahkan kalian yang mengatur.” moh.hatta       : “Lalu syapa yang kan menjadi ketuanya?”
Kumakichi harada        : “Drs. Rajiman saja”
Peserta rapat             : “SETUJU”
Radjiman                         : “terimakasih telah mempercayai saya sebagai ketua BPUPKI”
Kumakichi harada        : “lalu saya pilih wakilnya yaitu R.P.Suroso dan icibangase”
Suroso dan Icibangase: “Terimakasih!!!”
BPUPKI lalu mengadakan sidang pada tanggal 29 Mei , 31 Mei, dan 1 Juni 1945 untuk membahas dasar negara. Kemudian pada tanggal 22 Juni 1945 lahirlah piagam Jakarta.
Suatu hari, tepatnya tanggal 9 Agustus 1945 seorang panglima angkatan perang Jepang sedang duduk termenung memikirkan sesuatu di kantor pemerintahan Jepang di Dalath Vietnam. Tiba – tiba Ia memanggil salah satu bawahannya.
Marsekal Terauchi      : “saya ingin memanggil tokoh  tokoh nasionalisme Indonesia, tolong buatkan surat pemanggilan secepatnya!” (Berbicara kepada bawahannya)
 Bawahan                     : “Baik akan saya laksanakan, Pak!”
Surat tersebut cepat sampai maka tanggal 11 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat tiba di Dalath, Vietnam.
Marsekal Terauchi      : “selamat datang saudara – saudara, pemanggilan saya kali ini adalah untuk mengangkat Soekarno sebagai Ketua PPKI dan Hatta sebagai wakil ketua PPKI”
Moh. Hatta                 : “Apakah selain itu terdapat tujuan lain?”
Marsekal Terauchi      : “Selain itu kita juga akan membahas batas – batas negara Indonesia dan kapan proklamasi dapat di kemandangkan oleh Bangsa Indonesia”
Dalam diskusi antara Marsekal Terauchi dan tokoh – tokoh Nasionalis Indonesia tersebut, rupanya terjadi suatu perdebatan.
Moh. Hatta                   : “Saya berharap proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat  secepatnya.”.”
Ir. Soekarno               : “Lebih baik pada tanggal 31 Agustus 1945 saja.”
Dr.Radjiman                  : “Tidak! Itu terlalu jauh. Nanti bisa – bisa sekutu akan menjajah!”
 Moh. Hatta                : “Bagaimana kalau tanggal 20 Agustus?”
 Marsekal Terauchi     : “Mungkin pihak kaisar Jepang akan menyetujui kalau  akan dilaksanakan tanggal 24 Agustus 1945, itu tidak terlalu lama ataupun terlalu cepat.”
Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara voting dan ditetapkan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 24 Agustus 1945.
Batas – batas negara baru dibahas keesokan harinya.
Marsekal Terauchi      : “Apakah bekas wilayah kekuasaan Hindia Belanda sama dengan batas – batas negara Indonesia?”
 Ir. Soekarno                : “tentu saja, akan sangat adil kalau wilayah jajahan itu masuk ke dalam wilayah Indonesia karna semua wilayah itu melakukan perlawanan pada pemerintah penjajah.”
Kemudian disimpulkan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan tanggal 24 Agustus 1945 dan batas – batas wilayah Indonesia sama dengan wilayah bekas jajahan Hindia Belanda. Setelah pertemuan selesai, tanggal 14 Agustus 1945 tokoh – tokoh nasionalis tersebut pulang ke Indonesia.
Tetapi , keesokan harinya, di kediaman para pejuang bawah tanah...
Sutan Syahrir             : “Coba kita mendengar radio, mungkin ada berita tentang Perang Dunia 2. ” (Menyalakan radio)
Lalu terdengar penyiar radio BBC membacakan berita :
“Radio BBC, tanggal 15 Agustus 1945. Pendengar yang setia, akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu hari ini. Penyerahan tersebut diumumkan oleh Kaisar Hirohito karena Jepang mengalami ....”
Sutan Syahrir terkejut , mematikan radio lalu berlari menghampiri teman – temannya.
Chaerul Saleh             : “Ada apa? Kok lari – lari begitu?”
Sutan Syahrir             : “Tadi saya baru saja mendengar berita kekalahan Jepang di radio!”
Wikana                         : “Wah Wah Wah, mungkin ini saat yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, karna Indonesia berda dalam kekosongan kekuasaan.”
Sutan Syahrir             : “Ide bagus! Kita akan mengajak seluruh pemuda untuk membujuk Soekarno-Hatta agar segera memproklamirkan kemerdkaan Indonesia!”
Kelompok pemuda lalu menemui Soekarno-Hatta dan menceritakan tentang berita radio yang mereka dengar.
Sutan Syahrir             : “Diterima kan?”
Wikana                       : “Tidak.” (Dengan wajah kecewa)

TUGAS SEJARAH - SUMPAH PEMUDA


SUMPAH PEMUDA

Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga.  Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Isi Sumpah Pemuda Versi Original
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan:
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia


TUGAS SEJARAH - SISTEM TANAM PAKSA


Sistem Tanam Paksa

Cultuurstelsel (harafiah: Sistem Kultivasi atau secara kurang tepat diterjemahkan sebagai Sistem Budaya) yang oleh sejarawan Indonesia disebut sebagai Sistem Tanam Paksa, adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopitebu, dan tarum (nila). Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak
Pada praktiknya peraturan itu dapat dikatakan tidak berarti karena seluruh wilayah pertanian wajib ditanami tanaman laku ekspor dan hasilnya diserahkan kepada pemerintahan Belanda. Wilayah yang digunakan untuk praktik cultuurstelstel pun tetap dikenakan pajak. Warga yang tidak memiliki lahan pertanian wajib bekerja selama setahun penuh di lahan pertanian.
Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding sistem monopoli VOC karena ada sasaran pemasukan penerimaan negara yang sangat dibutuhkan pemerintah. Petani yang pada jaman VOC wajib menjual komoditi tertentu pada VOC, kini harus menanam tanaman tertentu dan sekaligus menjualnya dengan harga yang ditetapkan kepada pemerintah. Aset tanam paksa inilah yang memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman keemasan kolonialis liberal Hindia-Belanda pada 1835 hingga 1940.
Akibat sistem yang memakmurkan dan menyejahterakan negeri Belanda ini, Van den Bosch selaku penggagas dianugerahi gelar Graaf oleh raja Belanda, pada 25 Desember 1839.
Cultuurstelsel kemudian dihentikan setelah muncul berbagai kritik dengan dikeluarkannya UU Agraria 1870 dan UU Gula 1870, yang mengawali era liberalisasi ekonomi dalam sejarah penjajahan Indonesia.
Pemerintah kolonial memobilisasi lahan pertanian, kerbau, sapi, dan tenaga kerja yang serba gratis. Komoditas kopi, teh, tembakau, tebu, yang permintaannya di pasar dunia sedang membubung, dibudidayakan.
Bagi pemerintah kolonial Hindia Belanda, sistem ini berhasil luar biasa. Karena antara 1831-1871 Batavia tidak hanya bisa membangun sendiri, melainkan punya hasil bersih 823 juta gulden untuk kas di Kerajaan Belanda. Umumnya, lebih dari 30 persen anggaran belanja kerajaan berasal kiriman dari Batavia. Pada 1860-an, 72% penerimaan Kerajaan Belanda disumbang dari Oost Indischeatau Hindia Belanda. Langsung atau tidak langsung, Batavia menjadi sumber modal. Misalnya, membiayai kereta api nasional Belanda yang serba mewah. Kas kerajaan Belanda pun mengalami surplus.
Badan operasi sistem tanam paksa Nederlandsche Handel Maatchappij (NHM) merupakan reinkarnasi VOC yang telah bangkrut.
Akibat tanam paksa ini, produksi beras semakin berkurang, dan harganya pun melambung. Pada tahun 1843, muncul bencana kelaparan di CirebonJawa Barat. Kelaparan juga melanda Jawa Tengah, tahun 1850.
Sistem tanam paksa yang kejam ini, setelah mendapat protes keras dari berbagai kalangan di Belanda, akhirnya dihapus pada tahun 1870, meskipun untuk tanaman kopi di luar Jawa masih terus berlangsung sampai 1915. Program yang dijalankan untuk menggantinya adalah sistem sewa tanah dalam UU Agraria 1870.

Senin, 04 Juni 2012

TUGAS SEJARAH - POLITIK BALAS BUDI


Politik Balas Budi


Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa.
Munculnya kaum Etis yang di pelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus) ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang.
Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias Van deventer yang meliputi:
1.    Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian
2.    Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi
3.    Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan
Banyak pihak menghubungkan kebijakan baru politik Belanda ini dengan pemikiran dan tulisan-tulsian Van Deventer yang diterbitkan beberapa waktu sebelumnya, sehingga Van Deventer kemudian dikenal sebagai pencetus politik etis ini.

Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda dengan membangun irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang berarti bagi bangsa Indonesia.
Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.
Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi semacam pertukaran mental antara orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan pendukung politik etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi sosial-budaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar melepaskan diri dari belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model Barat, yang mencakup proses emansipasi dan menuntut pendidikan ke arah swadaya.


TUGAS SEJARAH - PENYEBARAN PROKLAMASI INDONESIA


Penyebaran Proklamasi Indonesia


Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect our Constitution, August 17!(Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!) Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.
§  Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
§  Sam Ratulangi dari Sulawesi.
§  Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
§  A. A. Hamidan dari Kalimantan.

TUGAS SEJARAH - DETIK DETIK PEMBACAAN TEKS PROKLAMASI


Detik – Detik Pembacaan Teks Proklamasi


Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoeduntuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.[5]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai 
UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.